Mohon tunggu...
nataliadias
nataliadias Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kunjungan ke Vihara Jetavana

20 Desember 2015   18:17 Diperbarui: 20 Desember 2015   19:48 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walubi itu sendiri merupakan perwakilan umat Budha Indonesia yang menjadi wadah  kebersamaan organisasi umat Budha Indonesia yang terdiri dari majelis majelis agama Budha. Selain itu, Walubi juga merupakan lembaga agama Budha dan badan kehormataan serta menjadi wadah untuk masyarakat yang bernapaskan Budha di Indonesia. Walubi itu sendiri juga sudah ada sejak 20 Agustus 1998 yang didirikan di DKI Jakarta.

Sejak tahun 1995 ketika vihara Jetavana disahkan menjadi sebuah yayasan, saat itu lah terbentuk sebuah visi dan misi yayasan vihara Jetavana yang dari visi misinya itu adalah yang pertama, untuk mengembangkan Budha Dharma, yang kedua adalah untuk  membantu pemerintah dalam kegiatan kegiatan keagamaan dan sosial, yang ketiga, melakukan kegiatan sosial, membantu fakir miskin, dan mendidik anak asuh yang tidak mampu utnuk dijadikan anak asuh vihara Jetavana, dan yang keempat adalah dapat bekerja sama dengan seluruh unsur agama yang lain untuk membantu pemerintah dalam kehidupan beragama.

Vihara Jetavana ini masih tetap berada di Jalan Iman Bonjol, gang vihara 1. Saat ini vihara yang sudah berdiri sejak lama dikelolah oleh romo Jura Wangulimala yang merupakan anak dari ibu Maya Wangulimala dan bapak O’wangulimala. “Vihara Jetavana ini sudah berada sejak saya kecil, vihara merupakan bagian hidup dari saya dan peninggalan dari kedua orang tua saya. Memang sejak SMA saya sudah memiliki cita cita dan keinginan untuk menjadi seorang pendeta di vihara ini. Maka dari itu saya saat ini sudah mencapai keinginan saya yaitu menjadi seorang pendeta di vihara Jetavana dan vihara ini saya yang mengurus beserta istrinya,” ungkap romo Jura Wangulimala sambil merangkul sang istri yang berada disebelahnya.

Romo Jura Wangulimala beserta istrinya memang sangat terlihat senang dalam mengelolah vihara peninggalan orang tuanya itu. setiap hari mereka berdua datang kevihara itu untuk melihat dan mengecek kondisi vihara tersebut, padahal divihara itu sudah ada penjaganya yang bertugas utnuk mengurus dan membersihkan vihara tersebut, tetapi beliau beserta istrinya yang bernama Entjap selalu menyempatkan waktu untuk mendatangi vihara yang tak  jauh dari rumahnya itu. Segala sesuatu semua mereka urus untuk kemajuan vihara ini.

Pada setiap tahunnya juga pada tanggal 10 November, vihara Jetavana pasti selalu merayakan hari ulang tahun vihara tersebut, yang pada tanggal itu juga secara bersamaan merupakan hari ulang tahun romo Jura wangulimala yang merupakan pendeta vihara Jetavana dan juga anak kedua dari enam bersaudara pasangan ibu Maya Wangulimala dan romo O’wangulimala yang merupakan pendiri dan perintis vihara Jetavana tersebut. Pada setiap tahunnya seluruh keluarga Wangulimala beserta umat datang ke vihara untuk melakukan puja Bhakti dan merayakan hari ulang tahun pendeta nya dengan melakukan tumpengan.

Kegiatan seperti ini selalu dilakukan setiap tanggal 10 November tiap tahun. Hal ini selain untuk memperingati hari ulang tahun vihara, bertujuan juga untuk saling berbagi kepada seluruh umat vihara Jetevana sambil mengenang berdirinya vihara tersebut yang hanya berawal dari sebuah Cetya sederhana.

  • Sejarah interior vihara

Roda Dhamma, semenjak Sang Buddha membabarkan kebenaran (Dhamma) untuk pertama kalinya, Dhamma akan terus-menerus menyebar keseluruh dunia hingga semua makhluk terbebas dari Dukkha. Roda Dhamma merupakan symbol dari perputaran ajaran Sang Buddha yang terus berlanjut demi kebahagiaan semua makhluk. Selain itu, roda Dhamma juga dilambangkan sebagai senjata yang dapat menghancurkan ketidak tahuan dan kegelapan batin dalam diri manusia. Simbol ini juga menggambarkan khotbah Sang Buddha  yang pertama kalinya di Taman RusaI sipatana, Sarnath, India.

Teratai adalah lambang kesucian. Teratai memiliki warna bermacam-macam, al: Warna Putih (Pundarika), warna biru (Upala), Warma merah (Lohita).

Stupa melambangkan Nibbana (Kebebasan) yang merupakan dasar utama dari seluruh rasa Dhamma yang diajarkan oleh Guru Agung Buddha Gotama dan menjadi tujuan setiap umat Buddha.

 

 

Penjelasan : gambar ini merupakan altar yang berada di vihara Jetavana, biasanya altar ini di gunakan untuk kebaktian remaja, di altar ini ada beberapa simbol yang di sucikan untuk agama buddha seperti Buddha Rupang, Bunga, Lilin, Air, Dupa, Pohon Bodhi

  • Buddha Rupang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun