Mohon tunggu...
NellaLestari _07
NellaLestari _07 Mohon Tunggu... Penulis - Aktif

Pelajar SMA yang mencoba berimajinasi di sela-sela menumpuknya tugas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Amerta

21 November 2021   11:30 Diperbarui: 21 November 2021   11:42 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

***

  "Dia belum mati!" Teriakan histeris datang dari kamar jenazah, seorang pria paruh baya membiarkan dirinya terlihat lemah ketika tubuh buah hati terbujur kaku.

  "Rumah sakit ini bodoh! Apa karena kami miskin karena itu tidak ditangani terlebih dulu?!" Emosinya memuncak, bahu yang selama ini jadi sandaran para insan yang penuh keluh itu, seolah kini sudah lelah. "Saya bisa jual ginjal saya! Asal anak saya kembali hidup! Hai, Malaikat Izrail! Kembalikan nyawa anakku!"

  Bibir Firza kelu, mengunjungi Ayesha sembari membawa kue kecil untuk memastikan si cantik yang berulang tahun itu baik-baik saja. Realitasnya ---

  "Korban kehilangan banyak darah sehingga membuatnya lemah, kami turut berdukacita."

---Ayesha telah tiada. Firza menyesal kenapa dirinya dulu tidak membuka indra ke-enam, ia saat ini ingin melihat Ayesha yang mungkin senyum bahagia di sebelahnya karena melihat Firza menitikkan air mata. Runtuh. Rapuh. Dekap singkat tak pernah ia dapat, tapi Ayesha beri birahi lengkap.

  "Menjerit pun, kamu tak akan kembali," ucap Firza pasrah.

  Tepat di umur tujuh belas tahun, Ayesha meninggalkan Firza, orang-orang tercinta, beserta cita-citanya. Perasaan berkecamuk, seolah harapan yang telah terbentuk sudah remuk.

***

  Pada perjalanan melelahkan bersama diobrak-abrik hati, Firza harus menerima kenyataan, terduduk melemah di pemakaman segar berjajar rangkaian bunga sederhana. Sudah tidak sanggup menyapa seperti biasa, partner prestasinya telah meninggal dunia, padahal baru lima jam lalu berkomunikasi. Setelahnya Firza melanjutkan perjalanan ke pohon yang biasa mereka gunakan saling bercerita, Firza membaca kertas bertuliskan harapan, impian Ayesha.

  "Aku boleh baca?" tanya Firza waktu itu. "Enggak! Kan kalau punya cita-cita mending disimpan sendiri aja, curhatnya sama Tuhan," jawab Ayesha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun