Mohon tunggu...
Natasha Nurdin
Natasha Nurdin Mohon Tunggu... Freelance -

Pemimpi yang cinta damai. Blog: natashanurdin.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pelangi

11 September 2016   12:49 Diperbarui: 11 September 2016   12:57 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Segera kurapikan tas kerjaku. Aku ambil barang-barang yang tampak tanpa memeriksanya terlebih dahulu. Dengan langkah enggan, aku berpamitan pada Reno dan segera meluncur ke lift. Aku memencet tombol GF. Masih ada 10 lantai yang harus dilewati. Aku terdiam dan kembali melamun. Masih segar dalam ingatanku kejadian pahit beberapa hari yang lalu.

***

Jum’at tanggal 10 Juni, hari yang tak pernah bisa kulupakan seumur hidupku. Hari ulang tahun Bhaskara, kekasihku. Aku sudah menyiapkan sebuah kejutan kecil. Pada Rabu petang, aku sengaja membuatnya kesal dengan mengatakan bahwa aku tidak bisa merayakan ulang tahunnya karena esok akan ada meetingdi luar kota dan baru kembali pada Sabtu malam. Tapi dia hanya berkata, “Nggak apa-apa, Sayang. Udah umur segini, buat apa ngerayain ulang tahun segala”, ujarnya sambil tersenyum manis seperti biasa. Aku mengiyakan sambil mencoba menahan senyum karena telah menyiapkan kejutan spesial untuknya. Seperti biasa, sore itu berakhir dengan canda dan tawa. Aku merasa utuh saat bersama Bas, matahariku.

Kamis pagi. Aku terbangun dan kulihat Bas masih terlelap di sisiku. Ku tatap setiap inci tubuhnya. Begitu menawan, masih sama seperti saat pertama kali aku berjumpa dengannya. Rahang yang kokoh, bibir tipis, kumis dan jenggot yang mulai tumbuh tidak beraturan, kulit coklat terbakar sinar matahari. Kupeluk dadanya yang bidang dan sontak membuatnya kaget. Terbangun dari tidur pulasnya.

“Ada apa, Sayang? Kok pagi-pagi gini udah manja-manja aja?”, ujarnya masih mengantuk sambil menggosok mata.

Nggak ada apa-apa, Sayang. Aku cuma mau meluk kamu yang lama, soalnya kan hari ini aku harus ke Semarang. Nanti nggak bisa peluk-peluk kamu tiga hari ini. Mana aku nggak bisa rayain ulang tahun kamu lagi”, jawabku memelas sambil mencoba menahan senyum, takut rencana kejutanku akan terbongkar.

“Duh, kamu ngegemesin banget sih. Sini aku peluk yang lama”, Bas menggendong tubuhku dan jatuh ke pelukannya sambil mencoba menggelitik pinggangku.

“Ih, geli tau, Bas”, aku menggeliat geli.

Bas kemudian memelukku, lama, dan mengecup keningku. Ada yang berbeda darinya. Entah apa, tapi aku tak punya firasat apapun. Yang aku tahu, detik ini aku sangat bahagia ada di sisinya, di pelukannya.

“Ris, kamu tahu. Aku bahagia bisa ketemu kamu. Kamu jadi warna dalam hidup aku yang dulunya suram dan kosong. Kamu seperti pelangi yang muncul setelah badai. Aku pria yang beruntung. Tapi...”, Bas tiba-tiba terdiam.

“Tapi apa, Sayang?”, sahutku penasaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun