Bagaimana Hanacaraka dapat dikaitkan dengan prosedur audit pajak?
Terkait audit pajak, makna mendalam hanacaraka dapat dihubungkan dengan proses yang dialami auditor saat menjalankan tugas pemeriksaan pajak.
- Ada dua utusan (tesis), pada mulanya, Hanacaraka menyimbolkan adanya dua utusan. Dalam konteks audit pajak, kedua utusan ini dapat dipahami sebagai auditor dan wajib pajak. Auditor bertugas sebagai pengawas yang melakukan verifikasi atas kewajaran laporan pajak, sementara wajib pajak bertindak sebagai pihak yang memberikan data dan informasi terkait laporan tersebut. Keduanya memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa proses audit berjalan transparan dan sesuai aturan. Auditor, sebagai utusan kebenaran, memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga integritas dan menjalankan tugas sesuai dengan prinsip-prinsip hukum yang berlaku.
- Saling Bertentangan (Antitesis), filosofi Data Sawala, atau adanya pertentangan, menggambarkan dialektika yang sering terjadi dalam audit pajak. Wajib pajak dan auditor mungkin memiliki pandangan yang berbeda terkait interpretasi aturan pajak atau data yang disajikan. Pertentangan ini mencerminkan sifat alami dari proses audit, di mana auditor harus menggali lebih dalam untuk memahami kebenaran yang tersembunyi di balik angka-angka. Antitesis ini menggambarkan situasi di mana auditor menemukan ketidaksesuaian atau ketidakwajaran dalam laporan pajak, dan kedua pihak (auditor dan wajib pajak) akan terlibat dalam diskusi untuk menyelesaikan perbedaan tersebut.
- Sama-sama kuat argumentasinya, Filosofi Padha Jayanya menggambarkan bahwa baik auditor maupun wajib pajak memiliki argumen yang kuat dalam mempertahankan posisinya. Dalam proses audit pajak, wajib pajak mungkin memiliki alasan atau justifikasi yang kuat terkait pengisian laporan pajak mereka, sementara auditor, dengan berdasarkan aturan yang ada, akan mencari kepastian bahwa laporan tersebut sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Proses ini mencerminkan keseimbangan antara dua pihak yang sama-sama memiliki argumen logis. Auditor harus menjalankan tugasnya secara objektif, menimbang bukti-bukti yang ada, dan tidak menghakimi tanpa dasar yang kuat.
- Kebenaran itu ada pada ruang waktu sesuai raga, cipta, rasa, karsa, akhirnya kebenaran ditemukan melalui sintesis antara tesis dan antitesis. Dalam audit pajak, kebenaran ini ditemukan melalui proses yang teliti dan sistematis, di mana auditor melakukan pemeriksaan berdasarkan bukti-bukti yang ada dan interpretasi aturan pajak. Proses ini melibatkan pendekatan yang mendalam, serupa dengan metode hermeneutika, di mana auditor tidak hanya memeriksa data secara teknis, tetapi juga memahami konteks dari setiap transaksi yang dilaporkan oleh wajib pajak. Filosofi Maga Bathanga, yang mengajarkan pentingnya memahami seluruh unsur (raga, cipta, rasa, dan karsa), menggarisbawahi bahwa kebenaran tidak bisa dipaksakan, melainkan harus ditemukan melalui proses yang seimbang dan menyeluruh.
Menghubungkan dengan prosedur audit pajak
Dalam audit pajak, auditor menjalankan serangkaian prosedur yang ketat untuk memastikan bahwa wajib pajak telah melaporkan kewajiban pajaknya dengan benar. Filosofi Hanacaraka dapat memberikan wawasan tambahan yang memperkuat prinsip-prinsip profesionalisme dan integritas dalam menjalankan tugas tersebut. Berikut adalah beberapa aspek bagaimana Hanacaraka terhubung dengan prosedur audit pajak:
a. Dialektika antara Wajib Pajak dan Auditor
Seperti yang dijelaskan dalam filosofi Data Sawala dan Padha Jayanya, audit pajak sering melibatkan proses dialektika antara auditor dan wajib pajak. Pertentangan ini tidak selalu merupakan hal negatif, melainkan merupakan bagian dari proses verifikasi yang sehat. Auditor harus bersikap objektif, mendengarkan argumen dari pihak wajib pajak, dan mencari kebenaran melalui pembuktian yang logis dan rasional. Prosedur audit pajak mengharuskan auditor untuk mengumpulkan bukti-bukti yang mendukung atau membantah informasi yang disampaikan oleh wajib pajak, serta memberikan kesempatan bagi wajib pajak untuk menjelaskan posisinya.
b. Pencarian Kebenaran Melalui Sintesis
Sejalan dengan konsep sintesis dalam Hanacaraka, auditor tidak hanya bertugas untuk menemukan kesalahan, tetapi juga untuk memahami konteks dari setiap data yang diperiksa. Proses audit yang baik bukan hanya tentang menemukan ketidaksesuaian, tetapi juga tentang menemukan cara untuk memperbaiki ketidaksesuaian tersebut dan mencapai kesimpulan yang adil. Auditor harus mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk kondisi ekonomi, transaksi bisnis, serta niat dari wajib pajak. Dengan demikian, hasil audit pajak yang benar-benar objektif dan adil adalah hasil dari proses dialektika yang matang, di mana kebenaran ditemukan melalui penyeimbangan argumen dari kedua belah pihak.
c. Pentingnya Integritas dan Profesionalisme
Filosofi Hanacaraka juga menekankan pentingnya moral dan etika dalam menjalankan tugas sebagai utusan. Bagi seorang auditor, integritas adalah fondasi utama dalam menjalankan audit pajak. Auditor harus menjaga netralitas dan tidak boleh dipengaruhi oleh kepentingan pribadi atau tekanan dari pihak luar. Hal ini sesuai dengan filosofi Ha-na-ca-ra-ka, di mana auditor bertindak sebagai utusan yang menjalankan amanah untuk menemukan kebenaran.
d. Kesimpulan yang Tepat Berdasarkan Bukti yang Kuat