Aku telah sampai di depan pintu apartemen. Kuenya telah dipasang lilin yang menyala. Aku tidak sabar memencet bel pintu apartemen kami. Pasti Bas akan sangat kaget mendapatiku ada di depan pintu sambil membawa kue ulang tahun, pikirku. Ini kejutan ulang tahun yang sangat sempurna.
“Ding.... Dong.....”, aku memencet bel.
“Ya, tunggu sebentar”, Bas membuka pintu dengan enggan. “Iris?!?! Kamu kok....”
“Kejutaaan! Selamat ulang tahun, Sayang!”, aku menyambut Bas di depan pintu sambil memegang kue ulang tahun.
“Kamu.... kamu.... kok? Kan katanya baru pulang hari Sabtu??”, Bas terkejut dengan kedatanganku yang tiba-tiba.
“Hehehe... kaget ya? Kan kamu ulang tahun hari ini, aku mau kasih kejutan dong. Udah, tiup dulu lilinnya, keburu abis ntar dilahap api. Eh, jangan lupa make a wishya sebelum tiup lilin”
Bas meniup lilin ulang tahunnya dengan terburu-buru. Saat akan memberikan kado, tiba-tiba ada seseorang yang menyela dari dalam apartemen kami.
“Siapa Beb? Kok lama amat? Tukang antar makanan ya?”, kata seorang wanita di dalam sana.
Jedar. Aku diam mematung. Siapa yang ada di dalam? Siapa wanita yang ada di apartemen kami? Tanpa bertanya, aku segera masuk ke dalam. Bas berusaha menghalangiku. Tapi secepat kilat pula aku berhasil mendorong Bas dan mendapati seorang wanita dengan pakaian minim di dalam apartemen kami. Apa yang dilakukannya disini? Sebelum aku bisa berkata-kata, Bas sudah terlebih dahulu menyelaku.
“Iris. Sayang. Aku bisa jelasin ke kamu. Dia... dia Verisha, teman sekantorku. Tadi ada proyek yang belum beres, jadi dia.... dia mampir kesini buat nyelesaiin proyek kantor sama-sama”, Bas menjelaskan dengan terbata-bata.
“Proyek? Proyek apa? Mana ada ngerjain proyek kantor di rumah? Pake baju seksi lagi?!”, aku langsung menjawab Bas dengan nada tinggi.