Cara WHO bersikap di tengah Kebohongan China pada Januari 2020 yang diralat dengan Pengakuan China pada Maret 2020 adalah WHO kini menegaskan bahwa cara virus Corona bisa menular dari Kelelawar ke Manusia, masih menjadi misteri.
Itulah cara WHO menanpar dirinya sendiri akibat termakan informasi bohong yang disampaikan China pada Januari 2020.
Kalimat yang digunakan WHO soal dugaan rekayasa virus Corona di Lab Wuhan pun, kini tak lagi tegas dan banyak menggunakan kata-kata bersayap seperti 'kemungkinan', 'sepertinya', 'kita lihat nanti'.
Namun sungguh sangat disayangkan, media kita tidak menyadari nada keraguan yang kini terlihat dalam gaya bahasa WHO.
Seringkali sulit menerima kenyataan hidup di masyarakat yang sudah akrab dengan wabah penyakit yang dibahas dimana-mana setiap hari, tetapi bahkan media massa saja masih kesulitan membedakan cara penyebutan virus Corona (SARS-CoV-2) dengan penyakit yang ditimbulkannya, yakni Covid-19 (Corona Virus Disease 2019).
Jujur agak malu sendiri kalau baca berita yang menyebutnya virus Covid-19.
Itulah Indonesia. Tanah airku.
*
Enigma dari Covid-19 pula yang menyebabkan Pemenang Nobel Kedokteran 2008, Luc Montagnier menduga virus tersebut sebagai produk artifisial alias tidak secara alami. Ia melihat kejanggalan dari Covid-19 yang mengandung elemen dari HIV dan Plasmodium Malaria.
Sebab tidak mungkin dua elemen dari Kingdom yang berbeda yakni virus (HIV) dan Chromista (Plasmodium Malaria) saling berkawin silang secara alami.
Sehingga ia menduga Covid-19 merupakan hasil percobaan dan rekayasa.