Mohon tunggu...
Cerpen Pilihan

Cerpen | Vriendschap

7 September 2017   10:12 Diperbarui: 7 September 2017   11:50 1403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Qi dan Batara berbicara pada petugas Palang Merah, bahwa mereka butuh obat-obatan dan lainnya untuk area mereka. Selang tidak berapa lama, Batara diperbolehkan masuk gerbong yang memuat banyak obat-obatan dan alat kesehatan. Sementara Qi menunggu di luar gerbong, bersadar dekat pintu masuk.

Batara, diantar salah seorang relawan Palang Merah, pemuda tinggi itu mengambli beberapa obat dan perban, baru saja di dalam kereta selama tiga menit namun Batara mendengar keributan, suara-suara teriakan dan tembakan begitu jelas.

"Kita diserang tentara musuh!!", teriak Qi sambil masuk ke dalam Kereta. Batara terdiam terhenyak, ia tak pernah berada di medan perang sebelumnya, ia takut. Ya, takut. Ini adalah tugas palang merahnya yang pertama di tengah medan perang. Di atas kertas seharusnya apapun yang berlambang palang merah tak boleh di serang, tak boleh diganggu. Tapi ini bukan di atas kertas, ini adalah medan perang, Siapa perduli kertas putih yang mudah terbakar habis itu?

Para relawan kalang-kabut menerima serangan yang mendadak dan membabibuta. Semua masuk ke dalam kereta sesegera mungkin. Para prajurit yang punya sentaja melongo dari pintu gerbong, menembaki tentara musuh.

"ada yang bisa bahasa inggris!!", teriak salah seorang relawan palang merah. "mungkin mereka tak tahu kita palang merah!".

Konyol, meraka pasti melihat lambang palang merah yang tercetak besar di gerbong ketiga kereta. Tak mungkin mereka tak tahu.

"sial, aku tak bawa banyak peluru". Qi mengeluh sambil terus menembak keluar dari pintu gerbong yang berisi obat-obat. Batara tak bisa gerak untuk beberapa saat, tapi segera tersadar dan mendekat ke arah Qi yang sedang sibuk menembaki musuh yang sedang menuju kereta.

"Hai Qi, Aku bisa bahasa Inggris, mungkin kita bisa bernegosiasi dengan mereka" Sahut Batara, mengajukan diri.

Qi berdecap kesal, ia sibuk membidik salah seorang tentara yang mencoba mendekati kereta, "Kau pikir mereka tidak tahu kalau ini adalah milik palang merah." Kata pemuda sipit itu sambil memasukan peluru ke dalam senapannya, ia lalu membidik keluar lagi.

"tapi, bagaimana kita bisa menang? Dengan senjata terbatas dan prajurit yang sedikit, mungkin mereka hanya butuh obat-obatan untuk teman mereka. " balas Batara. Qi berpikir sejenak, apa yang dikatakan sahabatnya benar. Mereka tidak punya kesempatan menang dalam perlawanan ini hanya dengan senjata yang seadanya dan orang-orang yang minim pula. Harus ada taktik pintar untuk menghindar, karena ini bukanlah batalion tentara yang harus menghadapi musuh sampai mati tapi tim medis yang harusnya dilindungi oleh kedua pihak.

Qi, harus cari cara aman untuk mengusir musuh atau lari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun