Mohon tunggu...
nataliadias
nataliadias Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kunjungan ke Vihara Jetavana

20 Desember 2015   18:17 Diperbarui: 20 Desember 2015   19:48 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya pada 10 November 1975 dibuatlah sebuah Cetya di rumah romo O’wangulimala yang cetya tersebut diberi nama Jetavana Rama. Cetya itu berhasil cepat dibuat berkat bantuan dan dukungan dari para rohaniwan agama Budha, yang salah satu dari mereka adalah Biksu Vijananda dan biksu Gemiyo. Setelah enam tahun melakukan kebaktian dirumah ibu maya dan romo O’wang, mereka memutuskan untuk membeli sebidang tanah di Jalan Iman Bonjol, gang vihara 1 dengan tanah seluas 100 meter persegi. Kemudian tanah itu dibangunlah sebuah bangun berbentuk Cetya. Ternyata sejak adanya bangunan Cetya di gang vihara 1 itu membuat banyak umat Budha yang datang kesana sehingga suami ibu Maya yaitu romo O’wangulimala berusaha untuk membeli tanah lagi sehingga dapat memperluas bangunan Cetya tersebut.

Setelah mengumpulkan dana dan dana telah terkumpul, dua tahun kemudian romo O’wangulimala beserta istrinya membeli lagi sebidang tanah dengan luas 150 meter persegi yang berada disamping bangunan Cetya mereka. Sehingga total tanah untuk bangunan Cetya itu sebesar 250 meter persegi. Karena tanah untuk bangunan tersebut sudah semakin besar, maka romo O;wangulimala beserta istrinya dan para perintis lainnya memutuskan untuk membangun bangunan berupa vihara, vihara ini diberi nama vihara Jetavana yang hingga sekarang masih tetap berada.

Tahun makin tahun vihara Jetavana ini semakin berkembang berkat usaha kerja kerasa para umat dan pengurus vihara Jetavana untuk meningkatkan dan memajukan vihara ini. Umat yang datang ke vihara ini juga semakin meningkat.

Kemudian pada tahun berikutnya tepat pada saat memperingati hari Tri Suci Waisak, vihara Jetavana ini dikunjungi oleh banyak umat Budha di Tangerang. Dengan dihadirin oleh banyak umat di Tangerang, para pengurus kemudian nelakukan satu rencana untuk mendirikan sebuah bangunan vihara secara permanen. Akhirnya pada tahun 1985 vihara Jetavana berhasil memiliki bangunan vihara yang permanen dengan luas bangunan seluas 8x22 meter persegi.

Dengan adanya bangunan vihara yang sudah permanen ini, membuat para umat menjadi semakin rajin untuk berdoa di sini dan selain itu dari bulan ke bulan umat yang datang ke vihara ini semakin banyak. Dari situ lah kemudian umat yang bergabung divihara itu secara rutin melakukan kebaktian terutama Puja Bhakti pada Cet It Cap Go malam sabtu dan hari minggu. Dengan seiring berjalannya waktu, vihara ini memiliki semakin banyak kegiatan mulai dari bakti sosial, lomba antar viahara lain, generasi olah raga antar vihara, dan sebagainya.

Kemudian pada tahun 1990an  vihara Jetavana mendapatkan sebuah bantuan dana dan dukungan dari Dimas Hindu dan Budha Jawa Barat dan para donatur lainnya. Bantuan dana tersebut kemudian dipergunakan untuk membuat gedung serba guna. Gedung serba guna itu kemudian digunakan untuk para umat melakukan kegiatan-kegiatan pada saat hari raya atau saat ada keperluan keperluan tertentu. Bahakan gedung serba guna ini juga diperbolehkan untuk digunakan oleh warga sekitar apabila ingin melakukan rapat atau kepentingsn bersama.

Vihara  Jetavana ini terus semakin berkembang, bangunannya pun semakin bagus dan luas. Umat dan kegiatan yang dilakukan di vihara ini juga semakin banyak, itu semua terjadi karena kerja sama antara umat dengan para pengurus yang memiliki tujuan yang sama untuk terus meningkatkan dan mengembangkan vihara Jetavana ini.

Hingga pada akhirnya, pada tahun 1995 vihara Jetavana dijadikan sebuah yayasan. Yayasan ini dikelolah oleh bebrapa umat yang dijadikan pengurus sebanyak lima orang yang salah satu dari pengurusnya itu sendiri adalah romo O’wangulimala. Pengurus pengurus lainnya juga dianataranya adalah ibu Maya Wangulimala, bapak Wing Wahyudi, bapak Jokolana, dan bapak Gunawan.

Selain dibentuknya pengurusan, yayasan vihara Jetavana juga memiliki aturan aturan mengenai anggaran dana dan anggaran rumah tangga. Dimana setiap pengurus yayasan ini harus mampu bekerja sesuai dengan visi dan misi yang telah tercantum dalam anggaran dana dan anggaran rumah tangga yayasan ini sendiri. Selain itu, yayasan ini juga memiliki ketentuan ketentuan, antara lain seperti pergantian pengurus yang dilakukan setiap tiga tahun sekali dan semua penghasilan yang didapat oleh vihara Jetavana harus diatur dan dikelolah oleh yayasan.

Dan tentunya juga apabila ada penggunaan dana dalam yayasan itu harus diketahui oleh tiga orang pengurus yayasan tersebut yang terdiri dari ketua, bendahara, dan seketaris.

Hal itu dilakukan agar tidak terjadi penyalahgunaan dana yayasan. Semenjak vihara Jetavana ini menjadi yayasan, kegiatan yang dilakukannya pun juga semakin beragam dari mulai aktif dalam kegiatan sosial juga aktif dalam program program yang diadakan oleh pemerintah seperti aktif menjadi anggota forum umat beragama. Selain itu para pengurusnya juga aktif dimajelis majelis umat beragama Budha. Contohnya seperti menjadi ketua maju putih dan ketua Walubi pada tahun 2012 seprovinsi Banten.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun