Mohon tunggu...
Isadur Rofiq
Isadur Rofiq Mohon Tunggu... Penulis - penulis

Kau lupa Ambo, cerita hikayat lama dongeng-dongeng itu ada penulisnya. tapi ceritamu, Allah Penulisnya. @negararofiq

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bukan Kita yang Mengakhiri

12 Maret 2019   10:25 Diperbarui: 12 Maret 2019   10:52 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena jadwal kerja masih minggu depan, aku pulang kampung setelah sekian lama berkelana ditanah rantau. Sesampainya di kampung, aku disambut senyuman ibu yang telah lama aku gak lihat. Sungguh indah senyumannya meskipun umurnya sudah menua. "Sehat kamu Fej? Banyak bersyukur ya atas pencapaianmu ini" ujar ibu menyambutku di depan pintu. "Iya Buk, terimakasih doanya yang gak pernah henti-henti untukku" ujarku. "Ayo makan, aku sudah masak ikan asin kesukaanmu" ujar ibu. "Ayo buk, memang aku sudah lapar dari tadi" jawabku senang. Memang seperti biasanya, kalau pulang kampung pasti disambut dengan makanan asin kesukaanku mulai dari SD.

Sudah 4 hari aku dirumah, dari ujung timur kampung sampai ujung barat telah aku sambangi melepas rasa rindu kepada sanak saudara. Entah kenapa banyak dari mereka yang bertanya "Kapan nikah", jangankan nikah, calon aja belum punya. Bahkan ada salahsatu saudaraku yang menasehatiku agar mencari calon istri yang juga berasal dari perusahaan tempatku bekerja.

Hari keenam di rumah akhirnya tiba, berarti aku harus balik ke Bandung, besok pagi sudah mulai kerja. Sama seperti biasanya, ibuku pasti menyuruhku membawa ikan asin kesukaanku, awalnya aku menolak, karena baunya luarbiasa menyengat. Tapi akhirnya aku bawa meskipun dengan berat hati.

***

Mandi pagiku ini tidak seperti biasanya, kalau hari biasanya, aku hanya sikat gigi, pakai shampoo, dan pakai sabun. Tapi spesial untuk pagi ini, aku menambah paket lulur dan sabun muka, semoga aja bisa tampil modis untuk pertama kali ngantor.

Setelah saya berada didepan kantor, kayaknya masih sepi. Maklumlah saya datangnya kepagian. Aku mencoba masuk dan didepan pintu, aku disapa dengan senyuman resepsionis. "Bapak Fejri ya? Ruangan bapak ada di paling utara itu ya " Ucap resepsionis sambil menunjukkan ruanganku. "Wah ruanganku mewah sekali" gumamku. Juga ada tulisan nama saya dimeja, Fejri Alamsyah, S.T (Konsultan Proyek). Beberapa menit aku duduk, ada karyawan yang masuk ke ruanganku dan memberkan job description untuk bulan ini. Selah saya baca keseluruhan, Alhamdulillah tidak ada yang berat dan menyita pikiran.

Hari-hari berjalan lancar, hingga pada suatu hari saya dipanggil ibu direktur yang pada saat itulah aku mengalami kisah yang sakral. "Yth. Fejri, diharap menghadap direktur perusahaan saat ini juga". Begitulah bunyi email yang masuk ke ponselku. Kemudian aku bergegas menuju lantai 2 ruangan direktur perusahaan ini. Ketika aku keluar dari lift, tak disangka ibu direktur telah menyambutku di depan ruangan. "Pagi Fejri, bagaimana hari-harimu diperusahaan?" ujarnya. "Alhamdulliah baik Bu" Jawabku.

Ketika aku masuk keruangan, percakapan dimulai.

"Tau kenapa kamu dipanggil kesini?"

"Maaf, saya tidak tau Ibu"

"Jangan panggil aku ibu, panggil saja windi"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun