Kajian Islam Ahad Subuh (KISAH).Â
Seperti biasa, setiap Minggu usai shalat subuh berjamaah di Masjid Al-Ihsan Permata Depok, dilanjutkan denganMinggu, 3 April 2022, di hari pertama puasa Ramadan, kajian membahas tafsir surat Al-Qalam (68) ayat 45 - 52. Ini adalah lanjutan kajian tafsir sebelumnya. Kajian disampaikan oleh Ustadz H. Ahmad Badruddin.Â
Saya sendiri mengikuti kajian ini secara online di rumah, setelah shalat subuh berjamaah di masjid. Kajian juga diikuti para jamaah di masjid.
Baca juga: Tafsir Surat Al-Qalam, Hikmah dari Kisah Para Pemilik Kebun
Ayat 45: dan Aku memberi tenggang waktu kepada mereka. Sungguh, rencana-Ku sangat teguh.
Ayat 46: Ataukah engkau (Muhammad) meminta imbalan kepada mereka, sehingga mereka dibebani dengan utang?
Ayat 47: Ataukah mereka mengetahui yang gaib, lalu mereka menuliskannya?
Ayat 48: Maka bersabarlah engkau (Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah engkau seperti (Yunus) orang yang berada dalam (perut) ikan ketika dia berdoa dengan hati sedih.
Ayat 49: Â Sekiranya dia tidak segera mendapat nikmat dari Tuhannya, pastilah dia dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela.
Ayat 50: Lalu Tuhannya memilihnya dan menjadikannya termasuk orang yang saleh.
Ayat 51: Dan sungguh, orang-orang kafir itu hampir-hampir menggelincirkanmu dengan pandangan mata mereka, ketika mereka mendengar Al-Qur'an dan mereka berkata, "Dia (Muhammad) itu benar-benar orang gila."
Ayat 52: Padahal (Al-Qur'an) itu tidak lain adalah peringatan bagi seluruh alam.
Ayat 45-52 adalah perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad untuk bersabar terhadap gangguan kaum musyrik dan siap memikul beban dakwah. Menyikapinya dengan sabar, tidak keluh kesah dan marah-marah.
Nabi sendiri tidak meminta imbalan atau bayaran atas dakwahnya. Meski demikian, kaumnya banyak yang menentang dan mendustakannya, mengingkari Allah. Tetapi oleh Allah, Nabi tetap diminta bersabar
Allah mengingatkan Nabi Muhammad untuk tidak seperti Nabi Yunus saat berdakwah. Kesalahan Nabi Yunus sampai akhirnya masuk ke dalam perut ikan paus, karena Nabi Yunus tidak sabar dalam berdakwah dan dalam menyampaikan risalah.
Nabi Yunus bosan melihat kaumnya yang tidak mau menyeru Allah. Kedatangan Nabi Yunus kepada kaumnya ditolak oleh penduduk setempat, bahkan malah mengolok-olok dan menghina Nabi Yunus.
Nabi Yunus ingin segera melihat kaumnya cepat berubah. Padahal, untuk mengajak orang menuju kebenaran itu butuh waktu dan proses.
Saking tidak sabarnya Nabi Yunus, Nabi menyampaikan azab Allah jika tidak taat pada Allah. Ia menyampaikannya dalam keadaan marah.
Nabi Yunus pun pergi meninggalkan kaumnya masih dalam keadaan marah. Padahal saat itu, Allah SWT belum memberikan izin untuk pergi. Padahal, bisa jadi saat itu, ada di antara kaumnya yang mulai mengakui keesaan Allah.
Lalu ia naik ke perahu. Perahu itu tampak berat hingga hampir tenggelam. Para penumpang perahu lalu mengundi untuk melempar penumpangnya agar perahu tidak tenggelam. Ternyata undian jatuh pada Nabi Yunus, meski undian sudah dilakukan tiga kali.
Nabi Yunus pun melempar dirinya ke laut dan ia ditelan oleh ikan besar. Dengan peristiwa ini, Nabi Yunus bisa menyadari kesalahannya.
Meski Nabi Yunus diberi teguran dengan ditelan ikan besar, Allah tidak melepas begitu saja status nabi pada diri Yunus. Allah tetap memberikan perlindungan kepadanya.
Ketika keadaan seperti itu ia menyadari kesalahannya meninggalkan kaumnya dalam keadan marah. Nabi Yunus pun berdoa di dalam perut ikan.
Dalam keadaan antara hidup dan mati karena berada di perut ikan, Nabi Yunus tetap bersandar pada Allah. Tidak putus asa. Meski di dalam perut ikan yang terlihat hanya kegelapan dan tanpa ada makanan.
Ia tetap berdoa, "Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim."
Doa ini disebut sebagai doa yang pasti dijawab oleh Allah jika seorang muslim memanjatkannya pada saat berada di dalam bencana.
Allah pun mengabulkan doa Nabi Yunus. Ikan yang menelannya pun memuntahkan Yunus ke tanah yang tandus dalam keadaan sakit, lalu Allah menumbuhkan pohon sejenis labu.
Inilah maksud firman Allah Ta'ala, "Sekiranya dia tidak segera mendapat nikmat dari Tuhannya, pastilah dia dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela."
Karena Allah merahmatinya, maka Dia mencampakkan Yunus dalam keadaan terpuji dan keadaannya menjadi lebih baik daripada sebelumnya.
Nabi Muhammad sendiri di antara para Nabi adalah Nabi yang paling sabar hingga diberi gelar ulul azmi. Kata 'Azmi' artinya bersabar dan menanggung beban berat.
Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Nuh juga nabi yang mendapat gelar ulul azmi. Tetapi tingkatan paling sabar adalah Nabi Muhammad.
Sebagai orang yang berakal dan beriman kepada Allah SWT, kita harus bisa mengambil hikmah dari "kesalahan" Nabi Yunus. Kisah Nabi Yunus AS tersebut terdapat pelajaran dan hikmah yang besar.
Bahwa kita jangan mudah putus asa dari bencana dan musibah. Kita tetap harus bersabar dan senantiasa memohon ampun dan petunjuk kepada Allah. Harus percaya bersama kesulitan ada kemudahan.
Ada kisah seorang kiai yang memiliki anak yang bandel hingga mengarah ke musyrik. Dinasihati tidak mempan. Bayangkan anak seorang kiai tapi kehidupan di luar jalan yang benar. Tapi sang kiai tidak putus harapan terus berdoa hingga akhir hayatnya.
Setelah sang ayah wafat, anak tersebut sadar dan taubat. Ia kini menjadi seorang kiai juga. Meneruskan dakwah sang ayah.
Ustadz menyampaikan mendakwahi seseorang tidak bisa langsung jadi. Butuh waktu. Jangan terburu-buru mengklaim orang tersebut "sudah tertutup hatinya". Siapa tahu dalam beberapa tahun kemudian dia baru kembali ke jalan yang lurus.
Kalau tidak bisa dengan cara A, gunakan dengan cara B. Tidak bisa dengan cara B, gunakan cara C. Begitu seterusnya. Jangan buru-buru. Jangan juga patah semangat. Tetap tawakal dan bersandar pada Allah SWT.
Hikmah lain yang bisa kita petik bahwa Nabi Yunus adalah seorang hamba yang senantiasa mengingat Allah, bertasbih, dan juga selalu mengharap ampunan dari Allah. Sebagaimana  diceritakan juga di dalam Al-Quran surat Ash-Shaafat ayat 143 -- 144 :
"Maka, kalau sekiranya dia (Yunus) tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit".
Mengingat Allah di sini bukan hanya ketika keadaan sulit saja, tapi juga di waktu senang atau lapang. Allah menjanjikan kemudahan dan jalan keluar dari kesulitan untuk orang--orang yang senantiasa mengingat Allah di waktu senangnya.
Mari kita jadikan kisah Nabi Yunus ini sebagai pengingat bagi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Terlebih di momen puasa Ramadan. Saatnya sucikan hati, sucikan badan, sucikan pikiran, sucikan jiwa.
Bagaimanapun kita menyakini, kisah-kisah di dalam Alquran adalah peringatan bagi seluruh alam. Termasuk kita sebagai manusia. Maka, sering-seringlah berintekasi dengan Alquran.
Wallahu'alam bisshowab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H