“Kasihan Kakek Nak !!!! Kakek belum makan sejak kemarin. Kakek ini sakit.” Kata Kakek itu sambil menengadahkan tangannya dihadapan Si Udin.Si Udin melirik Neneknya yang diam membisu melihat pengemis itu.“ Nenek, kasihan kakek itu. Berilah ia sedikit makanan! Kasihan ia tidak makan dari kemarin.” Kata Si Udin. “ Ayo Nek, berikan nasi kita untuk Kakek itu! Biar udin hari ini tidak sarapan asal Kakek itu makan.” Dengan kepolosannya dan rasa ikhlas hati anak itu ingin menolong Si Kakek yang kelaparan.“Ya Cu, akan Nenek sedekahkan sebagian nasi dan lauknya untuk Si Kakek.” Jawab Si Nenek itu. Diambilnya satu bungkus nasi timbel dan lauknya dari bakul kemudian ia serahkan ke Si Udin. Si Udin pun menyerahkan lagi ke Si Kakek itu yang tertunduk lesu.
Dengan mata berkaca- kaca menahan haru, Si Pengemis itu menerima pemberian nasi dan lauknya dari tangan Si Udin. “ Terima kasih Nak, semoga Alllah SWT membalas dengan segala limpahan pahala dan rizki yang bermanfaat atas segala kebaikan kalian. Aamiinnnn....” kata Si Pengemis tua itu. Dengan lahapnya makanan itu dimakannya.
Nyiur melambai- lambai indah di pematang sawah saat mereka menginjakan kakinya di Lebak. Embun pagi membasahi rumput- rumput yang mulai terbangun. Pohon- pohon hijau berdiri tegak menyambut kedatangan mereka yang tidak semua orang berani masuk ke Lebak itu . Menurut cerita orang dari mulut ke mulut banyak kejadian yang aneh- aneh terjadi pada saat orang berkebun atau bertani di Lebak itu yang terkenal angker.Apalagi setelah terjadinya banjir bandang yang memakan korban yaitu ayah ibunya Si Udin.
“Cucuku, ayo kita sama-sam berteriak mengucapakan kur....kurr.....kurrrr.....!!!!” teriak Si Nenek tua itu yang diikuti oleh teriakan Si Udin juga yang terus menyibak- nyibakan semak belukar yang menghalangi jalannya. Sudah menjadi kebiasaan kalau berburu jamur orang- orang di kampung itu selalu berteriak memanggil jamur itu dengan kata “kur...kurr...kurrr” berulang kali dengan maksud agar jamur- jamur itu bermunculan dan yang mencarinya bisa melihat jamur itu.
Hampir lima belas menit mereka belum juga menemukan jamur itu. Teriakan mereka itu terus tidak berhentinya memanggil jamur- jamur itu.
“ Cucuku, ayo kita mencarinya pindah ke sebelah rungkun pohon pisang itu!” kata Si Nenek itu sambil memegang tangan Si Udin dengan lembut dan penuh kasih sayang.
Baru saja sampai ke rungkun pepohonan itu, Si Udin berteriak kencang “ Nekkkkk..... lihatlahhhh itu banyak sekaliii jamurnyaaa...!!!” teriak Si Udin sambil mendekati jamur- jamur itu. “Subhanallah...Cucukuu itu jamur suung rampak. Alhamdulillah Ya Allah....kau berikan rizki buat kami.” Kata Si Nenek itu dengan wajah yang berseri- seri.
Jamur suung rampak adalah jamur yang tumbuh dari tanah. Hidupnya bergerombol berukuran kecil sebesar uang koin dengan tangkain atau batangnya berukuran 0,5 cm dan berwarna putih. Jamur Suung rampak hidup pada musim penghujan terutama ketika angin berhembus dari barat. Kalau tumbuh para pencari jamur akan untung karena hasilnya bisa berember- ember.
Dengan penuh kegembiraan mereka pun langsung merabut semua jamur suung rampak itu satu persatu.Semua jamur suung rampak itu telah dikumpulkanya dengan cepat . Si Nenek itu kemudian mengambil beberapa pelepah daun pisan dipotongnya beberapa bagian dengan maksud untuk dijadikan wadah atau tempat menyimpan jamur suung itu.
Tidak terasa Sang Surya mulai meranjak naik panasnya mulai membakar kulit mereka . Suara keroncongan perut Si Udin mulai terdengar ke telinga Nenek tua itu.
“ Cu, ayo kita makan dulu pasti kamu sudah laparkan ? “ kata Si Nenek itu sambil membersihkan tangannya yang berkeriput penuh dengan kotoran tanah. “ Ya Nek, Udin lapar. Tapi nasi itu kan tinggal sedikit lagi, biar Nenek saja yang makan.Udin nanti saja makannya kalau jamur sudah di masak di rumah .”