Jadi, ketika ombak datang, terdengar suara kuntilanak. Hantu perempuan berambut panjang dengan tawa yang menyeramkan. Hihihihihi.... hihihihihi.... hihihihihi... Begitu barangkali tawa kunti seperti yang sering saya dengar di film horor.Â
Gara-gara ini, dulu katanya, tidak ada orang yang berani menginjakkan kakinya di Pulau Kunti. Para nelayan juga tidak mau mencari ikan di sekitar pulau yang terletak di Kawasan Geopark Ciletuh, Kabupaten Sukabumi, tersebut.
Namun, banyak juga yang percaya, Kunti ini adalah Dewi Kunti yang dipercaya warga pesisir sebagai sohibnya penguasa laut selatan, Nyi Roro Kidul.
Pulau Kunti yang berada di ujung semenanjung terbentuk dari sedimen Batuan Melan. Usianya diperkirakan antara 55 juta tahun sampai 65 juta tahun. Setidaknya dibuktikan dengan ditemukannya fossil numulates.
Nah, untuk bisa ke Pulau Kunti, kami harus menyeberang menggunakan perahu nelayan. Tarifnya cukup terjangkau. Per orang dikenai Rp35.000. Satu perahu harus bersepuluh.
Menurut saya, untuk ukuran tempat wisata, tarif ini termasuk murah. Coba kalau disuruh berenang, mau? Mana mau saya, lha wong saya tidak bisa berenang hehehe...
Kami bersepuluh. Adik saya, isterinya, dua anaknya, saya, suami, tiga anak saya, dan satu kawan anak pertama saya. Jadi, kami membayar Rp350.000. Tarif ini bukan sekali jalan, tapi juga pulangnya. Murah kan?
Pemilik transportasi perahu nelayan ini adalah ipar dari pemilik homestay yang kami inapi. Jadi, kami tidak perlu mencari perahu, pemilik homestay itulah yang mencarikan buat kami.
Kami pun "berlayar". Tidak lupa memakai pelampung untuk berjaga-jaga. Senang dong. Pemandangan pantai dan laut membuat saya takjub. Anak-anak juga terlihat senang.
Saya menikmati alunan deburan ombak yang menghantam perahu nelayan. Angin yang berhembus membelai wajah.Â