Dalam struktur sosial lazim dijumpai adanya ketidaksamaan sosial. Ketidaksamaan sosial umumnya dilihat dalam dua aspek, yaitu ketidaksamaan sosial secara vertikal (perbedaan antar individu atau kelompok dalam masyarakat yang menunjukkan adanya tingkatan lebih rendah atau lebih tinggi) yang disebut stratifikasi sosial, dan ketidaksamaan sosial secara horizontal (perbedaan antar individu atau kelompok dalam masyarakat yang tidak menunjukkan adanya tingkatan yang lebih tinggi atau lebih rendah) yang disebut diferensiasi sosial.Â
Stratifikasi berasal dari kata strata atau tingkatan. Stratifikasi sosial adalah struktur dalam masyarakat yang membagi masyarakat ke dalam tingkatan-tingkatan (strata). Pitirim A. Sorokin (1970) mengatakan: "stratification is the differentiation of a given population into hierarchically superposed classes." bahwa stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarki). Dalam sosiologi pembedaan anggota masyarakat berdasarkan status yang dimilikinya dinamakan stratifikasi sosial (social stratifications).
Pembedaan masyarakat menjadi berbagai lapisan, merupakan gejala universal dalam sistem sosial masyarakat. Kapan pun dan di mana pun, pelapisan sosial selalu ada, baik di dalam masyarakat tradisional (pedesaan) maupun di dalam masyarakat modern. Hal ini terjadi karena di dalam diri individu selalu ada kecenderungan untuk mengklasifikasikan segala sesuatu berdasarkan standar nilai yang dimilikinya. Pada zaman Yunani kuno, seorang ahli filsuf bernama Aristoteles mengatakan bahwa, di dalam negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, yang miskin, dan yang berada di tengah-tengahnya. Pendapat tersebut sedikit banyak membuktikan bahwa pada zaman itu dan sebelumnya, orang telah mengakui adanya lapisan masyarakat yang mempunyai kedudukan bertingkat.
Pada masyarakat homogen seperti masyarakat pedesaan/tradisional, sistem stratifikasi masih belum banyak diterapkan. Masyarakat homogen hanya dibedakan atas dasar perbedaan usia, kekuasaan, dan senioritas. Hal ini terjadi karena pembagian peran pada masyarakat homogen masih cenderung sedikit, dan hampir semua orang melakukan peran yang sama, seperti masyarakat desa nelayan atau masyarakat desa petani. Sedangkan pada masyarakat kota yang heterogen, dengan populasi yang besar, dan menjalani kehidupan yang modern, maka sistem pelapisan dalam masyarakatnya semakin kompleks. Keadaan ini mudah untuk dimengerti, karena dengan jumlah anggota masyarakat yang sangat banyak, maka pembagian tugas-kerja, hak-hak, kewajiban, serta tanggung jawab sosial menjadi semakin kompleks pula. Oleh karena itu, meskipun penggolongan penduduk secara berjenjang masih berdasarkan perbedaan usia, kekuasaan, dan senioritas, namun ditambah juga dengan perbedaan kepemilikan, ekonomi, pekerjaan, tingkat pendidikan, dan hak-hak istimewa seseorang.
Dapat dikatakan bahwa, stratifikasi yang diterapkan di dalam masyarakat homogen, sifatnya alamiah (tidak disengaja), sementara di dalam masyarakat heterogen, selain menerapkan stratifikasi yang terjadi secara alamiah, juga stratifikasi yang memang sengaja dibuat, dengan tujuan agar pendistribusian hak dan kewajiban dapat dilakukan dengan efisien dan efektif. Â
Jenis Stratifikasi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto (1992), dilihat dari sifatnya, pelapisan sosialnya dibedakan menjadi sistem pelapisan sosial tertutup, sistem pelapisan sosial terbuka, dan sistem pelapisan sosial campuran.
Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification)
Stratifikasi ini adalah stratifikasi di mana anggota dari setiap strata sulit mengubah status sosialnya. Hal ini menunjukkan, bahwa sistem stratifikasi sosial tertutup tidak memungkinkan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan lainnya (atas maupun bawah). Satu-satunya jalan adalah melalui kelahiran dari perkawinan antar strata. Contoh Sistem stratifikasi tertutup terlihat pada masyarakat India yang berkasta, atau di dalam masyarakat yang menganut sistem feodal. Di India, sebenarnya ada lima kasta, namun seiring dengan adanya doktrin tradisional yang menyebutkan bahwa kasta hanya empat, Â maka golongan yang tidak memiliki kasta disebut Hariyan.
Apabila ditelaah yang terjadi pada masyarakat India, akan ditemui sistem lapisan yang sangat kaku, dan klan menjelma dalam tubuh kasta-kasta dengan ciri-ciri sebagai berikut.
1) Â Keanggotaan pada kasta diperoleh karena kewarisan/kelahiran. Anak yang lahir memperoleh kedudukan orang tuanya.