Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Harga BBM Bersubsidi Naik, Pemerintah Kontraproduktif!

7 September 2022   17:56 Diperbarui: 7 September 2022   18:13 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: kompas.com

Ketua DPP PKS Bidang Ekonomi dan Keuangan Anis Byarwati menilai kenaikan harga BBM bersubsidi di momen yang sangat tidak pas. Di saat perkonomian bergerak pada pemulihan, bukan distimulus eh malah dihambat.

"Ini kebijakan yang kontraproduktif," tukas anggota Komisi XI DPR RI ini di kompleks DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin 5 September 2022.

Harusnya pemerintah berkaca. Pada saat yang sama, kondisi geo-politik perang Rusia-Ukraina tidak sedang baik-baik saja. Membuat perekonomian global semakin tidak pasti karena ancaman inflasi tinggi. 

"Masyarakat itu butuh waktu untuk kembali menyesuaikan dengan kondisi ekonomi yang tidak stabil seperti saat ini," kata Anis yang juga pakar ekonomi syariah ini.

Menurut Anis, kenaikan harga BBM bukan sekadar menaikkan biaya transportasi kendaraan pribadi saja, tapi juga ke hampir semua sektor ekonomi akan terdampak. Terutama sektor yang berhubungan dengan masyarakat secara umum.

Wakil ketua BAKN DPR RI ini menyebut kebijakan menaikkan harga BBM bersubsidi akan semakin mendekatkan perekonomian nasional pada kondisi triple horror -- inflasi tinggi, suku bunga tinggi, pertumbuhan ekonomi yang melemah.

Kondisi yang sangat mengkhawatirkan ini  akan terjadi efek berantai dalam perekonomian. Tekanan inflasi tinggi dan naiknya harga BBM akan mempengaruhi harga bahan baku di tingkat produsen meningkat.

"Tentunya harga jual ke konsumen juga akan ikut naik. Diperkirakan angka inflasi akan mencapai 7,0-8,0 persen hingga akhir tahun 2022," ujarnya.

Anis menambahkan suku bunga tinggi, pasca kenaikan harga BBM akan memicu kenaikan inflasi umum yang diperkirakan menembus di level 7,0 -- 8,0 persen hingga akhir tahun. 

"Kondisi ini memicu kenaikan suku bunga secara agresif, membuat biaya ekspansi rumah tangga dan dunia usaha menjadi lebih mahal," katanya.

Menurutnya, tingginya inflasi dan tingkat suku bunga, sudah pasti menyebabkan pertumbuhan ekonomi akan melambat. Aktivitas ekonomi yang sudah mulai bergulir semenjak awal tahun 2022, bisa dipastikan akan melambat, seiring dengan tingginya biaya ekspansi usaha dan beban hidup masyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun