Mohon tunggu...
neneng salbiah
neneng salbiah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada buku yang ingin kau baca, namun kau tak menemukannya, maka kaulah yang harus menulisnya!

Apa yang kamu lihat itu adalah berita. apa yang kamu rasakan itu adalah puisi dan apa yang kamu khayalkan itu adalah fiksi. saya berharap pembaca tidak menghakimi tulisan-tulisan yang ada di blog ini. karena saya penulis pemula. belum pandai dalam menata ide pokok cerita dalam sebuah paragraf yang sempurna. Seorang ibu rumah tangga yang sedang belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Roman

Titip Rindu Untuk Sebuah Nama

18 April 2024   20:00 Diperbarui: 25 Oktober 2024   05:30 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tertunduk, dengan lirih kukatakan kepada angin. "Wahai angin kembalikan rindu itu padaku, biarlah rindu yang tertahan tetap bertahta di hatiku."

Kupejamkan mata dalam keheningan menanti mimpi di penghujung malam, sesaat aku terbuai diantara suara-suara binatang malam yang tidak mengenal batas hidup dan kematian, hingga mata lelah ini menolak cahaya dan terlelap. Malam membungkus tidurku dengan kabut kerinduan.

Kusambut pagi tanpa perubahan. kembali aku berdiri di samping jendela kamar, tak kutemui embun pagi ini. Mungkin, mentari telah membawanya pergi dengan sinar hangatnya. Celoteh burung kenari di ranting kecil seolah ingin mengajakku bercanda, alangkah bahagianya burung-burung itu melompat kian kemari dan berkicau tanpa beban.

Aku yang terjebak dalam kenangan, tanpa kuasa menahan arus rindu yang terus mengalir menuju sebuah nama. Rindu yang membuat aku ingin selalu menatap senja, rindu yang membuat aku selalu ingin menyendiri, menanti angin memberi kabar tentang sebuah nama yang kurindu. Rindu membuat aku bersahabat dengan malam yang setia mendatangkan mimpi-mimpi tentangnya.

Saat ini aku kembali menatikan malam tanpa ingin melewati senja, semburat jingga yang selalu menawarkan ke damaian di tengah pusaran badai kerinduan yang membuncah.

Mataku terlalu lelah untuk terus terjaga hingga sura isak tangis mengusik lelapku.

Aku terbangun kuhampiri malam yang tampak kelam" Wahai malam mengapa kau begitu sedih.? " Malam pun menjawab "Aku tidak lagi membawakan mimpi indah untukmu. " Jawab malam nyaris tak terdengar.

"Wahai malam... Bawakan lagi mimpi untukku, seperti halnya angin yang telah mengembalikan rinduku." Pintaku mengiba pada kegelapan malam.

Kemana aku harus titipkan rinduku? kutegakkan kepala menatap langit, kupadang langit malam yang terbalut awan hitam. Seandainya petir adalah syarat untuk menyatukan rindu ini, aku ingin menjadi awan yang menghitam.

Aku terlalu lama berada di kubangan rindu. Hanya bercumbu dalam mimpi-mimpi bersama bayangan semu sebagai pengobat rindu. Haruskah aku salahkan rindu?? Atau semua hanya rasa yang berlebihan...

Setelah angin mengembalikan rindu dan malam tak lagi memberikan mimpi-mimpi semu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun