Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

"Mati Gaya" di Kawasan Geopark Ciletuh

25 Januari 2022   10:42 Diperbarui: 25 Januari 2022   10:44 1459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisatawan saat berada di Gua Kunti, Pulau Kunti Geopark Ciletuh (dokumen pribadi)

Di hari pertama tahun baru 2022, saya janjian bertemu dengan adik saya di Geopark Ciletuh, Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat. 

Kebetulan adik saya tiba lebih dulu di sini, setelah rencana ke Pantai Pelabuhan Ratu tidak jadi karena ditutup oleh pemda setempat.

Berhubung saya belum pernah ke sana, jadi komunikasi dengan adik saya sangat penting. Jangan sampai, setibanya di sana, kami tidak berjumpa atau saya malah tersasar.

Saya hubungi pakai telepon whatsapp berkali-kali tidak tersambung. Telepon jalur biasa sama saja. Yang terdengar malah suara "sekretarisnya" yang menyampaikan nomor yang dituju di luar jangkauan. Pesan WA saya hanya cek list satu.

Baca juga: Bermalam di Homestay Geopark Ciletuh, Berapa Tarifnya?

Lalu saya coba hubungi istrinya, anaknya, sama saja. Berkali-kali, berulang-ulang, tetap tidak tersambung. Apa mereka sedang asyik bermain air di pantai? Apa mereka tidur karena kelelahan? Entahlah. 

Beberapa jam kemudian adik saya telepon mengabarkan jika di sana tidak ada sinyal. Baru ada sinyal setelah adik saya mencari-cari area yang kemungkinan ada jaringan. 

Kalau pun dapat sinyal tapi naik turun. Komunikasi selanjutnya melalui pesan WA yang itu pun lama tersampaikan. 

Sampai kami akhirnya tersasar di perkebunan karet, ya itu gara-gara tidak ada jaringan. Entah benar memang tidak ada jaringan, atau dialihkan oleh makhluk tidak kasat mata. 

Baca juga:
Jalan Malam ke Geopark Ciletuh, Mencium Aroma Bunga Melati di Perkebunan Karet

Soalnya di hp saya tidak ada jaringan. Dua nomor dengan operator yang berbeda (Indosat dan Telkomsel) sama saja. Sinyalnya bapuk. Entah apa penyebabnya. Apakah tidak ada towernya atau kondisi geografisnya?

Ternyata, setelah kami sampai di homestay "Sarpiah" memang tidak ada sinyal. Di layar hp tidak ada tanda sinyal yang naik turun seperti biasanya. Benaran, tidak ada tanda sinyal sama sekali di hp kami semua. HP saya, suami, anak-anak. 

Pantas, komunikasi saya dengan adik saya susah banget. Seketika kami langsung mati gaya hahaha. Ya, sudah langsung tidur mengingat kami sampai dini hari.

Keesokan harinya kondisi yang sama kami temui ketika menyusuri Pantai Kunti Ciletuh Geopark. Tapi di sini masih lebih baik, ada sinyal tapi lemah. Hahaha...sama saja ya? 

Sebenarnya sinyal jaringan seluler  ada, tetapi tidak stabil, cenderung buruk. Mungkin faktor angin ataupun tempat yang dikelilingi gunung atau bukit?

Baca juga: Pulau Kunti Geopark Ciletuh Cantik Alami Memesona

Saat berada di Pantai Pasir Putih Pulau Kunti Geopark Ciletuh (dokumen pribadi)
Saat berada di Pantai Pasir Putih Pulau Kunti Geopark Ciletuh (dokumen pribadi)

Bagaimana kami bisa mengabarkan tentang keindahan Geopark Ciletuh di media sosial? Di jaman serba digital begini kan harusnya serba cepat. 

Apalagi anak-anak yang beranjak remaja pasti ingin upload di Instagramnya. Jadi, yang bisa dilakukan yang foto-foto saja.

Ini tempat wisata lho, kelas dunia lagi. Terlebih, Unesco sudah menetapkan Geopark Ciletuh ini menjadi Unesco Global Geoparks (UGG) atau world heritage (warisan dunia) pada 2018. Sayang banget kan?

Keindahan objek wisata Geopark Ciletuh semakin terkenal. Namun, sayangnya, di Kecamatan Ciemas, Desa Ciwaru, wilayah yang kami sambangi koneksi internetnya sangat jelek. 

Saya jadi membayangkan anak-anak sekolah bagaimana bisa belajar daring selama pandemi Covid-19 ini? Lha jaringan internet saja tidak mendukung banget.

Ada hp, tidak ada jaringan. Ada jaringan tidak ada hp. Ada jaringan, ada hp, tapi tidak ada kuota. Ada kuota, ada hp, tidak ada jaringan. Ada jatah kuota, ada jaringan, tapi tidak ada hp. 

Bagaimana jika anak tersebut tidak punya hp, tidak ada kuota, tidak ada jaringan? Miris banget kan? Ini seperti tebak-tebakan telur dan ayam saja. Duluan mana, telur atau ayam? 

Atau bagaimana warga berkomunikasi dengan keluarga, teman, dan sanak saudara yang berada di luar wilayah ini? Masa harus mengembara hingga mendapatkan sinyal?

Baca juga:
Menegangkan! Jalur dari Geopark Ciletuh ke Puncak Darma Pacu Adrenalin

Pak Bagas, pemilik homestay yang kami inapi, mengaku sering mendapat komplain dari tamu soal tidak adanya koneksi internet. Dampaknya menjadi merembet. Ia, sebagai pengelola homestay juga tidak bisa mempromosikan homestay miliknya di media sosial. 

"Seperti mengunggah, mengirim foto atau video promosi tempat kita rada susah," katanya.

Padahal, homestay yang kami inapi ini berada di Kampung Cimarinjung, Desa Ciwaru, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi. 

Wilayah ini tidak begitu jauh dari Pantai Palangpang yang menjadi titik awal Geopark Ciletuh. Hanya butuh waktu 5 menit berkendara saja. 

"Banyak tamu yang mengeluhkan susahnya dapat sinyal 4G, walaupun ada ya lelet banget," ungkapnya. 

Jika kondisi ini tidak ada perbaiki, ia khawatir pemilik homestay atau penginapan di wilayahnya bakal mengalami kerugian. 

Wisatawan akan membatalkan menginap jika tahu kondisi jaringan internet tidak bagus. Lalu memilih menginap di tempat lain.

Menurutnya, kawasan Geopark Ciletuh yang sudah mendapat pengakuan dunia  seharusnya didukung dengan fasilitas komunikasi yang canggih. 

Padahal di sini, ada 3 provider di Kecamatan Ciemas ini yaitu XL, Telkomsel dan Indosat.  Namun semuanya sama, jelek. 

Homestay Sarpiah (dokumen pribadi)
Homestay Sarpiah (dokumen pribadi)

"Di kawasan homestay Cimarinjung, sinyal Internet hilang, dan kawasan Ciletuh sinyal 4G ada tapi tak maksimal," terangnya.

Kondisi seperti ini, menurut saya, akan sangat berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan. Mereka akan kesulitan berkomunikasi. 

Lha, saya saja mau mengetik pekerjaan yang harus segera dikirim ke kantor, jadi susah. Tertunda akhirnya.

Bagaimana mau video call, mau upload ke media sosial? Masa harus nanti? Jadi tidak real time dong? Jadi, berasa berada di daerah terpencil dan terluar. Serasa terdampar. Lebay...! Hehehe...

"Harapan saya kepada provider, pemerintah daerah dan pusat supaya jaringan sinyal internet dan telepon khususnya di wilayah Homestay bisa di tambah atau di perbaiki," harapnya.

Baca juga:
Puncak Darma, Bukit Tertinggi di Kawasan Geopark Ciletuh, Bisa Lihat apa Saja?

Selain di kampung ini, sepertinya kampung-kampung lainnya juga begitu. Ketika kami dalam perjalanan menuju Puncak Darma, yang berada di Desa Girimukti, sinyal juga tidak ada. 

Entah di desa lain mengingat belum semua kami jelajahi. Kawasan ini kan tersebar di 74 desa di 8 kecamatan Kabupaten Sukabumi, yakni Cisolok, Cikakak, Palabuhanratu, Simpenan, Waluran, Ciemas, Ciracap dan Surade. 

Nah, apakah mengalami hal serupa? Jika nanti ada kesempatan menjelajahi desa-desa itu, apakah kami akan "mati gaya" juga? 

Dalam dunia yang serba digital, jaringan internet menjadi kebutuhan pokok bagi setiap wisatawan dan tentu saja pelaku UKM. Di mana pun itu. Karena, dari wisatawanlah destinasi wisata menjadi tersebar luas di media sosial. 

Mau upload foto keindahan menjadi status WhatsApp atau media sosmed lainnya, tidak bisa. Terhambat. Tetap terekspos sih tapi setelah ke luar dari kawasan ini. 

Pak Bagas dan wisatawan -- yang diwakili oleh kami, berharap pihak terkait yang menyediakan jasa internet bisa menindaklanjuti apa yang dikeluhkan ini.

Pemerintah bisa membantu atau mencari solusi agar perekonomian rakyat Desa Ciwaru bisa kembali normal dengan tersedianya saluran internet yang memadai.

Persoalan ini, katanya, bukan saat ini saja. Sudah sekitar 2 tahun sudah keluhan ini disampaikan ke pihak terkait. Namun, belum  ada respon atau tindak lanjutnya.

Bagaimanapun sinyal jaringan seluler menjadi penunjang utama bagi wisatawan, pemilik homestay, pelaku UKM, dan pihak-pihak lainnya.

Semoga ke depannya, kondisi ini bisa diperbaiki. Jadi, ketika saya kembali ke sini, saya dan wisatawan lainnya tidak "mati gaya".

Demikian catatan saya. Terima kasih. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun