Masyarakat tempat anak tumbuh memengaruhi nilai-nilai yang dianutnya. Norma sosial, kebiasaan, dan ekspektasi masyarakat membentuk pandangan anak terhadap dunia. Selain itu, media massa dan teknologi modern kini menjadi bagian integral dari lingkungan anak, yang dapat memperkaya atau, sebaliknya, memperburuk perkembangan sosial emosional, tergantung pada konten yang dikonsumsi.
2. Peran Budaya dalam Perkembangan Sosial Emosional
Budaya merupakan kerangka besar yang membentuk cara seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku. Budaya memengaruhi bagaimana emosi diungkapkan, bagaimana hubungan sosial dibentuk, dan apa yang dianggap penting dalam interaksi sosial.
a. Norma Budaya tentang Ekspresi Emosi
Setiap budaya memiliki cara berbeda dalam mengekspresikan emosi.
- Di budaya kolektivis, seperti di banyak negara Asia, individu cenderung menahan emosi demi menjaga harmoni kelompok.
- Sebaliknya, di budaya individualis, seperti di negara-negara Barat, ekspresi emosi secara terbuka lebih diterima dan dihargai.
Perbedaan ini membentuk cara anak belajar mengelola emosinya dan menyesuaikan diri dalam hubungan sosial.
b. Nilai dan Tradisi dalam Budaya
Nilai-nilai budaya menentukan prioritas dalam hubungan sosial, seperti pentingnya menghormati orang tua, menjaga nama baik keluarga, atau menolong sesama. Tradisi dan ritual budaya, seperti perayaan, upacara adat, atau kegiatan keagamaan, menjadi sarana bagi anak untuk belajar tentang empati, kerja sama, dan identitas sosial.
c. Bahasa sebagai Media Sosial Emosional
Bahasa adalah bagian dari budaya yang menjadi alat untuk mengekspresikan emosi dan memahami orang lain. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan bilingual, misalnya, memiliki kesempatan lebih besar untuk memahami perspektif sosial yang berbeda, yang dapat meningkatkan kemampuan sosial emosional mereka.
3. Interaksi antara Lingkungan dan Budaya