Ketika ibu saya meninggal, beberapa relasi saya mengirimkan karangan bunga papan yang berisikan ucapan belasungkawa. Ukuran karangan bunga ini cukup besar, menurut ukuran saya.
Pihak kantor abang saya juga mengirimkan karangan bunga ucapan duka cita. Relasi adik saya juga mengirimkan hal yang sama. Kalau dihitung ada 6 karangan bunga yang menghiasi halaman rumah orangtua saya. Semuanya berukuran besar.
Saya jadi berpikir, mungkin usaha toko bunga tidak mengalami dampak pandemi Covid-19. Jika wabah ini memukul usaha hampir semua sektor, tapi sepertinya tidak berlaku untuk jenis usaha ini.
Di tengah meningkatnya kasus Corona, ternyata ada sektor usaha yang justru mengalami peningkatan, yakni toko karangan bunga.
Ketika angka kematian akibat Covid-19 meningkat, meningkat pula permintaan karangan bunga ucapan duka cita. Apa iya?
Setidaknya, saya bisa melihat ada beberapa karangan bunga yang ditaruh di bak belakang mobil pick up ketika pegawai menurunkan karangan bunga yang ditujukan untuk ibu saya.
"Pak, selama pandemi permintaan karangan bunga terkena dampaknya nggak?" tanya saya kepada pegawai toko bunga yang bertugas di bagian kurir, Sabtu (24/7/2021) malam, yang mengantarkan karangan bunga.
Katanya sih tidak terlalu berdampak. Permintaan karangan bunga untuk event pernikahan dan ucapan-ucapan selama lainnya memang mengalami penurunan drastis akibat adanya pembatasan-pembatasan kegiatan masyarakat. Termasuk pembatasan kegiatan pernikahan.
Namun, permintaan untuk ucapan duka cita mengalami peningkatan tajam. Jika biasanya sekitar 5 - 10 permintaan dalam sehari, maka saat pandemi bisa lebih dari 10 pesanan. Yang terkadang dikerjakan hingga malam hari. Belum lagi jika permintaan mendadak.
Setelah karangan bunga diletakkan di halaman rumah, ia mengambil kamera lantas memotonya. Katanya buat laporan ke pengirim jika permintaannya sudah tiba di tempat tujuan.
Ia pun permisi, kemudian berlalu untuk mengantarkan pesanan karangan bunga ke tempat yang lain.
Tidak selang berapa lama, saat kami sedang berdiskusi, datang lagi karangan bunga yang lain, yang dibawanya dengan motor. Ia lantas menurunkan karangan bunga tersebut.
Pertanyaan yang sama saya ajukan kepada dia. Katanya, selama pandemi permintaan didominasi oleh pesanan ucapan duka cita.Â
"Untuk duka cita bisa sampai 10 per hari, bahkan bisa lebih. Itu untuk duka cita aja. Selain ucapan duka belum ada selama PPKM Darurat ini," katanya sambil membuka ikatan karangan bunga yang terikat di motornya.
Ia sendiri bekerja di toko bunga yang lokasinya tidak jauh dari tempat tinggal orang tua saya. Masih satu wilayah. Jadi, ketika ada pesanan masuk melalui market place, toko bunganya langsung bergerak.Â
Jadi, meski si pengirim berada di luar Depok, ia bisa memesannya di marketplace seperti lazada. Itu sebabnya, karangan bunga tiba agak malam. Sekitar pukul 21.00.Â
Pada saat ia mengantarkan karangan bunga ini, menurut pengakuannya, pegawai yang lain tengah merangkai karangan bunga ucapan duka untuk permintaan yang lain.
Kenaikan tersebut imbas banyaknya pesanan karangan bunga ucapan dukacita. Banyak yang lembur hingga pagi hari.
Meski permintaan meningkat, ia mengaku sedih juga. Terlebih permintaan berupa ucapan duka cita, yang berarti ada peristiwa yang membuat duka seseorang. Yang biasanya lebih berkaitan dengan kematian.Â
"Tapi ya mau bagaimana lagi, karena ini pekerjaan yang tetap harus dijalani," ujarnya.
Saya tidak bertanya berapa harga satu papan ucapan belasungkawa yang ditujukan untuk ibu saya ini.Â
Untuk pesanan satu papan bunga, harga yang paling murah standar sebesar Rp 500.000. Ia merinci jika ada 10 papan bunga ukuran standar dalam 1 hari berarti toko tempatnya bekerja bisa mengantongi pendapatan Rp5 juta.Â
Adapun harga karangan bunga bervariasi tergantung besarnya ukuran. Karena, katanya, ada juga karangan bunga seharga Rp.2.500.000. Semua bisa dipesan secara online. Minta dikirim hari ini, juga sebisa mungkin dipenuhi.
"Harganya masih normal, kami tidak menaikkan sama sekali. Harga untuk satu karangan bunga sangat bervariasi, yang paling murah 500 ribu, sampai jutaan rupiah," Â tuturnya.
Banyaknya orderan karangan bunga papan ucapan bela sungkawa, membuat toko tempatnya bekerja kewalahan melayani. Tidak jarang pesannya mendadak dan harus segera selesai.Â
"Jumlahnya pokoknya meningkat drastis dibanding sebelum pandemik Covid-19. Kenaikan terjadi sejak tiga minggu terakhir. Tepatnya saat lonjakan kasus positif Covid-19," katanya sambil menurunkan karangan bunga.
Menurutnya, banyaknya permintaan tersebut dialami semua pedagang. Tak jarang, pemilik harus menambah karyawan baru.Â
"Seumur-umur baru kali ini permintaan melonjak tajam," katanya.
Itu sebabnya, adanya penerapan PPKM tidak terlalu berpengaruh juga dengan kinerjanya. Selama memakai masker dua lapis dan mengantongi surat tugas, ia bisa melintasi ke mana saja.
Kalau pun terkena razia, petugas hanya mengingatkan untuk memakai masker dua lapis. Itu sebabnya, dia selalu membawa masker lebih untuk stok.Â
Setelah menuntaskan pekerjaannya, ia pun memoto karangan bunga untuk disampaikan kepada si pemesan jika pesanan sudah tiba di tempat tujuan. Di balik duka, ada "suka".Â
Apakah semua pedagang bunga mengalami hal yang sama? Entahlah. Harapan saya saat ini, pandemi segera berlalu dan semua kembali bisa beraktifitas. Tanpa ada air mata kesedihan atau kematian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H