"Dalam masa kabinet Natsir beberapa ulama diundang ke Jakarta buat memikirkan bagaimana membereskan urusan D.I (Darul Islam). Diambil keputusan sementara bahwa ulama membikin satu surat ajakan.
Pembikinan surat itu diserahkan kepada salah seorang dari yang hadir. Besok malam dibacakan surat itu, bunyinya antara lain:
".....Kami kaum Muslimin di kota-kota terus menerus bekerja buat mendapatkan negara Islam dengan jalan yang tidak melanggar undang-undang negeri. Kalau kamu mau turun dari gunung-gunung dan bersatu dengan kami, niscaya lebih lekas tercapai maksud itu..."
Tuan Abd Wahid Hasyim: "Jangan terlalu ditegaskam usaha kita itu.'
Penulis surat itu: "Apakah usaha kita hendak mendapatkan negara Islam itu satu rahasia?"
A. W. Hasyim: "Tidak! Tetapi walaupun begitu janganlah begitu". (yakni, walaupun orang tau usaha kita janganlah kita tegaskan)
Ini satu dari tanda-tanda bahwa kita penakut, tidak berani membuka walaupun barang yang sudah terbuka!"
Dengan melihat uraian di atas, tampak bahwa sesungguhnya kritik-kritik A. Hassan mengandung hantaman yang cukup keras bila dirasakan pada zamannya. Tak kenal siapa kawan maupun lawan, selama dipandangnya tak sesuai dengan idealisme Islam, A. Hassan tak gentar melancarkan kritik demi kebaikan pihak yang dimaksud.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H