Mohon tunggu...
Nelis Nursidah
Nelis Nursidah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Misteri Lebak Kujang

1 Mei 2017   06:38 Diperbarui: 1 Mei 2017   15:40 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“ “Aamiinnnn,,,,bagaimana dengan kayu bakarnya Cu apa sudah kau dapatkan ? kata si Nenek itu sambil melihat ke sekeliling gubuk itu karena tidak melihat tumpukan kayu bakar itu  “ Sudah Nek ..kayunya sudah Udin kumpulkan di dekat rumpun bambu itu .Tadi waktu mendengar teriakan, Udin langsung menyimpan kayu-kayu itu karena takut tejadi apa- apa pada Nenek” Jawab si Udin dengan penuh kehawatiran.

“Kalau begitu mari kita pulang Cu..! karena hari sudah siang  “ kata Si Nenek itu sambil turun dari gubuk itu. “Ya Nek , Udin mengambil dulu kayu bakar itu yaa ..Nenek tunggu di sini saja !” kata Si Udin sambil berlari menuju rumpun bambu itu, yang dianggap oleh penduduk sekitar di rumpun bambu yang berada di lebak itu banyak kejadian aneh-aneh .

Tangan kecil yang kurus itu terus bergerak menumpukan kayu- kayu yang  masih berserakan . Diikatnya kayu- kayu itu dengan tali yang ia siapakan dari rumahnya agar memudahkan utuk dipikul. Tiba- tiba ada suara desisan ular yang berasal dari rumpun bambu itu. Seketika itu juga mata Si Udin melotot, mulutnya menganga sambil badannya bergetar. Si Udin tidak bisa mengeluarkan kata- kata seperti terkunci mulutnya . Ternyata suara yang berdesis itu adalah datangnya dari seekor ular yang berkepala manusia  bermahkota yang mengeluarkan sinar mempercantik wajahnya.

            Berkatalah ular berkepala manusia itu dengan cemas sekali “ Nak , cepatlah pergi dari tempat ini ! bawa Nenekmu pergi ! sebentar lagi banjir akan datang menerjang tempat ini .” kata ular  itu sambil mendekati si Udin. Si Udin masih belum bisa bicara badannya masih bergetaran, matanya masih terus melotot memandangi ular berkepala manusia itu yang menghampirinya . Disemburkannyalah cahaya dari mulut ular yang berkepala manusia itu ketangan si Udin . Seketika itu juga semburan cahaya itu berubah menjadi sebuah kujang. Kujang  yang mirip tadi pagi yang  dilihat Si Udin di kursi batu pinggiran sungai itu. Tangan si Udin bergetar saat semburan itu kena ke tangannya . Seketika itu juga tangan Si Udin sudah memegang erat  kujang itu. Serasa ada aliran listrik mengalir hangat masuk kedalam tubuhnya.

Saat Si Udin sadar  berteriaklah, “ Nenekkkkkkkkkkkkk !!!!!!!!!!!” seketika itu juga ular berkepala manusia bermahkota itu hilang lenyap. Seakan ada yang menarik dan membantunya kaki Si Udin terasa ringan. Berlarilah ia menuju gubuk tua itu dimana neneknya yang sedang menunggunya. Kecepatan larinya ibarat kuda yang sedang berpacu .Tangan kanannya masih erat mengepal kujang itu. Kemudian  ia masukan ke kantong celananya yang lusuh.

 Sampai ke gubuk itu sebuah keajaiban terjadi, Si Udin yang kurus kering berumur dua belas  tahun mempunyai kekuatan dan tenaga besar mampu  menggendong Neneknya itu dengan ringan dan berlari cepat menulusuri sungai yang mulai naik airnya.

“ Ya Allah tolonglah kami ya Allah ! Selamatkan kami ya Allah ! itulah kata- kata yang keluar dari mulut si Udin yang mulai panik itu. Cuaca mendadak mendung , angin berhembus cepat, suara guntur dan kilatan petir mulai terdengar saling bersahutan. “ Nenekkk lihatlah air sungai itu makin naik ! kata si Udin sambil melihat wajah si Nenek yang pucat pasi badannya dingin bak es , matanya terpejam dan mulutnya rapat diam membisu. “ Nenek sayang lihatlah wajah Udin Nenekkkk !!! Udin bisa menggendong Nenekkk,,,,sebentar lagi kita akan sampai dan selamat dari kejaran banjir itu Nekkk khi.. khiii.. khiiii...”.teriak si Udin sambil menangis air matnya berjatuhan ke wajah nenek tua yang ia sangat sayangi itu. Tapi tetap saja sosok yang yang ia sayangi terbujur kaku digendongannya. Berteriaklah si Udin itu dengan kerasnya “ Tolongggggggggg !..tolonggggggg!!!!!!” berulang kali si Udin beteriak minta tolong karena waktu itu si Udin sudah mulai memasuki kampungnya. Berdatanganlah orang orang kampung itu mendekati si Udin yang sedang menggendong Neneknya yang sudah tidak bernyawa itu.

“Astagfirullahhaladjimmm apa yang terjadi Nak ?” kata salah satu orang yang mengurumi si Udin. Dibaringkannya Si Nenek yang sudah menjadi mayat  di teras rumah salah satu penduduk itu. Laki- laki tua  itu pun memegang dan memeriksa tangan dan mata si nenek itu dengan pelan. Berkatalah ia “ Inalillahi wainaillahi rojiuunn . “, sambil memeluk si Udin, laki- laki  tua itu berkata “ Sabar ya Nak, Nenek mu sudah meninggal.” Maka berteriaklah Si Udin “ Inalillahi wainaillahi rojiuunnnn, Nenek !!!!.... maapkan Udin Nekkk khi..khii....!!!! Seandainya Udin tidak mengajak ke Lebak mungkin saat ini Udin masih bersama Nenek bercanda gurau khi.....khiiiii......  .“

“Sudahlahlah Nak, jangan menangis terus. Kasihan Nenekmu, kalau kamu menangis terus dia tidak akan tenang di alam kuburnya . Ayo kita ke rumahmu biar Nenekmu dibawa sama orang orang di sini.”

“Bapak, biar Udin saja yang menggendong Nenek ke rumah. Udin kuat  menggendongnya , biarkan Udin menggendong Nenek yang terakhir kalinya .Sejak dulu Neneklah  yang selalu menggendong Udin khi khiiii khiii ...”

Sambil menyeka matanya yang bengakak si Udin dengan hati- hatinya digendonglah Nenek tua itu dengan tangannya yang kurus kering.” Subhanalloh... !!!” seketika itu juga suara orang orang serempak  mengucapkan tasbih . Mereka seakan tidak percaya melihat si Udin anak kecil dengan mudahnya dan tidak kelihatan berat untuk menggendong tubuh neneknya itu .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun