Mohon tunggu...
Nelis Nursidah
Nelis Nursidah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Misteri Lebak Kujang

1 Mei 2017   06:38 Diperbarui: 1 Mei 2017   15:40 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Alkisah di sebuah perkampungan yang bernama Leuwi Loa,   hiduplah seorang Nenek dan Cucunya. Mereka hidup dalam kemiskinan. Walaupun demikian, ia  suka berderma dan membantu yang mengalami kesusahan. Karena sifatnya itulah, banyak orang yang suka pada mereka.

 Pagi sekali, datanglah seorang peremuan tengah baya yang mempunyai anak tiga dengan maksud meminta tolong untuk meminjam beras . Perempuan baya beranak tiga itu sudah enam bulan ditinggal suaminya pergi bekerja tapi sampai saat ini belum pulang juga .Untuk menapkahi ketiga anaknya perempuan baya itu setiap harinya  menerima belas kasihaan para tetangganya .

 “ Nek, tolonglah saya! Hari ini saya tidak bisa memberi makan anak- anak .” kata perempuan baya itu sambil menundukan wajahnya.”

“Saya malu sekali, sering datang untuk meminjam beras. Seandainya nanti suamiku pulang insaallah saya akan membayar hutang yang sudah tidak terhitung lagi ke Nenek .” Kata perempuan baya itu sambil menyeka air mata yang meleleh ke pipinya yang pucat pasi.

“Hari ini Nenek hanya punya beras dua liter saja Nyai. Kalau Nyai membutuhkannya, bawa saja satu liter agar anak- anak bisa makan.” Kata Si Nenek itu sambil beranjak dari duduknya berjalan menuju dapur.

Karena sifatnya penyayang dan baik hati, beras yang ia punya dua liter itu pun dia berikan satu liter beras ke perempuan baya itu.

Dengan gembiranya perempuan baya itu menerima beras dari tangan Si Nenek. “Terima kasih Nek, semoga Allah SWT melimpahkan pahala dan rizki yang besar kepada Nenek yang telah menolong saya.” Diciumnya tangan Si Nenek dengan penuh hormat.

“Aamiinnn...cepat pulang Nyai ! Anak- anak pasti menunggumu. Kasihan mereka pasti lapar.” Jawab Si Nenek itu dengan penuh kasih sayang. Maka pergilah perempuan baya itu meninggalkan rumah Si Nenek itu.

Di luar mentari mulai tersenyum indah. Burung- burung bernyanyi riang dan beterbangan kesana kemari. Hawa dingin masih menyelimuti kampung itu, membuat orang malas untuk beranjak ke luar rumah. Sepulangnya dari perempuan baya itu seperti biasanya Si Nenek selalu memasak nasi untuk sarapan cucunya yang ia sayangi bernama Udin. Diasur- asurnya kayu ke dalam tungku yang mulai padam. Saat itu cucunya yang bernama Udin memanggil neneknya yang sedang memasak di dapur.

Nek !!! Nenekkkk .....!!!! teriak Si Udin dari kamar berbilik yang sempit dan pengap itu. Si Nenek itu tidak menjawab mendengar teriakan cucanya itu  karena mulutnya masih meniup selongsongan yang ditujukan ke tungku yang apinya sudah mulai padam

“Nenekkkkkkkkk !!!!!! teriak Si Udin semakin keras teriakannya. “ Ya Cucukuuuu.....ada apa ? Nenek lagi masak di dapur. Datanglah kesini Cu!”  jawab Si Nenek itu sambil memasukan kembali kayu ke tungku . Karena perih kena asap itu mata Si Nenek mengeluarkan air mata.Ia menyeka air matanya dengan ujung kebaya yang lusuh dan kumal itu. Maafkan Udin Nek ! Udin tidak tahu kalau Nenek ada di dapur, hingga Udin berterik kencang . Nenek marah ya sama Udin hingga Nenek menangis? Kata Si Udin sambil menundukan wajahnya yang polos penuh penyesalan.

“Tidak apa- apa Cu, Nenek menangis karena mata Nenek perih kena asap tungku itu hihihihiihh,,,,oho..ohooooo.......” jawab Nenek itu sambil tertawa terkekeh- kekeh dengan diakhiri batuk- batuk. “Alhamdulillah, dikira nenek menangis karena marah sama Udin hihihih...” kata Si Udin sambil mendekati Si Neneknya. “Udin mau ngajak Nenek mencari jamur ke Lebak. Mau kan Nenek pergi ke Lebak? ” Pinta Si Udin memelas.

Sejak kecil Si Udin suka sekali makan jamur atau supa suung. Kata “Supa” sebeneranya berasal dari bahasa sunda yang berarti “Jamur” sedangkan “Suung” adalah nama/jenis jamur.Supa suung biasanya banyak ditemukan ketika musim penghujan tiba, atau tepatnya setelah musim penghujan. Jamur ini biasanya menyukai tempat – tempat yang lembab dan tidak terkena matahari langsung. Jamur ini banyak ditemukan dihutan, tapi sering juga sering ditemukan di kebun, di Lebak,  atau  dipekarangan rumah.

Tidak biasanya Si Udin mengajak mencari jamur ke Lebak. Lebak adalah sawah yang berada di dataran  rendah yang terdapat sungai besar. Pada musim hujan Lebak yang berada di Desa Gudang itu sering diterjang banjir bandang. Dan salah satu koban banjir adalah orang tua Udin.

Si Udin sejak berumur sembilan tahun sudah menjadi anak yatim piatu. Kini hidupnya bersama neneknya. Ayah ibunya meninggal dunia saat mereka berada di Lebak berkebun cabe rawit. Mereka tidak sadar waktu banjir bandang datang menerjang Lebak itu hingga airnya meluap dan menenggelamkan semua benda yang ada di sekitar Lebak itu. Kedua suami istri itu terbawa arus sungai dan mayatnya sampai saat ini tidak ditemukan.

Mendengar permintaan Si Udin itu, Neneknya diam membisu. Hanya air matanya kembali meleleh ke pipinya yang sudah keriput. Kini Nenek itu menangis bukan karena perihnya asap tapi ingatannya kembali merasakan perihnya ditinggal anak menantunya meninggal dunia terbawa banjir bandang. Banjir bandang adalah banjir besar yang datang secara tiba-tiba dengan meluap, menggenangi, dan mengalir deras menghanyutkan benda-benda besar seperti kayu dan sebagainya.Banjir ini terjadi secara tiba-tiba di daerah permukaan rendah akibat hujan yang turun terus-menerus. Banjir bandang terjadi saat penjenuhan air terhadap tanah di wilayah tersebut berlangsung dengan sangat cepat hingga tidak dapat diserap lagi. Air yang tergenang lalu berkumpul di daerah-daerah dengan permukaan rendah dan mengalir dengan cepat ke daerah yang lebih rendah. Akibatnya, segala macam benda yang dilewatinya dikelilingi air dengan tiba-tiba. Banjir bandang dapat mengakibatkan kerugian yang besar.

“Nenek, ko menangis lagi ? Nenek masih perih ya matanya? Kata Si Udin sambil menatap Neneknya. “ Ya Cu, mata Nenek masih perih.” Jawab Si Nenek itu menyembunyikan rasa sedihnya.

“ Nenek mau kan mengantar Udin mencari jamur ke Lebak? Udin ingin sekali makan  pepes jamur buatan Nenek yang enak itu.” Kata Si Udin sambil bergelayut ke tangan Si Nenek. “Ayo dong Nek mau kan?” Rengek Si Udin memelas. Karena rengekan cucunya itu maka Si Neneknya pun mengiyakan. “Alhamdulillah Ya Allah.....terima kasih Nek !” teriak Si Udin sambil menengadahkan tangannya ke atas dengan muka berseri- seri. “Ayo Nek sekarang kita pergi !” Ajak Si Udin

.’Sebentar Cu,,, akan nenek siapkan dulu makanannya  biar nanti kita sarapannya di Lebak saja ya? ” jawab Si Nenek sambil membungkus nasi di daun pisang yang disebut dengan nasi timbel.

“Ayo Cu, kita berangkat sekarang !!!” kata Si Nenek sambil mengais bakul berisi nasi timbel dan bungkusan ikan asin, lalapan dan sambel terasi.

Berangkatlah mereka ke Lebak itu. Tangan Si Udin menggandeng tangan Neneknya itu seperti tidak mau jauh- jauh.

Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan seorang pengemis. Kakek tua yang berwajah pucat pasi, kulitnya berkeriput, badannya bongkok, pakaiannya kumal dan compang- camping dan matanya  merah.

“Kasihan Kakek Nak !!!! Kakek belum makan sejak kemarin. Kakek ini sakit.” Kata Kakek itu sambil menengadahkan tangannya dihadapan Si Udin.Si Udin melirik  Neneknya yang diam membisu melihat pengemis itu.“ Nenek, kasihan kakek itu. Berilah ia sedikit makanan! Kasihan ia tidak makan dari kemarin.” Kata Si Udin. “ Ayo Nek, berikan nasi kita untuk Kakek itu! Biar udin hari ini tidak sarapan asal Kakek itu makan.” Dengan  kepolosannya  dan rasa ikhlas hati anak itu ingin menolong Si Kakek yang kelaparan.“Ya Cu, akan Nenek sedekahkan sebagian nasi dan lauknya untuk Si Kakek.” Jawab Si Nenek itu. Diambilnya satu bungkus nasi timbel dan lauknya dari bakul kemudian ia serahkan ke Si Udin. Si Udin pun menyerahkan lagi  ke Si Kakek itu yang tertunduk lesu.

Dengan mata berkaca- kaca menahan haru, Si Pengemis itu menerima pemberian nasi dan lauknya dari tangan Si Udin. “ Terima kasih Nak, semoga Alllah SWT membalas dengan segala limpahan pahala dan rizki  yang bermanfaat atas segala kebaikan kalian. Aamiinnnn....” kata Si Pengemis tua itu. Dengan lahapnya makanan itu dimakannya.

Nyiur melambai- lambai indah di pematang sawah saat mereka menginjakan kakinya di Lebak. Embun pagi membasahi rumput- rumput yang mulai terbangun. Pohon- pohon hijau berdiri tegak menyambut kedatangan mereka yang tidak semua orang berani masuk ke Lebak itu . Menurut cerita orang dari mulut ke mulut banyak kejadian yang aneh- aneh terjadi pada saat orang berkebun atau bertani di Lebak itu yang terkenal angker.Apalagi setelah terjadinya banjir bandang yang memakan korban yaitu ayah ibunya Si Udin.

“Cucuku, ayo kita sama-sam berteriak mengucapakan kur....kurr.....kurrrr.....!!!!” teriak Si Nenek tua itu yang diikuti oleh teriakan Si Udin juga yang terus menyibak- nyibakan semak belukar yang menghalangi jalannya. Sudah menjadi kebiasaan kalau berburu jamur orang- orang di kampung itu selalu berteriak memanggil jamur itu dengan kata “kur...kurr...kurrr” berulang kali dengan maksud agar jamur- jamur itu bermunculan dan yang mencarinya bisa melihat jamur itu.

Hampir lima belas menit mereka belum juga menemukan jamur itu. Teriakan mereka itu terus tidak berhentinya memanggil jamur-  jamur itu.

“ Cucuku, ayo kita mencarinya pindah ke sebelah rungkun pohon pisang itu!” kata Si Nenek itu sambil memegang tangan Si Udin dengan lembut dan penuh kasih sayang.

Baru saja sampai ke rungkun pepohonan itu, Si Udin berteriak kencang “ Nekkkkk..... lihatlahhhh itu banyak sekaliii jamurnyaaa...!!!” teriak Si Udin sambil mendekati jamur- jamur itu. “Subhanallah...Cucukuu itu jamur suung rampak. Alhamdulillah Ya Allah....kau berikan rizki buat kami.” Kata Si Nenek itu dengan wajah yang berseri- seri.

Jamur suung rampak adalah jamur yang tumbuh dari tanah. Hidupnya bergerombol berukuran kecil sebesar uang koin dengan tangkain atau batangnya berukuran 0,5 cm dan berwarna putih. Jamur Suung rampak hidup pada musim penghujan terutama ketika angin berhembus dari barat. Kalau tumbuh para pencari jamur akan untung karena hasilnya bisa berember- ember.

Dengan penuh kegembiraan mereka pun langsung merabut semua jamur suung rampak itu satu persatu.Semua jamur suung rampak itu telah dikumpulkanya dengan cepat . Si Nenek itu kemudian mengambil beberapa pelepah daun pisan dipotongnya beberapa bagian dengan maksud untuk dijadikan wadah atau tempat menyimpan jamur suung itu.

Tidak terasa Sang Surya  mulai meranjak naik panasnya mulai membakar kulit mereka . Suara keroncongan perut Si Udin mulai terdengar ke telinga Nenek tua itu.

“ Cu, ayo  kita makan dulu pasti kamu sudah laparkan ? “ kata Si Nenek itu sambil membersihkan tangannya yang berkeriput penuh dengan kotoran tanah. “ Ya Nek, Udin lapar. Tapi nasi itu kan tinggal sedikit lagi, biar Nenek saja yang makan.Udin nanti saja makannya kalau jamur sudah di masak di rumah .”

“ Cu, walau nasi ini tinggal sedikit kita makan bersama saja yang penting perut kita terisi jangan sampai kosong nanti kita sakit .” kata Si Nenek tua itu sambil membuka bakul nasi dengan lauk pauknya ikan asin, lalapan dan sambel terasi. Dengan lahapnya mereka makan di bawah pohon alpukat yang rindang oleh daun daunnya.

Setelah selesai mereka makan, Si Udin minta izin pada Neneknya .“Nenek, Udin mau mandi dulu ke sungai ya Nek ?” kata si Udin sambil memandang Neneknya .

 “ Ya Cu ... tapi kamu harus hati- hati ya mandinya jangan lama- lama !” sahut nenek itu dengen penuh kecemasan. “ Baik Nek, Udin mandi dulu yaaaa “ jawab Udin sambil meninggalkan Neneknya yang duduk santai di bawah pohon alpuket.

Baru saja sampai dipinggir sungai, Si Udin berteriak kencang. “ Nenek.. Nenekkkkkkkkk !!!!!!! “ . Seketika itu juga Neneknya terperanjat mendengar teriakan Si Udin itu. Si nenek langsung berdiri dan berlari menuju terikan itu.” Cucukuuu..cucukuuuuuu ada apa cucukuuuuuuu ?” teriak si Nenek dengen suara dan sekujur tubuhnya bergetar karena panik mendengar Si Udin berterik itu. “ Nenek lihatlah itu di batu kursi ada benda yang memancarkan cahaya berkilauan. “ Teriak si Udin sambil terus menatap benda yang mengeluarkan cahaya yang berbentuk kujang. Kujang adalah senjata khas dari daerah Jawa- Barat. Dan batu kursi adalah batu besar yang menyurupai kursi yang terletak dipinggir sungai itu. “Subhanallah ...Udinnnn..... apa ituuuuuu..... Ya Allah Maha Kuasa , benda apa itu ko seperti kujang ?” teriak si Nenek itu . Si Udin dengan beraninya menghampiri benda tersebut. Dan baru saja mau mengambilnya, berubahlah kujang tersebut menjadi seekor keong . Terperanjat sudah si Udin dibuatnya . Dengan terheran heran si Udin menatap keong yang dipegang ditangannya. “ Cucuku, lemparkan saja keong itu ke sungai jangan kau pegang terus nanti ada rancunnya! “ kata si Nenek sambil menghampiri si Udin. “ Jangan Nek, kasihan keong ini , koeng juga makhluk Ciptaan Allah, akan Udin simpan lagi keongnya di batu kursi itu  biarkan dia hidup, jangan kita mengganggunya.” jawab Si Udin . “ Cucuku, kamu ini orang penyayang mirip dengan ayah mu yang pemberani dan berhati baik . Nenek bangga memiliki cucu sepertimu.” Kata Si Nenek tua itu. “Ah Nenek jangan memuji berlebihan itu tidak baik hehehe..... .” kata Si Udin sambil menunduk malu.

“Ayo Nek kita ke kebun lagi mencari kayu bakar !  Udin tidak jadi mandinya  nanti saja kalau sudah di rumah ” kata Si Udin sambil memegang tangan Neneknya agar berdiri.

Berjalanlah dengan perlahan kedua orang tersebut sambil bergandengan menuju kebun dengan maksud mencari kayu bakar.

Mentari terus beranjak naik. Tinggi sinarnya membakar wajah wajah yang mulai kelelahan. “ Udin, Nenek lelah sekaliiii....nafasku sesak . Kita istirahat dulu  di gubuk kecil itu !” kata Si Nenek sambil menuju ke gubuk  itu.

“ Nenek rebahan dulu saja di gubuk, biar Udin yang mencari kayu sendiri. “ kata Si Udin sambil meninggalkan Neneknya yang duduk sendiri .

Direbahkannya badan yang kurus kering ke papan-papan kayu yang sudah mulai lapuk . Kejadian  di sungai itu terus membayangi pikiran si Nenek itu . Dia mulai ingat kembali ke kejadian empat tahun yang lalu anak menantunya yang telah pergi terbawa banjir dan tidak ditemukan jasadnya itu sampai saat ini . Air mata nenek itu pun mulai membasahi pipinya yang telah keriput itu. “Anak mantuku kenapa kamu tinggalkan kami Nak,,bagaimana nanti kalau aku sudah pergi meninggalkan dunia ini ...siapa yang akan mengurus cucuku ??? “ itulah kata –kata yang diucapkan Si Nenek tua itu berulang kali. Hingga mataya tertutup rapat.

Desir angin yang menggoyangkan ranting- ranting kecil dan rumput rumput pun ikut bergoyang . “ Emakkkkk...!!!!! tolong kamii makkkkkkkk.....!!! tolong kamiii makkkkkkk !!!! dua sosok yang berpakaian putih dari kejauhan memanggil- manggil minta tolong ke Si Nenek tua itu. “Anakkuuuuuuuuuu, tunggu emakkk  nakkkkkkk  .........emak akan menolongmuuuuuuuu!” seketika itu juga si Nenek berlari menghampiri kedua orang yang berpakaian putih itu yang dia kenal adalah anak menantunya. Baru saja Si Nenek itu mau memeluknya kedua sosok itu perlahan menjauh terbang ke udara hingga si Nenek tua itu tidak bisa memeluknya. Berteriaklah Si Nenek Tua itu dengan kencangnya sambil menjerit histeris “ Anakkuuuu jangan pergiiiiiiiiiiiiiiii nakkkkkkkkkkkkk ..!!!! jangan pergiiiiiiiiiiiiiii !!!!!!!!!!!!!!.

“ Nekkk,,,, nekkkkkk.... bangun nekkkkkkkk ,,,,,,, ada apa nekkkkkk ?????? teriak si Udin sambil mengguncang guncangkan tubuh si Nenek yang masih terbaring di gubuk itu. Dipeluknya si Udin oleh si Nenek itu sambil menangis tersedu sedan. “Cucukuuu, tadi Nenek mimpi bertemu dengan Ayah ibu mu cuuuu ! ” kata si Nenek itu. “ Sudahlah Nek, itu kan hanya mimpi.Mungkin karena Nenek kelelehan. Kita doakan saj mereka tenang di alam kuburnya. Aamiinnn. “ jawab si Udin sambil melepaskan pelukan neneknya.

“ “Aamiinnnn,,,,bagaimana dengan kayu bakarnya Cu apa sudah kau dapatkan ? kata si Nenek itu sambil melihat ke sekeliling gubuk itu karena tidak melihat tumpukan kayu bakar itu  “ Sudah Nek ..kayunya sudah Udin kumpulkan di dekat rumpun bambu itu .Tadi waktu mendengar teriakan, Udin langsung menyimpan kayu-kayu itu karena takut tejadi apa- apa pada Nenek” Jawab si Udin dengan penuh kehawatiran.

“Kalau begitu mari kita pulang Cu..! karena hari sudah siang  “ kata Si Nenek itu sambil turun dari gubuk itu. “Ya Nek , Udin mengambil dulu kayu bakar itu yaa ..Nenek tunggu di sini saja !” kata Si Udin sambil berlari menuju rumpun bambu itu, yang dianggap oleh penduduk sekitar di rumpun bambu yang berada di lebak itu banyak kejadian aneh-aneh .

Tangan kecil yang kurus itu terus bergerak menumpukan kayu- kayu yang  masih berserakan . Diikatnya kayu- kayu itu dengan tali yang ia siapakan dari rumahnya agar memudahkan utuk dipikul. Tiba- tiba ada suara desisan ular yang berasal dari rumpun bambu itu. Seketika itu juga mata Si Udin melotot, mulutnya menganga sambil badannya bergetar. Si Udin tidak bisa mengeluarkan kata- kata seperti terkunci mulutnya . Ternyata suara yang berdesis itu adalah datangnya dari seekor ular yang berkepala manusia  bermahkota yang mengeluarkan sinar mempercantik wajahnya.

            Berkatalah ular berkepala manusia itu dengan cemas sekali “ Nak , cepatlah pergi dari tempat ini ! bawa Nenekmu pergi ! sebentar lagi banjir akan datang menerjang tempat ini .” kata ular  itu sambil mendekati si Udin. Si Udin masih belum bisa bicara badannya masih bergetaran, matanya masih terus melotot memandangi ular berkepala manusia itu yang menghampirinya . Disemburkannyalah cahaya dari mulut ular yang berkepala manusia itu ketangan si Udin . Seketika itu juga semburan cahaya itu berubah menjadi sebuah kujang. Kujang  yang mirip tadi pagi yang  dilihat Si Udin di kursi batu pinggiran sungai itu. Tangan si Udin bergetar saat semburan itu kena ke tangannya . Seketika itu juga tangan Si Udin sudah memegang erat  kujang itu. Serasa ada aliran listrik mengalir hangat masuk kedalam tubuhnya.

Saat Si Udin sadar  berteriaklah, “ Nenekkkkkkkkkkkkk !!!!!!!!!!!” seketika itu juga ular berkepala manusia bermahkota itu hilang lenyap. Seakan ada yang menarik dan membantunya kaki Si Udin terasa ringan. Berlarilah ia menuju gubuk tua itu dimana neneknya yang sedang menunggunya. Kecepatan larinya ibarat kuda yang sedang berpacu .Tangan kanannya masih erat mengepal kujang itu. Kemudian  ia masukan ke kantong celananya yang lusuh.

 Sampai ke gubuk itu sebuah keajaiban terjadi, Si Udin yang kurus kering berumur dua belas  tahun mempunyai kekuatan dan tenaga besar mampu  menggendong Neneknya itu dengan ringan dan berlari cepat menulusuri sungai yang mulai naik airnya.

“ Ya Allah tolonglah kami ya Allah ! Selamatkan kami ya Allah ! itulah kata- kata yang keluar dari mulut si Udin yang mulai panik itu. Cuaca mendadak mendung , angin berhembus cepat, suara guntur dan kilatan petir mulai terdengar saling bersahutan. “ Nenekkk lihatlah air sungai itu makin naik ! kata si Udin sambil melihat wajah si Nenek yang pucat pasi badannya dingin bak es , matanya terpejam dan mulutnya rapat diam membisu. “ Nenek sayang lihatlah wajah Udin Nenekkkk !!! Udin bisa menggendong Nenekkk,,,,sebentar lagi kita akan sampai dan selamat dari kejaran banjir itu Nekkk khi.. khiii.. khiiii...”.teriak si Udin sambil menangis air matnya berjatuhan ke wajah nenek tua yang ia sangat sayangi itu. Tapi tetap saja sosok yang yang ia sayangi terbujur kaku digendongannya. Berteriaklah si Udin itu dengan kerasnya “ Tolongggggggggg !..tolonggggggg!!!!!!” berulang kali si Udin beteriak minta tolong karena waktu itu si Udin sudah mulai memasuki kampungnya. Berdatanganlah orang orang kampung itu mendekati si Udin yang sedang menggendong Neneknya yang sudah tidak bernyawa itu.

“Astagfirullahhaladjimmm apa yang terjadi Nak ?” kata salah satu orang yang mengurumi si Udin. Dibaringkannya Si Nenek yang sudah menjadi mayat  di teras rumah salah satu penduduk itu. Laki- laki tua  itu pun memegang dan memeriksa tangan dan mata si nenek itu dengan pelan. Berkatalah ia “ Inalillahi wainaillahi rojiuunn . “, sambil memeluk si Udin, laki- laki  tua itu berkata “ Sabar ya Nak, Nenek mu sudah meninggal.” Maka berteriaklah Si Udin “ Inalillahi wainaillahi rojiuunnnn, Nenek !!!!.... maapkan Udin Nekkk khi..khii....!!!! Seandainya Udin tidak mengajak ke Lebak mungkin saat ini Udin masih bersama Nenek bercanda gurau khi.....khiiiii......  .“

“Sudahlahlah Nak, jangan menangis terus. Kasihan Nenekmu, kalau kamu menangis terus dia tidak akan tenang di alam kuburnya . Ayo kita ke rumahmu biar Nenekmu dibawa sama orang orang di sini.”

“Bapak, biar Udin saja yang menggendong Nenek ke rumah. Udin kuat  menggendongnya , biarkan Udin menggendong Nenek yang terakhir kalinya .Sejak dulu Neneklah  yang selalu menggendong Udin khi khiiii khiii ...”

Sambil menyeka matanya yang bengakak si Udin dengan hati- hatinya digendonglah Nenek tua itu dengan tangannya yang kurus kering.” Subhanalloh... !!!” seketika itu juga suara orang orang serempak  mengucapkan tasbih . Mereka seakan tidak percaya melihat si Udin anak kecil dengan mudahnya dan tidak kelihatan berat untuk menggendong tubuh neneknya itu .

Sambil berjalan pelan, Si Udin yang membawa mayat Neneknya itu diikuti puluhan orang- orang yang mengantarkannya ke rumahnya.

            Sepanjang jalan suara- suara orang yang mengiringi mayat itu mengumandangkan tahlih bergema. “ Laillahaillaah..laillahaillaah ...........”

            Tibalah di rumah. Dibaringkannya tubuh mayat Neneknya itu di lantai yang beralaskan tikar. Tiba- tiba tubuh si Udin roboh dan tidak sadarkan diri .Pecahlah tangisan orang- orang yang berada di rumah Nenek itu, bagaimana tidak duka menyelimuti kampung itu karena Nenek  itu terkenal dengan baik hati  dan penyayang. Si Udin kini sebatang kara hidupnya sudah tidak mempunyai siapa- siapa lagi.

Dua hari setelah kematian Neneknya itu . Si Udin duduk di beranda rumahnya sendiri sambil memandang ke halaman rumahnya yang dipenuhi oleh tanaman yang disebut warung hidup seperti : tanaman katuk, bayam, rawit, tomat dan lainya. Waktu Neneknya masih hidup setiap hari Si Udin dan Neneknya itu rajin  memelihara halaman rumahnya itu dengan menanam tanaman sejenis warung hidup.

Di luar hujan rintik- rintik kembali datang, seolah- olah menemani seorang anak yang berumur sebelas tahun yang berduka yang masih terus mengingat Neneknya . Tiba tiba si Udin kembali ingat pada barang yang diberikan ular yang bermahkota itu sebuah kujang .

 Si Udin beranjak menuju kamarnya yang sempit dan sumpek itu untuk melihat kujang yang ia simpan di saku bajunya  yang masih tergantung di dnding kamarnya. Diambilnya kujang itu dan ia kembali ke beranda rumahnya karena di di kamar sedikit gelap .

Kujang  ditatapnya dan dibolak balikannya seakan mencai sesuatu yang masih belum ia mengerti untuk apa senjata itu hingga berada di tangannya saat ini.

“ Nenek seandainya kau masih hidup mungkin saat ini Udin bisa memperlihatkan kujang ini ke Nenek. Hari ini Udin akan menyebut Lebak itu dengan sebutan

Lebak Kujang.” Kata si Udin dalam hatinya.

Air matanya terus mengalir. Kerinduan pada Si Neneknya tidak bisa ia bendung. Menangislah ia sekeras kerasnya. Tangannya ia telungkupkan ke wajahnya. Keheningan di sore itu menyelimuti rumah si Udin, yang ada hanya suara isak tangis seorang anak yang sebatang kara.

Udara semakin dingin Si Udin meninggalkan rumah dengan maksud untuk kembali ke Lebak itu. Dalam hatinya ia bertekad untuk mengembalikan senjata kujang itu . Langkahnya terhenti saat ia telah menuruni tebing  Lebak Kujang itu . Dilihatnya sekeliling tempat itu .Tampak bekas banjir melanda tempat itu. Gubuk yang berada di lebak itu kini sudah hilang terbawa arus banjir. Sawah sawah yang mulai menguning padinya pun hancur diterjang banjir. Yang ia lihat masih berdiri tegak adalah batu kursi yang diam membisu setia menemani aliran sungai yang masih keruh. Dilemparkannya senjata kujang itu ke sungai yang mengalir deras dan airnya yang keruh itu. Tanpa menunggu lama dia balik kanan dan berlari meninggalkan Lebak Kujang yang penuh misteri itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun