Lingkungan dan budaya tidak bekerja secara terpisah, melainkan saling memengaruhi. Lingkungan yang mendukung nilai-nilai budaya tertentu akan memperkuat pembentukan identitas sosial emosional individu. Misalnya, anak yang tumbuh dalam keluarga yang menjunjung tinggi nilai gotong royong di budaya kolektivis cenderung memiliki empati yang lebih besar terhadap kebutuhan kelompok.
Sebaliknya, ketidaksesuaian antara nilai budaya dan lingkungan dapat menciptakan tantangan dalam perkembangan sosial emosional. Contohnya, anak yang dibesarkan dalam budaya kolektivis tetapi hidup di masyarakat individualis mungkin merasa bingung tentang bagaimana menyesuaikan diri.
Kesimpulan
Lingkungan dan budaya adalah dua faktor utama yang membentuk perkembangan sosial emosional seseorang. Keluarga, sekolah, masyarakat, dan media memberikan pengalaman langsung yang memengaruhi kemampuan sosial dan emosional anak. Di sisi lain, budaya menyediakan kerangka nilai dan norma yang membentuk cara anak memahami dan mengekspresikan emosi. Dengan memahami peran lingkungan dan budaya, kita dapat menciptakan kondisi yang mendukung perkembangan sosial emosional yang sehat bagi individu sejak usia dini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H