Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bagaimana Menjaga dan Merawat Ikhlas?

12 September 2021   17:30 Diperbarui: 12 September 2021   17:35 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga, takut tidak diterimanya amal. Allah SWT  berfirman: "Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka." (QS al-Mu'minun [23]: 60).

Seorang ulama menasihatkan, "Perbaikilah amal perbuatanmu dengan ikhlas dan perbaikilah keikhlasanmu itu dengan perasaan bahwa tidak ada kekuatan sendiri, bahwa semua kejadian itu hanya semata-mata karena bantuan pertolongan Allah saja."

Keempat, tidak terpengaruh perkataan orang lain. Pujian atau celaan yang menyebabkan seseorang beramal saleh, bukanlah termasuk perbuatan ikhlas. Ikhlas berarti tidak terpengaruh oleh pujian maupun celaan ketika beramal saleh. Mau dipuji atau tidak, bukan sandarannya untuk beramal.

Kelima, merenungi bahaya riya di dunia dan akhirat. Semakin ujub seseorang terhadap amal kebaikan yang dilakukan, maka akan semakin kecil dan rusak keikhlasan dari amal tersebut. Bahkan pahala amal kebaikan tersebut dapat hilang sia-sia.

Secara lahiriah orang tersebut menyangka akan masuk syurga, namun, malah masuk ke neraka gara-gara satu sebab: tidak ikhlas. Mereka beribadah, bukan ikhlas karena Allah, tapi agar disebut pintar, berani dan dermawan, atau mendapat pujian lainnya.

Maka, tidak ujub dan tak merasa puas dengan amal juga dapat menjaga ikhlas.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Bagaimana dengan amalan yang dipublikasikan? Apakah itu bisa dibilang ikhlas atau Riya?

Ustadz mengatakan, amalan yang dilakukan secara diam-diam belum tentu juga menjamin keikhlasan seseorang. Begitu pula amalan yang dilakukan secara terang-terangan bukan berarti riya atau pamer. Semuanya kembali pada niat di dalam hati.

Amalan yang dilakukan secara terang-terangan ada baiknya juga jika ditujukan untuk kepentingan publik. Terlebih jika dana yang digunakan berasal dari publik. Publikasi ini menjadi bentuk pertanggungjawab kepada publik. Jika tidak ada laporan, yang ada publik menjadi curiga.

Lagi pula tidak ada larangan melakukan suatu amalan secara terang-terangan. Riya atau bukan, ikhlas atau tidak, bukan urusan kita. Yang tahu apakah itu ikhlas atau riya, hanya diri sendiri dan Allah. Orang lain tidak akan bisa tahu. Kecuali orang tersebut mengungkapkannya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun