Mohon tunggu...
Naufal Al Zahra
Naufal Al Zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNSIL

Dari Sumedang untuk Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kritik-Kritik Tajam Tuan A Hassan

19 April 2022   21:35 Diperbarui: 19 April 2022   21:51 1281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tuan A. Hassan berada di tengah, (Sumber gambar: Instagram/aldyistanzia)

Ahmad Hassan (1887-1958) atau yang akrab disapa A. Hassan atau Tuan A. Hassan merupakan salah seorang ulama reformis terkemuka di Indonesia. Kiprahnya sebagai guru agama Islam yang piawai menulis serta berpolemik dengan pelbagai pihak membuatnya cepat dikenal luas oleh khalayak.

Sebagai ulama yang mampu mengembangkan dialektika dalam beragama. A. Hassan ibarat sebuah magnet yang dapat menarik perhatian sejumlah kaum pelajar. Mengantarkan mereka untuk lebih jauh mengenal Islam. Di antara pelajar yang pernah menjadi kawan sekaligus muridnya ialah M. Natsir dan Bung Karno.

Sekilas tentang A. Hassan

Ulama bernama Ahmad Hassan ini dilahirkan di Singapura pada 1887. A. Hassan adalah putra dari pasangan Ahmad dan Muznah.

Ayahnya adalah seorang yang berasal dari India yang paham agama dan mahir menulis. Sementara, ibundanya ialah keturunan Madras (sebuah daerah di India) yang dilahirkan di Surabaya.

Syafiq A. Mughni dalam buku Hassan Bandung Pemikir Islam Radikal (1994) menerangkan bahwa A. Hassan mulai mempelajari Al-Qur'an dan agama pada usia 7 tahun. Selepas itu, ia dimasukkan ke sebuah sekolah Melayu. Di sana ia mempelajari dasar-dasar beberapa bahasa seperti Melayu, Arab, Tamil, dan Inggris.

Pada perkembangannya, A. Hassan tidak menamatkan sekolah dasar. Akan tetapi, ia tetap belajar agama kepada sejumlah guru seperti Haji Ahmad, Muhammad Thaib, dan Said Abdullah Al-Musawwi, Syaikh Hassan, Syaikh Ibrahim, dan Abdul Lathief.

Saat masa kanak-kanak A. Hassan tidak seperti kawan-kawan seusianya yang kemungkinan besar belum bisa diajak menekuni sebuah bidang pekerjaan. Masa kanak-kanak A. Hassan sudah mulai disisipi pekerjaan yang membutuhkan keseriusan dan pola pikir dewasa.

Pada awalnya A. Hassan membantu ayahnya dalam bidang percetakan. Tatkala mencapai usia remaja, ia mulai menggeluti bidang yang beragam seperti menjadi pelayan toko, tukang dagang, tukang ban mobil, dan juru tulis di sebuah instansi yang mengurusi perjalanan haji. Ketika beranjak dewasa, A. Hassan mulai memiliki pengalaman mengajar di sejumlah sekolah.

Menjadi Guru Utama PERSIS

Kendati A. Hassan sudah belajar agama cukup lama di Singapura. Namun, ia merasa belum memperoleh pemahaman yang sesuai dengan keyakinannya. A. Hassan meyakini bahwa segala sesuatu yang bertalian dengan praktik berislam harus dikembalikan pada rujukan otentik yaitu Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw.

Hasratnya mempelajari agama Islam belum berhenti dan semakin meningkat seiring dengan kepindahannya ke Surabaya pada 1921.

Tatkala tinggal di Surabaya, A. Hassan hanya berniat menjadi pekerja tenun di sebuah perusahaan milik saudaranya. Kala itu ia sempat mendengar kabar dari beberapa orang bahwa sedang terjadi pergolakan pemikiran keagamaan antara Kaum Tua dan Kaum Muda di kalangan umat Islam. Akan tetapi, A. Hassan tidak begitu memedulikannya.

Manakala A. Hassan dikirim ke Bandung oleh saudaranya untuk mengikuti kursus menenun. Secara tidak sengaja, ia mulai intens menyelami pemikiran Islam melalui perspektif beragama Kaum Muda. Lantaran, selama berada di Bandung, A. Hassan tinggal serumah dengan Haji Mohamad Junus, salah seorang pendiri studieclub PERSIS, sebuah kelompok pengajian umat Islam yang berafiliasi dengan pemikiran Kaum Muda.

A. Hassan merasa cocok dengan wacana-wacana pembaharuan Islam yang dikembangkan oleh organisasi itu. Akhirnya, ia bergabung dengan PERSIS pada 1926. Dirinya lekas menjadi guru utama bagi kelompok tersebut.

Ketika A. Hassan diminta pulang ke Surabaya oleh saudaranya, orang-orang PERSIS bernegosiasi dengan mereka hingga akhirnya pria kelahiran Singapura itu menetap di Bandung sampai awal 1940-an.

Selama aktif menjadi guru PERSIS, A. Hassan mengambil peran yang sangat signifkan. Bahkan, boleh dikatakan, pengaruh dirinya lebih besar melampaui para perintis organisasinya. Sampai-sampai ada sebagian literatur yang menganggapnya pendiri PERSIS.

A. Hassan adalah guru utama PERSIS yang berjasa merintis sejumlah pers Islam, sehingga dengannya ide pembaharuan Islam dapat menjangkau pelosok negeri. Beberapa pers Islam yang telah dirintisnya yaitu majalah Pembela Islam (1929), Al-Lisan (1935), dan Al-Fatwa (1931). Selain itu, ia juga menulis pelbagai karya yang ditujukan untuk mencerahkan umat. Sebuah karyanya yang boleh dianggap sebagai magnum opus yaitu sebuah tafsir Al-Qur'an yang diberi judul Tafsir Al-Furqan.

Tuan A. Hassan Sang Kritikus

Sebagai ulama yang piawai menulis sekaligus pendebat yang hebat, kelebihan lain yang dimiliki A. Hassan adalah keberanian dan ketajamannya dalam melancarkan kritik.

Ibarat pemilik pedang terhunus tetapi ini hanya terpatri dalam pikiran. Ia kerap kali membuat sasaran kritiknya seolah mati kutu tak berdaya. Ditusuk dengan kekuatan argumentasi dan oleh bahasanya yang tegas, to the point.

Pada umumnya, kritik-kritik A. Hassan ditujukan pada pelbagai fenomena yang aktual terjadi pada zamannya. Terutama hal-hal yang menyangkut soal pengamalan syariat Islam dan keumatan.

Beberapa tokoh yang pernah menjadi sasaran kritik A. Hassan antara lain yaitu Syaikh Dr. Abdul Karim Amrullah, Buya Hamka, Sukarno. Bahkan, muridnya sendiri yaitu M. Natsir dan Isa Anshary juga tokoh-tokoh teras Masjumi.

Apabila dicermati dengan seksama, bentuk-bentuk kritik A. Hassan cukup beragam. Ada yang dituangkan dalam bentuk dialog singkat, juga ada yang dituliskan dalam bentuk narasi yang agak panjang.

Berikut ini akan penulis uraikan beberapa kritik A. Hassan yang terdapat dalam sebuah buku berjudul Syair, Kritik, dan Pepatah (2019).

Jalan ke Surga

Pendeta: "Hai anak, kemana jalan pergi ke kantor pos?"

Anak: "Tuan jalan terus hingga bertemu perapatan, lantas tuan ambil jalan kiri, terus, nanti tuan berjumpa dengan sebuah pohon asam yang besar, dan di depannya ada satu jalan. Sesudah lewat kira-kira 10 rumah nanti tuan bertemu kantor pos dan telegram, sebelah kiri."

Pendeta: "Sungguh terang penunjukanmu dan aku berterima kasih banyak. Aku harap engkau datang ke gerejaku, nanti aku unjukkan bagimu jalan keselamatan dan jalan ke surga."

Anak: "Bagaimana tuan bisa unjukkan jalan ke surga, sedang ke kantor pos aja tuan tidak tau."

Pemimpin-Pemimpin

"Sebagian dari pemimpin-pemimpin Maksud yang terkemuka dan yang sedikit bawahan bisa jadi sembahyang fardhu di rumahnya, tetapi orang-orang yang dekat dan rapat dengan mereka selalu bertanya-tanya, di masjid manakah pemimpin-pemimpin kita bersembahyang Jum'at?

Alhamdulillah di dua sembahyang hari raya, di tanah-tanah lapang banyak pemimpin yang terlihat!

Isyarat ini cukup rasanya buat pemimpin-pemimpin yang meninggalkan satu pekerjaan yang jadi tiang bagi Islam."

Pergaulan di Rapat-Rapat Masjumi

"Perempuan yang hadir di rapat-rapat Masjumi sebagiannya adalah istri-istri bagi pemimpin-pemimpin dan sebagiannya dari golongan Muslimat. Yang buka kudung lebih banyak daripada yang berkudung.

Yang tidak berkudung itu umumnya terbuka dada dengan potongan persegi empat. Di rapat Masjumi yang membicarakan urusan Frisco di Jakarta dulu kami lihat seorang perempuan muda isteri Dr...(tidak disebutkan) dengan berbaju dada persegi dan tidak berkudung, tersandar di satu kursi rotan, setengah malas dengan sandaran yang lebih mirip kepala terlentang, sebentar-sebentar mengangkat tangannya ke atas dengan mengkrincingkan gelang dan jam tangannya yang menggemerlap seolah-olah hendak mengisarkannya dari pergelangan ke lengan.

Di waktu istirahat ia berpindah keruangan luar, lalu duduk dengan dikelilingi oleh laki-laki, lantas beromong-omong dengan gembira, senyum, dan tertawa.

Di majelis itu ada juga isteri lain...Dr (tidak disebutkan) dengan berbuka kepala dan dengan dada yang terbelah hanya tidak bertingkah lantaran sudah ada umur.

Saban-saban habis rapat, nyonya-nyonya yang open kap ini dapat "Shake hand" yang hangat yang lebih muda dapat lebih warm. Maklum orang-orang educated dan civilized."

Menteri Agama

"Menteri Agama dari NU sudah seringkali, dari Muhammadiyah juga sudah. Mengapa tidak diambil sdr. Isa Anshari dari Persatuan Islam?

Boleh jadi dipandang belum cukup besar."

Walaupun begitu....

"Dalam masa kabinet Natsir beberapa ulama diundang ke Jakarta buat memikirkan bagaimana membereskan urusan D.I (Darul Islam). Diambil keputusan sementara bahwa ulama membikin satu surat ajakan.

Pembikinan surat itu diserahkan kepada salah seorang dari yang hadir. Besok malam dibacakan surat itu, bunyinya antara lain:

".....Kami kaum Muslimin di kota-kota terus menerus bekerja buat mendapatkan negara Islam dengan jalan yang tidak melanggar undang-undang negeri. Kalau kamu mau turun dari gunung-gunung dan bersatu dengan kami, niscaya lebih lekas tercapai maksud itu..."

Tuan Abd Wahid Hasyim: "Jangan terlalu ditegaskam usaha kita itu.'

Penulis surat itu: "Apakah usaha kita hendak mendapatkan negara Islam itu satu rahasia?"

A. W. Hasyim: "Tidak! Tetapi walaupun begitu janganlah begitu". (yakni, walaupun orang tau usaha kita janganlah kita tegaskan)

Ini satu dari tanda-tanda bahwa kita penakut, tidak berani membuka walaupun barang yang sudah terbuka!"

Dengan melihat uraian di atas, tampak bahwa sesungguhnya kritik-kritik A. Hassan mengandung hantaman yang cukup keras bila dirasakan pada zamannya. Tak kenal siapa kawan maupun lawan, selama dipandangnya tak sesuai dengan idealisme Islam, A. Hassan tak gentar melancarkan kritik demi kebaikan pihak yang dimaksud.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun