Mohon tunggu...
neneng salbiah
neneng salbiah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada buku yang ingin kau baca, namun kau tak menemukannya, maka kaulah yang harus menulisnya!

Apa yang kamu lihat itu adalah berita. apa yang kamu rasakan itu adalah puisi dan apa yang kamu khayalkan itu adalah fiksi. saya berharap pembaca tidak menghakimi tulisan-tulisan yang ada di blog ini. karena saya penulis pemula. belum pandai dalam menata ide pokok cerita dalam sebuah paragraf yang sempurna. Seorang ibu rumah tangga yang sedang belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Study Tour Pertama Putriku

17 Mei 2024   15:02 Diperbarui: 17 Mei 2024   15:02 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar bing kreator digial Ai

"Anti punya uang tabungan, Bu. Tidak banyak hanya segini," ucapnya seraya menyodorkan beberapa lembar uang pecahan lima puluh ribuan dan sepuluh ribuan.

"Pegang saja, di simpan ya... nanti bisa di gunakan untuk kebutuhan kamu saat study tour. Untuk pembayaran biar Ibu yang usahakan," ujarku sambil menggenggam tangannya.

Ia terenyum sangat manis, dan berlalu keluar rumah dengan tergesa, untuk berangkat kesekolah. Setelah mencium punggung tanganku. Karena waktu sudah menunjukan pukul tujuh lewat.

Sepeninggalan Rianti aku menuju kamar. Ekor mataku tertuju sebuah celengan berbentuk kendi yang terbuat dari tanah liat. Sedikit demi sedikit uang hasil menjadi buruh cuci dan membantu tetangga yang membutuhkan tenagaku. Selalu kusimpan dalam celengan itu.

Tanpa ragu kubanting celengan kelantai. Beberapa uang logam dan lembaran kertas berserakan. Setelah kurapihkan uang-uang itu, ternyata masih kurang banyak.

355000 Rupiah, uang hasil tabungan kumasukan dalam kantong keresek hitam dan kuselapkan diantara tumpukan baju dalam lemari. "Masih butuh sekitar 2 juta lebih," ucapku lirih.

"Kemana harus kucari uang sebanyak itu dalam waktu kurang dari satu bulan?" batinku.

*****

Sepulang dari membantu tetangga untuk merapihkan rumahnya, aku bergegas menuju satu rumah dimana ada sekelompok ibu-ibu yang selalu berkumpul setiap minggu. Mereka bilang di koprasi kelompoknya bisa meminjam uang dengan cicilan setiap minggu.

Atas saran mereka pula aku beranikan diri untuk mengajukan pinjaman. Namun rasa kecewa yang kudapat setelah mendengarkan penjelasan dari petugas koperasi tersebut. "Maaf, Ibu terlambat. Pengajuan nasabah baru sudah di laksanakan minggu kemarin. Jadi kemungkinan akhir bulan ini Ibu baru bisa mengajukan datanya," ucap petugas tersebut.

Harapanku untuk mendapatkan uang itu sirna. Tanpa semangat kubuka pintu rumah suasana masih sunyi, itu artinya Rianti belum kembali dari sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun