Kesimpulan
“H” mengalami beberapa tahap perkembangan yang terganggu terutama pada tahap setelah kecelakaan yang mengakibatkan kedisabilitasan netra yang ia alami. Masa remaja awalnya penuh dengan ketakutan karena sangat bergantung pada ibunya. Namun pada remaja akhir semuanya berubah setelah orangtuanya meninggal dunia. “H” mengalami proses belajar dari try and error dimana mencoba dulu dan melakukan kesalahan-kesalahan yang kemudian ia pahami untuk tidak dilakukan kemudian hari.
“H” tidak mengalami kesulitan yang berarti karena telah belajar bagaimana memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ia buat hingga usianya dewasa. “H” yakin ia harus bertanggungjawab untuk hidupnya dan memahami bahwa Tuhan yang memegang kendali atas hidupnya sehingga lebih pasrah dan berserah. “H” berusaha untuk membina interaksi yang baik dengan orang-orang disekitarnya agar tidak mengulang pengalamannya dimasa lalu. “H” juga telah mencapai tahapan dimana ia bisa menemukan pendamping hidupnya dan membina rumah tangga yang kemudian ia nafkahi dari hasil keringatnya sendiri sebagai tukang pijat. Pencapaian terbaik menurut “H” sepanjang hidupnya adalah bisa membiayai keluarganya sendiri dari hasil kerja kerasnya memijat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H