Mohon tunggu...
neneng salbiah
neneng salbiah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada buku yang ingin kau baca, namun kau tak menemukannya, maka kaulah yang harus menulisnya!

Apa yang kamu lihat itu adalah berita. apa yang kamu rasakan itu adalah puisi dan apa yang kamu khayalkan itu adalah fiksi. saya berharap pembaca tidak menghakimi tulisan-tulisan yang ada di blog ini. karena saya penulis pemula. belum pandai dalam menata ide pokok cerita dalam sebuah paragraf yang sempurna. Seorang ibu rumah tangga yang sedang belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sapu Tangan Usang

24 April 2024   14:54 Diperbarui: 24 April 2024   15:02 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber  Gambar Bing image Kreator digital Ai

Sapu Tangan Usang

 

Setiap anak tidak pernah bisa memilih di lahirkan oleh rahim siapa.

Begitu juga denganku. Hingga aku memohon jangan pernah mencerca seorang anak karena tabiat kedua orang tuanya.

Memiliki ayah yang memilih hidup dalam kubangan dosa hingga akhir khayat, jelas bukan mauku. Memiliki ibu yang rela mengakhiri hidup karena lilitan hutang, pun bukan mimpiku.

Kupeluk erat lengan Nenek yang selama ini membesarkanku. Tangisku terisak air mata membasahi kain lusuh yang ia kenakan. Pedih, perih, atas semua cercaan yang di lontarkan tetanggaku.

"Kenapa?" tanyanya lembut.

"Nek... ayo kita pindah dari tempat ini," ucapku di tengah isak tangis. Pinta seorang cucu yang belum cukup dewasa untuk mengerti jika semua akan menjadi beban wanita setengah abad yang terlihat lelah menghadapi permasalahan hidup.

Yang aku tahu hanyalah. Aku ingin hidup di mana semua orang tidak mengenal kami. Tidak tahu jika nenek memiliki anak yang menanggung beban hutang hingga memilih untuk bunuh diri. Atau menantunya yang di kenal banyak orang dengan sebutan bajingan!

"Ya... kita akan pindah,' ujarnya.

Aku menyeka air mata. "Benarkah?" tanyaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun