Setelah vakum beberapa bulan karena adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) untuk meredam penularan Covid-19, akhir Kajian Islam Ahad Subuh (KISAH) kembali diadakan.
Sebagaimana namanya, kajian ini dilakukan usai shalat subuh berjamaah di masjid. Pengurus masjid Al Ihsan Permata Depok menyampaikan informasi tersebut yang terdengar oleh saya. Karena saya shalat subuh di rumah, jadi kajian saya ikuti secara online.
KISAH pada hari ini, Minggu (12/9/2021), membahas bab ikhlas yang disampaikan oleh Ustadz Hanif Lc. Jamaah yang ada di masjid diminta untuk menerapkan protokol kesehatan Covid-19.
Mengapa membahas ikhlas? Karena ikhlas adalah salah satu syarat agar amal diterima Allah Swt. selain juga harus sesuai dengan syariat-Nya.
Allah akan menyeleksi setiap amal dari niat dan keikhlasannya. Tanpa dua hal ini amal seseorang akan sia-sia dan tidak dipandang oleh Allah SWT. Karena setiap amalan itu harus disertai dengan niat.
Tetapi, tidak semua orang Islam mampu untuk menjaga keikhlasan tersebut. Meski seseorang sering ikhlas dalam beramal, tapi tidak selalu mudah menjaganya. Tidak jarang, karena kelalaian, atau karena godaan setan, sesekali sikap ikhlas itu lenyap dari hati.
Tidak hanya sekadar berkata "saya ikhlas", tapi kalau tidak dibarengi dengan niat tulus karena Allah SWT, itu namanya belun ikhlas.
Kalaulah hati masih merasa gundah, kesal dan terganggu dengan apa yang dilakukan orang lain terhadap kita, ikhlas yang kita ucapkan masih perlu dipertanyakan. Ini mengindikasikan kita belumlah ikhlas karena Allah.
Apa itu ikhlas? Ikhlas yang sesungguhnya yaitu melakukan sesuatu tanpa mengharapkan sesuatu yang lain selain berharap pada Allah. Tapi tidak mudah untuk ikhlas. Bukan sekedar omongan bahwa "saya ikhlas". Ada saja godaannya. Karena itu, kita harus bisa menjaga dan merawatnya.
"Ikhlas itu nilai yang paling utama. Harus dipelihara, dirawat. Di awal saat amal akan dikerjakan, lalu di tengah-tengah saat melakukan amal, dan sesudah melakukan amalan. Ini memang berat. Perlu diperjuangkan," terangnya.
Karena itu, sangatlah penting untuk menjaga keikhlasan dari semua amal perbuatan kita kepada Allah SWT.Â
Bagaimana cara menjaga dan merawat ikhlas?
Pertama, mengagungkan Allah dengan mengesakanNya, meyakini hanya kepadaNya manusia menyembah dan memohon pertolongan.
Selain itu, banyak berdoa dan berzikir. Memperbanyak istighfar bisa menjaga niat kita agar tidak melenceng dari niat selain pada Allah.
Nabi Muhammad SAW sendiri yang sudah mendapat jaminan syurga dari Allah, masih selalu berdoa agar selalu ikhlas. Padahal, beliau adalah hatinya selalu terjaga.
"Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari perbuatan menyekutukan-Mu sementara aku mengetahuinya, dan aku pun memohon ampun terhadap perbuatan syirik yang tidak aku ketahui." (HR Ahmad).
Pengertian syirik di sini bukan semata-mata menyembah selain Allah, tetapi juga mengikuti hawa nafsunya.
Allah berfirman dalam surat Al-Jatsiyah ayat 23: "Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapa yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat?) Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?"
Kedua, menyembunyikan amal kebaikan. Amal kebaikan yang dilakukan tanpa diketahui orang lain lebih dapat diharapkan keikhlasannya karena tidak ada yang mendorongnya untuk melakukan hal tersebut kecuali Allah semata.
"Kita bisa membiasakan amalan yang tahu hanya kita sendiri, yang keluarga atau pasangan kita pun tidak tahu. Seperti shalat tahajud, yang dilakukan saat yang lain masih tidur," kata ustadz.
Kelak di akhirat salah satu orang yang akan mendapatkan naungan di padang mahsyar adalah orang yang menyedekahkan sesuatu kemudian disembunyikan hingga tangan kirinya tak mengetahui apa yang diinfakkan tangan kanannya (HR. Bukhari, Muslim).
Ketiga, takut tidak diterimanya amal. Allah SWT Â berfirman: "Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka." (QS al-Mu'minun [23]: 60).
Seorang ulama menasihatkan, "Perbaikilah amal perbuatanmu dengan ikhlas dan perbaikilah keikhlasanmu itu dengan perasaan bahwa tidak ada kekuatan sendiri, bahwa semua kejadian itu hanya semata-mata karena bantuan pertolongan Allah saja."
Keempat, tidak terpengaruh perkataan orang lain. Pujian atau celaan yang menyebabkan seseorang beramal saleh, bukanlah termasuk perbuatan ikhlas. Ikhlas berarti tidak terpengaruh oleh pujian maupun celaan ketika beramal saleh. Mau dipuji atau tidak, bukan sandarannya untuk beramal.
Kelima, merenungi bahaya riya di dunia dan akhirat. Semakin ujub seseorang terhadap amal kebaikan yang dilakukan, maka akan semakin kecil dan rusak keikhlasan dari amal tersebut. Bahkan pahala amal kebaikan tersebut dapat hilang sia-sia.
Secara lahiriah orang tersebut menyangka akan masuk syurga, namun, malah masuk ke neraka gara-gara satu sebab: tidak ikhlas. Mereka beribadah, bukan ikhlas karena Allah, tapi agar disebut pintar, berani dan dermawan, atau mendapat pujian lainnya.
Maka, tidak ujub dan tak merasa puas dengan amal juga dapat menjaga ikhlas.
Bagaimana dengan amalan yang dipublikasikan? Apakah itu bisa dibilang ikhlas atau Riya?
Ustadz mengatakan, amalan yang dilakukan secara diam-diam belum tentu juga menjamin keikhlasan seseorang. Begitu pula amalan yang dilakukan secara terang-terangan bukan berarti riya atau pamer. Semuanya kembali pada niat di dalam hati.
Amalan yang dilakukan secara terang-terangan ada baiknya juga jika ditujukan untuk kepentingan publik. Terlebih jika dana yang digunakan berasal dari publik. Publikasi ini menjadi bentuk pertanggungjawab kepada publik. Jika tidak ada laporan, yang ada publik menjadi curiga.
Lagi pula tidak ada larangan melakukan suatu amalan secara terang-terangan. Riya atau bukan, ikhlas atau tidak, bukan urusan kita. Yang tahu apakah itu ikhlas atau riya, hanya diri sendiri dan Allah. Orang lain tidak akan bisa tahu. Kecuali orang tersebut mengungkapkannya sendiri.
"Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al Baqarah: 271)
"Jika kalian menampakkan sedekah, maka baiklah hal itu. Dan jika kalian menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu."
(HR. Al-Bukhari)
"Orang-orang yang menginfakkan hartanya malam dan siang hari (secara) sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati." (Albaqarah :274)
Menurutnya, melakukan amalan secara terang-terangan bisa memberikan contoh sekaligus mengajak orang lain untuk turut melakukan amalan tersebut.
Misalnya kita melihat ada orang shalat sunat di masjid. Semula kita tidak ada niat untuk shalat sunat. Karena melihat orang shalat sunat jadi tergerak untuk shalat sunat juga. Kedua-duanya mendapat pahala. Pahala "mengajak" dan pahala menjalankan amalan tersebut.
Mencontohkan adalah cara terbaik untuk mengajak. Misal, mau mengajak orang menyumbang banyak untuk wakaf masjid, maka sebisa mungkin diri kita terlebih dahulu yang melakukannya.
Tetapi ketika pihak masjid mengumumkan siapa-siapa saja yang sudah berwakaf, tapi nama kita lupa atau tidak disebutkan, lalu kita kesal atau menggerutu, maka itu berarti kita tidak ikhlas.
Rasulullah bersabda: "Barangsiapa memulai suatu sunnah yang baik dalam Islam, maka ia mendapatkan pahalanya dan pahala orang-orang yang mengikutinya." (HR. Muslim)
Jadi tidak ada larangan terkait melakukan suatu amalan kebaikan secara terang-terangan. Yang perlu kita tekankan bahwa amalan tersebut memang diniatkan karena Allah semata, bukan yang lain.
Untuk itu, mari luruskan niat kita untuk selalu belajar ikhlas karena Allah.
Wallahu 'alam bisshowab
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI