Nilai sejarah dan filosofi dari Candi Borobudur yang dibangun sejak abad ke VII inilah menjadi magnet yang menarik banyak wisatawan tidak bosan-bosannya berkunjung ke sini.
Nah, di balik keindahan dan kemegahan Candi Borobudur ternyata menyimpan wisata alam yang memesona. Bahkan terdapat desa wisata yang tidak jauh-jauh amat dari Candi Borobudur.
Pesona inilah yang dimanfaatkan oleh paguyuban andong untuk menjadikannya sebagai kendaraan wisata untuk wisatawan melihat keindahan desa-desa di sekitar Borobudur.
Dengan naik andong, kita bisa berkeliling desa sambil menyaksikan secara langsung kegiatan masyarakat di desa tersebut. Seperti halnya dengan jeep dan VW klasik, naik andong juga bisa mampir ke sentra-sentra kerajinan rakyat. Dan, ini tentunya akan menjadi pengalaman yang mengesankan bagi wisatawan.
Baca juga: Mengunjungi Dusun Klipoh, Desa Wisata Perajin Gerabah, Tidak Jauh dari Candi Borobudur
Saya saja tertarik kok. Melihat hamparan sawah. Melewati jalan setapak. Jadi ingat lagu "Naik Delman" karya Ibu Sud. Dari saya masih kecil sampai saya punya anak, lagu ini masih selalu dinyanyikan.
Pada hari Minggu ku turut ayah ke kota. Naik delman istimewa kududuk di muka. Kududuk samping pak kusir yang sedang bekerja. Mengendarai kuda supaya baik jalannya, hei
Tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk. Tuk tik tak tik tuk tik tak suara sepatu kuda. Tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk. Tuk tik tak tik tuk tik tak suara sepatu kuda
Saya memang duduk di samping pak kusir yang sedang mengendalikan Luna. Sengaja pilih duduk di depan biar mata leluasa melihat keunikan dan keindahan desa. Asri dan alami.
Sambil mengobrol, pak kusir yang ramah ini bercerita, kalau andong wisata lebih bersih karena tidak buang kotoran sembarangan yang berceceran di jalanan. Pak kusir sudah menyiapkan tempat kotoran tersendiri yang letaknya di bagian bawah andong. Kotoran ini nantinya dijadikan kompos.