Sementara aku?... akh...! Aryo... kamu tidak tahu masa lalu aku?
Aryo menggenggam tanganku, jantungku kembali tak karuan, andai dia tau apa yang akan ia lakukan?
"Aryo, aku suka sama kamu, sejak awal kita bertemu, tapi.... Kamu tidak tau masa laluku," ucapku seraya menatapnya.
"Setiap orang memiliki masa lalau, baik atau buruk, itu hanya masa lalu," jawabnya.
"Jika kamu mengetahui masa laluku, apakah kamu tidak akan membenciku?" tanyaku.
"Aku tidak berhak menghakimi, seperti apa pun masa lalumu, karena aku sendiri bukan orang yang suci," ujarnya.
Ia terus menggenggam tanganku dengan erat seakan tidak ingin melepaskannya. Aryo... kamu berhak mendapatkan yang lebih baik, keyakinanamu tentang aku salah.
"Aryo.... Aku ingin memberitahukan satu hal, tentang masa laluku..." Aryo langsung meletakan jari telunjuknya di mulutku, menghentikan ucapan yang akan aku utarakan. Aaah... coba turun gerimis pasti tambah romantis.
"Tidak perlu di teruskan, aku menerimamu beserta masa lalumu, seburuk apapun itu," ucapnya. Nah...loh! Aku menelan ludahku sendiri. Ya... iyalah ludah sendiri, masa ludah orang lain!
Helaan nafas keluar dari mulutku seiring tangan Aryo menarikku kedalam pelukannya. Kami berjalan bergandengan tangan. Dengan rasa bangga Aryo terus menggenggam tanganku.
Haruskah aku sesali pertemuanku dengannya? Atau haruskah aku syukuri atas semua ini? Duh! Keadaan becandanya suka kelewatan.