"Ya, biar ibu punya anak yang cantik." tambah ibu itu lagi
"Lho, kok gitu kenapa bu?" tanya Tisa.
"Iya, anak ibu kan cowok semua jadi gak ada yang cantik. Yang masih di dalam aja diramalkan akan keluar sebagai cowok lagi." Ucap ibu itu sambil mengelus perutnya yang buncit. Tisa tersenyum kecut. "Oh, kirain anaknya yang jelek." komentar Tisa dalam hati. Dengan semangat yang besar Tisa masih asyik melanjutkan ceritanya. Dan aku baru sadar bahwa sedari tadi ada banyak pasang mata yang memperhatikan ulahku.
"Mas, bisa bicara bentar?" tanya seorang siswa keren  saat mendapati aku keluar ruangan.
"Iya, ada apa?" tanyaku heran. Aku tak kenal dia bahkan teman-teman yang ada di sampingnya.
"Kamu Kok bisa akrab gitu sih ma geng-nya Tasya?" tanya siswa itu.
Waduh, ada apa nih? Kok mendadak aku jadi di interview gini sih.. Aku tak menjawab.
"Secara gitu Iho, kamu kan orang baru di sini. Kok bisa sedeket itu ma Tasya?" tanya dia.
Hah?! Apa nih maksudnya? Aku memutar otak mencoba mencari jawaban yang tepat. Sebelum aku sempat menjawab cowok itu berkata
"Selamat ya mas.."
Dia menjabat tanganku. Aku masih aja bengong. Ternyata cowok yang keren tadi namanya Robi. Aku mendengar ada orang yang memanggil nama itu, lalu dia yang merespon.