Mohon tunggu...
neneng salbiah
neneng salbiah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada buku yang ingin kau baca, namun kau tak menemukannya, maka kaulah yang harus menulisnya!

Apa yang kamu lihat itu adalah berita. apa yang kamu rasakan itu adalah puisi dan apa yang kamu khayalkan itu adalah fiksi. saya berharap pembaca tidak menghakimi tulisan-tulisan yang ada di blog ini. karena saya penulis pemula. belum pandai dalam menata ide pokok cerita dalam sebuah paragraf yang sempurna. Seorang ibu rumah tangga yang sedang belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Andai Dia Tau

24 Februari 2024   13:37 Diperbarui: 24 Februari 2024   13:58 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara aku?... akh...! Aryo... kamu tidak tahu masa lalu aku?

Aryo menggenggam tanganku, jantungku kembali tak karuan, andai dia tau apa yang akan ia lakukan?

"Aryo, aku suka sama kamu, sejak awal kita bertemu, tapi.... Kamu tidak tau masa laluku," ucapku seraya menatapnya.

"Setiap orang memiliki masa lalau, baik atau buruk, itu hanya masa lalu," jawabnya.

"Jika kamu mengetahui masa laluku, apakah kamu tidak akan membenciku?" tanyaku.

"Aku tidak berhak menghakimi, seperti apa pun masa lalumu, karena aku sendiri bukan orang yang suci," ujarnya.

Ia terus menggenggam tanganku dengan erat seakan tidak ingin melepaskannya. Aryo... kamu berhak mendapatkan yang lebih baik, keyakinanamu tentang aku salah.

"Aryo.... Aku ingin memberitahukan satu hal, tentang masa laluku..." Aryo langsung meletakan jari telunjuknya di mulutku, menghentikan ucapan yang akan aku utarakan. Aaah... coba turun gerimis pasti tambah romantis.

"Tidak perlu di teruskan, aku menerimamu beserta masa lalumu, seburuk apapun itu," ucapnya. Nah...loh! Aku menelan ludahku sendiri. Ya... iyalah ludah sendiri, masa ludah orang lain!

Helaan nafas keluar dari mulutku seiring tangan Aryo menarikku kedalam pelukannya. Kami berjalan bergandengan tangan. Dengan rasa bangga Aryo terus menggenggam tanganku.

Haruskah aku sesali pertemuanku dengannya? Atau haruskah aku syukuri atas semua ini? Duh! Keadaan becandanya suka kelewatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun