Semisal ada badai atau kondisi alam ekstrem lainnya. Dikaitkan untuk menjaga posisi pengunjung agar tetap seimbang saat berjalan.Â
Kami pun berjalan melintasi jembatan seberat 80 ton ini. Jembatannya berbahan dasar kayu ulin atau kayu besi dari Papua. Kayu ulin ini tahan terhadap perubahan suhu, kelembapan, berat, keras dan antirayap.
Di sekeliling jembatan, kita akan disuguhi pemandangan bukit hijau dan pepohonan tinggi. Udaranya sejuk dan dingin khas pegunungan.Â
Panorama asri hutan cagar alam Gunung Gede Pangrango, deburan air dari Curug Sawer dan hamparan Situ Gunung. Sungguh memesona.
Di jembatan gantung ini, kami merasakan sensasi berayun. Sambil berjalan, kami pun berfoto-foto dengan berbagai pose. Pengunjung yang lain juga begitu. Hingga akhirnya sampailah kami di ujung jembatan.Â
Dari sini, kami turun menyusuri anak tangga bebatuan yang sudah dipadatkan menuju Curug Sawer. Jalurnya cukup aman. Â Berjarak kurang lebih 500 meter menuruni bukit, meniti tangga berbatu dan jembatan bambu.Â
Taraa... sampailah kami di Curug Sawer yang berada di kawasan Gunung Gede Pangrango. Air terjun ini dikelilingi oleh pepohonan yang masih lebat dan berdiri kokoh.
Curug Sawer Sukabumi ini tingginya sekitar 35 meter, mengalirkan air dengan derasnya di balik tebing batu yang dihiasi tumbuhan merambat di kiri dan kanannya.
Pengunjung tidak boleh berenang di kolam tempat jatuhnya air, karena arusnya cukup deras dan tidak aman buat kita. Alternatifnya, kita dapat bermain air di sekitar aliran air, dengan bebatuan yang berserakan.
Kita juga bisa berfoto-foto di atas jembatan yang cukup dekat ke area curug. Dari atas jembatan kita dapat merasakan hempasan angin akibat deburan air terjun yang cukup deras.Â