Bagas terdiam, hatinya teriris. Dia merasa kehilangan Reza, sahabat yang dulu selalu ada untuknya.
Mereka berpisah dengan perasaan yang berbeda. Bagas merasa kehilangan sahabatnya, sementara Reza merasa kehilangan masa mudanya.
Beberapa tahun kemudian, Bagas mendapat undangan untuk menghadiri pameran arsitektur di sebuah hotel mewah. Di sana, dia bertemu dengan Reza yang sedang bertugas sebagai pilot untuk maskapai penerbangan yang menyelenggarakan acara tersebut.
Reza tampak gagah dalam seragam pilotnya. Dia tersenyum ramah kepada Bagas. "Wah, Bagas! Keren desainmu! Aku bangga sama kamu, Bro!"
Bagas tersenyum, hatinya tersentuh. "Terima kasih, Reza. Aku juga bangga sama kamu. Kamu telah menjadi pilot yang hebat."
Mereka berbincang panjang lebar, mengenang masa lalu, dan berbagi cerita tentang kehidupan mereka. Mereka menyadari bahwa meskipun jarak dan waktu telah memisahkan mereka, ikatan persahabatan mereka tetap kuat.
"Reza, aku tahu aku telah berubah. Aku terlalu fokus pada mimpinya, dan aku melupakanmu," ucap Bagas, dengan penyesalan.
Reza tersenyum, "Aku mengerti, Bagas. Kita semua berubah seiring waktu. Yang penting, kita masih bisa saling menghargai dan mendukung."
Mereka berpelukan erat, merasakan kehangatan persahabatan yang tak lekang oleh waktu. Mereka menyadari bahwa persahabatan sejati tak akan pernah pudar, meskipun diuji oleh jarak dan waktu.
Bagas kembali ke kota asalnya dengan hati yang lega. Dia telah menemukan kembali sahabatnya, dan dia yakin persahabatan mereka akan tetap kuat selamanya.
Suatu hari, Bagas sedang mengerjakan desain sebuah taman kota. Dia ingin membuat taman yang indah dan nyaman untuk semua orang. Tiba-tiba, dia teringat pada mimpi masa kecilnya untuk menjadi pilot.