Ia pun permisi, kemudian berlalu untuk mengantarkan pesanan karangan bunga ke tempat yang lain.
Tidak selang berapa lama, saat kami sedang berdiskusi, datang lagi karangan bunga yang lain, yang dibawanya dengan motor. Ia lantas menurunkan karangan bunga tersebut.
Pertanyaan yang sama saya ajukan kepada dia. Katanya, selama pandemi permintaan didominasi oleh pesanan ucapan duka cita.Â
"Untuk duka cita bisa sampai 10 per hari, bahkan bisa lebih. Itu untuk duka cita aja. Selain ucapan duka belum ada selama PPKM Darurat ini," katanya sambil membuka ikatan karangan bunga yang terikat di motornya.
Ia sendiri bekerja di toko bunga yang lokasinya tidak jauh dari tempat tinggal orang tua saya. Masih satu wilayah. Jadi, ketika ada pesanan masuk melalui market place, toko bunganya langsung bergerak.Â
Jadi, meski si pengirim berada di luar Depok, ia bisa memesannya di marketplace seperti lazada. Itu sebabnya, karangan bunga tiba agak malam. Sekitar pukul 21.00.Â
Pada saat ia mengantarkan karangan bunga ini, menurut pengakuannya, pegawai yang lain tengah merangkai karangan bunga ucapan duka untuk permintaan yang lain.
Kenaikan tersebut imbas banyaknya pesanan karangan bunga ucapan dukacita. Banyak yang lembur hingga pagi hari.
Meski permintaan meningkat, ia mengaku sedih juga. Terlebih permintaan berupa ucapan duka cita, yang berarti ada peristiwa yang membuat duka seseorang. Yang biasanya lebih berkaitan dengan kematian.Â
"Tapi ya mau bagaimana lagi, karena ini pekerjaan yang tetap harus dijalani," ujarnya.