Mohon tunggu...
Isadur Rofiq
Isadur Rofiq Mohon Tunggu... Penulis - penulis

Kau lupa Ambo, cerita hikayat lama dongeng-dongeng itu ada penulisnya. tapi ceritamu, Allah Penulisnya. @negararofiq

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bukan Kita yang Mengakhiri

12 Maret 2019   10:25 Diperbarui: 12 Maret 2019   10:52 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Enggeh Buk. Aku mau bilang, ada yang melamar menjadi istriku Buk"

"Apa? Siapa sih yang mau sama kamu, hahaha"

"Aku gak guyon buk. Direktur perusahaan tempat aku bekerja melamarku"

"Kalau ibuk sih terserah kamu aja, intinya serius dalam berhubungan, karena ini menentukan nasibmu kedepan"

"Berarti direstui Buk?"

"Iya saya restui".

Akhirnya pikiranku lega juga mendengar restu dari ibukku. Aku akan beri tau Windi tentang hal ini.

Pagi ini aku pergi kekantor dengan naik ojek online. Sepedaku tadi malam bocor dan gak sempat aku bawa ke bengkel. Sesampainya dikantor, kok Windi gak kelihatan sama sekali ya? Padahal setiap pagi biasanya dia lewat denpan ruanganku dan selalu menyapaku. Jam istirahat siangpun tiba. Windi biasanya memanggilku, kok sekarang tidak? Aku mencoba melihat keruangannya, tetapi suasananya sepi sekali. Aku mencoba bertanya ke resepsionis kantor, "Bu Windi gak masuk hari ini mas. Katanya lagi ada acara keluarga" ujar resepsionis.

Aku mencoba menghubunginya lewat pesan WhatsApp, aku beritahu dia bahwa orang tuaku telah merestui hubungan kita. "Win, ini ada kabar baik. Ibukku merestui hubungan kita, dia Cuma berpesan agar sama-sama menjadi pendamping hidup yang baik". Ternyata centang satu. Kenapa pikiranku gak enak ya? Apa mungkin ada apa-apa dengan Windi? Gak mungkin lah. Aku mencoba menelponnya, "Nomer yang anda tuju tidak aktif". Waduh. Ada apa ini.

Dzuhurku, ku mencoba menenangkan diri dengan membaca surat Alquran. Semoga saya dengan Windi baik-baik saja. Suara riuh didepan kantor membangunkanku dari lamunan. Ada apa ya kok teman-teman nangis semua, ku coba menghampiri mereka. "Ada apa kok kamu nangis?" tanyaku pada salahsatu karyawan. "Bu Windi kecelakaan, dia meninggal dunia" jawabnya lirih. Tak terasa air mataku tumpah.

Ya Allah, kok secepat ini kau menjemputnya. Cinta pertamaku yang baru saja aku rangkai kini telah sirna. Aku tau ini keputusanmu, tapi jangan secepat ini ya Allah. Skrenariomu sungguh tak bisa aku tebak. Ku mencoba meninggalkan keramaian dan duduk di belakang kantin. "Pintaku Cuma satu ya Allah, semoga dia tenang dan tempatkanlah Ia di sisimu yang terbaik. Bagaimanapun Ia adalah teman sekaligus orang yang berperan dalam mengubah hidupku ke jenjang yang lebih serius. Kutitip dia ya Allah. Semoga aku bisa dipertemuka dengannya nanti" Gumamku lirih. Belum percaya akan takdir ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun