Mohon tunggu...
NENG APRIANTI
NENG APRIANTI Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa Magister Akuntansi - Universitas Mercu Buana

Mahasiswa Magister Akuntansi - NIM 55523110012 - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pemeriksaaan Pajak - Prof. Dr. Apollo Daito, S.e., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Diskursus Dialektika Model Hegelian, dan Hanacaraka pada Auditing Perpajakan

30 November 2024   15:07 Diperbarui: 30 November 2024   15:07 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Tesis, Antitesis, dan Sintesis:

Tesis: Proses audit dimulai dengan analisis terhadap laporan keuangan atau deklarasi pajak yang disampaikan oleh wajib pajak. Pada tahap ini, auditor memahami dokumen atau informasi yang ada dan menyusun kesimpulan awal terkait ketaatan pajak wajib pajak.

Antitesis: Kemudian, auditor akan mencari kontradiksi atau ketidaksesuaian antara data yang diberikan dan data eksternal (seperti informasi dari bank, laporan pihak ketiga, atau pemeriksaan lainnya). Ini mungkin mencakup inkonsistensi atau penghindaran pajak yang tidak dilaporkan dengan benar.

Sintesis: Melalui dialektika, auditor dapat mengidentifikasi solusi yang lebih kompleks, seperti meminta klarifikasi atau penyempurnaan data untuk menyelaraskan kontradiksi yang ada, dan menghasilkan rekomendasi atau temuan yang mendalam. Sintesis ini berfokus pada menghasilkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang bagaimana pajak dihitung, dan jika ada kebijakan atau keputusan yang perlu disesuaikan.

2. Proses Dinamis dalam Perpajakan:

Dalam konteks perpajakan, dialektika Hegelian juga bisa mengarah pada pemahaman bahwa sistem perpajakan dan audit perpajakan adalah sistem yang dinamis. Kebijakan pajak, peraturan, dan interpretasi perpajakan sering kali berkembang seiring waktu. Kontradiksi antara kebijakan pajak yang ada dan realitas ekonomi dapat menciptakan ruang bagi penyesuaian kebijakan (sintesis) yang lebih relevan dan adil.

3. Konflik antara Kepatuhan dan Penghindaran Pajak:

Sering kali terdapat konflik antara kepatuhan wajib pajak terhadap peraturan pajak dan upaya penghindaran pajak yang dilakukan oleh beberapa pihak. Dialektika Hegelian membantu auditor untuk memahami kedua sisi dari konflik ini: di satu sisi adalah keinginan untuk mematuhi undang-undang perpajakan, sementara di sisi lain adalah dorongan untuk mengurangi kewajiban pajak melalui perencanaan pajak yang agresif atau penghindaran pajak.

4. Evaluasi terhadap Kebijakan Perpajakan:

Penerapan dialektika Hegelian juga bisa diterapkan pada evaluasi kebijakan perpajakan itu sendiri. Misalnya, sebuah kebijakan pajak yang diterapkan oleh pemerintah mungkin menyebabkan dampak yang berbeda pada kelompok yang berbeda, menciptakan kontradiksi antara tujuan pemerintah dan efek nyata di lapangan. Dengan menganalisis kontradiksi ini, sintesis atau solusi dapat ditemukan untuk memperbaiki kebijakan yang ada.

Pendekatan dialektika Hegelian dalam audit perpajakan memungkinkan auditor untuk melihat kontradiksi antara laporan keuangan dan peraturan pajak serta mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana kebijakan pajak dan kepatuhan berkembang seiring waktu. Ini memungkinkan auditor untuk memberikan rekomendasi yang lebih berbasis pada analisis mendalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun