Limbah tekstil akibat thrifting sangat tidak ramah lingkungan, terutama karena banyak dari barang bekas tersebut terbuat dari bahan sintetis seperti polyester dan bahan-bahan lain yang tidak dapat terurai dengan cepat. Limbah tekstil yang dihasilkan dari thrifting juga seringkali tidak didaur ulang dan akhirnya terbuang ke tempat pembuangan sampah, menciptakan masalah lingkungan yang semakin besar.
Namun, dampak negatif limbah tekstil akibat thrifting dapat diatasi dengan cara yang tepat. Pertama, kita dapat membeli barang bekas dengan bijak. Pertimbangkan kualitas dan kegunaan barang sebelum membelinya. Pastikan bahwa barang tersebut akan digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama dan memberikan manfaat yang memadai. Kedua, jika kita memiliki barang bekas yang masih layak pakai namun tidak digunakan lagi, kita dapat mendonasikannya ke organisasi amal atau toko barang bekas yang bersedia menerimanya.Â
Dengan demikian, kita dapat memperpanjang masa pakai barang tersebut dan mengurangi jumlah limbah tekstil yang dihasilkan. Ketiga, kita juga dapat mendaur ulang atau menggunakan kembali barang bekas untuk mengurangi jumlah limbah tekstil yang dihasilkan. Limbah tekstil akibat thrifting dapat menciptakan masalah lingkungan yang serius. Namun, jika kita membeli barang bekas dengan bijak, mendonasikan barang bekas yang masih layak pakai, dan mendaur ulang atau menggunakan kembali barang bekas, kita dapat membantu mengurangi dampak negatif limbah tekstil yang dihasilkan dari thrifting. Dengan melakukan tindakan yang tepat, kita dapat menjaga lingkungan dan menciptakan gaya hidup yang berkelanjutan.
Berikut wawancara singkat dengan salah seorang pebisnis thrift online
Narasumber            : Pedagang Pakaian Bekas
Nama Narasumber      : Hafizh Alfayed
Umur                  : 21 Tahun
Tanya   : Halo, Selamat siang
Jawab   : Ya selamat siang
Tanya   : Kenapa sih memilih untuk mulai berbisnis di umur segini?
Jawab   : Kebetulan orang tua saya merupakan seorang pedagang tekstil, dari kecil saya sering di bawa untuk ikut berdagang, dari situ saya mulai menyukai dunia bisnis. Sejak sekolah dasar saya sudah mulai menjual hal – hal yang di sukai anak- anak seumuran saya seperti kelereng, stik es, petasan dan lain sebagainya.Â