"Sampai sekarang gue belum naikin harga sih, keuntungan jadi semakin berkurang. Apa bakal turun tuh harga telur? Kayaknya nggak mungkin juga soalnya harga pakan dan bibit ayam juga mahal," keluh kawan yang membuka toko kue.Â
"Iya bener. BBM naik itu efeknya ke mana-mana. Harga bahan pokok semua bakalan naik. Belum harga barang-barang lainnya. Kan ngangkut-ngangkut barang pakai BBM," timpal kawan yang lain.
"Kalau harga sembako semua naik, agak repot juga ya, bingung ngaturnya. Apa harga jualan kudu dinaikin? Sepertinya sih begitu," sahut yang lain yang kebetulan memiliki usaha katering kecil-kecilan.
Marthin, pengemudi ojek online juga keberatan jika harga Pertalite naik. Sebab, sudah bisa dibarengi dengan kenaikan harga kebutuhan pokok.
"Nggak setuju ada kenaikan harga BBM. Pertalite pada motor terbilang penting banget. Naik 1000 aja sudah pengaruh banget ini dengan kondisi finansial saya," katanya.
Ia berharap pemerintah lebih memberikan perhatikan kepada masyarakat menengah ke bawah. Kalau masyarakat golongan atas sih, menurutnya, tidak terlalu berdampak.
"Kalau di posisi saya yang masih bergantung pada pertalite, jelas berasa banget. Mencekik leher. Mau nggak mau tarif harus dinaikkan, kalau nggak ya tekor," katanya.
Kenaikan harga BBM bersubsidi ternyata membuat harga sayuran dan bumbu ikut merangkak naik. Sejumlah sayuran seperti kacang panjang, timun, dan cabai mengalami kenaikan harga dari sebelumnya. Setidaknya begitu laporan si Mbak tadi pagi usai berbelanja.
Saya juga termasuk yang terkena imbasnya. Biaya antar jemput anak saya yang SD naik jadi Rp400.000 yang sebelumnya Rp350.000. Mau protes, ya tidak enak juga, wong dia juga ikut terdampak. Jadinya, saya hanya bisa menelan ludah saja.
Kebijakan kontraproduktif