YOU ARE MY DESTINY
Pagi hari aku sudah berada di bandara bersama keluargaku. Hari ini aku akan berangkat ke London untuk melanjutkan studiku di sana. Pada awalnya keputusanku ini tidak disetujui oleh orang tuaku karena mereka takut terjadi sesuatu denganku di sana. Tapi aku meyakinkan mereka jika di sana aku akan baik-baik saja dan selalu berkomunikasi dengan mereka.Â
Aku akan melanjutkan studi S2 di sana. Satu bulan sebelum keberangkatan, aku sudah melihat keadaan di London agar aku terbiasa dengan budaya disana. Sebelum berangkat pun aku menyempatkan diri ke rumah sakit menemui dokterku. Disana aku berkonsultasi dan bercerita tentang keberangkatanku ke London. Dokterku bilang aku tidak melepas alat pendengaranku. Aku adalah tunarungu yang memperjuangkan studiku karena aku tau walaupun aku memiliki kekurangan, aku tetap bisa belajar dimanapun dan kapanpun.Â
Pesawatku sudah tiba. Aku bergegas pamit kepada keluargaku yang sudah mau mengantarku ke bandara. Aku sudah mengurus semua keperluanku disana. Aku hanya tinggal datang dan memulai hidup baru disana. Dari Jakarta ke London kurang lebih menempuh waktu 16 jam. Selama di pesawat aku hanya menonton film dan beristirahat.
Sampailah aku di London. Negara yang aku impikan sejak masih sekolah menengah atas. Aku tidak menyangka Allah memudahkan diriku untuk menginjakan kaki disini dan memulai hidup baru disini. Aku berharap semoga Allah selalu memudahkan ku selama di London.Â
Aku bergegas mencari transportasi ke universitas. Aku tinggal di dorm yang disediakan oleh universitas. Aku melanjutkan studi di University of London. Mengapa aku memilih disini, karena beasiswa yang aku dapat 100% ditanggung universitas. Sampailah aku di University of London. Jarak tempuh antara bandara dan kampus lumayan jauh dan cukup melelahkan. Aku membawa barang-barangku dan menelusuri kampus hingga sampai ke dorm atau tempat tinggalku selama di London.
Aku sudah memiliki kunci dormnya jadi tidak perlu lagi datang ke kampus untuk mengambil kunci. Saat aku masuk pemandangan di luar sangatlah indah. Aku sangat-sangat bersyukur dengan apa yang aku miliki sekarang. Aku membereskan barang-barang yang aku bawa dari Indonesia. Mulai dari pakaian, makanan, dan lain-lain. Setelah selesai membereskan koper, aku lanjutkan dengan bersih-bersih.
Air disini sangat dingin menurutku. Setelah selesai mandi, aku sholat lalu menonton film, dan membuat makan malam. Aku belum kenal dengan tetangga sekitarku karena yang aku tau dorm ini masih sangat sedikit yang datang. Masa orientasi kampus pun dimulai hari senin. Jadi masih sangat lama dan aku sudah mempersiapkan semua barang yang dibutuhkan untuk orientasi.Â
Masa orientasi kampus pun tiba
Pagi ini aku sangat bersemangat karena aku akan melakukan kegiatan yang belum pernah aku rasakan. Kata teman-temanku yang sudah orientasi di kampus mereka, orientasi di kampus berbeda dengan orientasi pada saat masa sekolah. Jadi aku sangat tidak sabar dengan itu karena mendengar cerita dari mereka.
Aku sudah mandi dan sedang membuat sarapan. Pagi ini aku hanya membuat telur dan roti isi. Aku juga membuat bekal yaitu nasi dengan ayam teriyaki. Setelah selesai, aku menunggu bus kampus di halte. Halte nya sangat penuh, membuatku tak sabar sampai ke kampus. Aku terlalu bersemangat hari ini dan juga alat bantu ku tidak tertinggal, itu sangat membuatku senang.Â
Sampai di kampus, semua orang berbondong-bondong keluar dari bus. Aku melihat banyak dari mereka sudah memiliki teman sedangkan aku belum memilikinya. Saat sedang menyusuri kampus. Tiba-tiba ada sekelompok laki-laki mendatangiku dan salah satu dari mereka meneriakkan sesuatu ke telingaku. Kepalaku sangat pusing dan hampir terjatuh. Tapi tidak sampai terjatuh karena ada yang menolongku. Sekelompok laki-laki itu pergi setelah diusir oleh orang yang menolongku tadi.Â
Aku mengucapkan terima kasih kepadanya dan kita berkenalan. Orang yang menolongku bernama Meghan Star. Meghan berasal dari Prancis. Kami berkomunikasi dengan lancar. Awalnya aku berfikir jika Meghan tidak terlalu fasih bahasa inggrisnya ternyata aku salah menduga. Meghan sangat bagus bahasa inggrisnya dan ia juga bisa beberapa bahasa.
Aku diajak Meghan bertemu dengan temannya yang lain. Meghan melambaikan tangannya kepada kedua temannya yang sedang duduk di kursi taman. Aku dan Meghan mendatanginya lalu Meghan memperkenalkan aku kepada kedua temannya. Teman Meghan bernama Mazaya dan Chiko. Kami mengobrol bersama. Aku mendapatkan teman dari negara tetangga. Mazaya dari Malaysia dan Chiko dari Singapura. Komunikasi ku dengan mereka tidak sulit karena aku bisa berbahasa melayu.
Selama kami mengobrol bersama tidak ada sekelompok laki-laki yang mendatangiku lagi. Aku rasa mereka takut pada Meghan karena muka Meghan terlihat menyeramkan walaupun Meghan perempuan, tapi menurutku Meghan menyeramkan bagi mereka yang tidak kenal dengannya.
Diantara kami berempat, hanya aku dan Mazaya yang tinggal di dorm kampus. Meghan memiliki rumah yang tidak jauh dari kampus sedangkan Chiko tinggal bersama keluarga asuhnya. Selain itu jurusan kuliah kami berbeda-beda. Aku memilih pendidikan matematika, Meghan memilih hukum, Chiko memilih teknik dan Mazaya memilih bisnis.
Malam pun tiba, masa orientasi telah selesai. Saatnya bertempur dengan materi dan tugas kuliah yang akan datang. Sesampainya di dorm setelah acara selesai, aku bergegas membersihkan diri lalu makan. Kepalaku masih sedikit sakit karena tadi, tapi akan lebih baik jika aku bawa tidur. Aku kira masa orientasi ini lebih dari sehari ternyata tidak, disini masa orientasi hanya dilakukan sehari. Aku sudah memiliki teman di satu jurusan, yaitu Cia. Cia tinggal di sebelahku. Aku sangat bersyukur karena hari pertama sebagai mahasiswa disini telah selesai, semoga aku bisa bertahan sampai aku lulus dari sini.
Pagi pun tiba, aku bergegas mandi lalu sholat subuh. Setelah sholat aku membuat sarapan dan bekal. Jadwalku hari cukup padat karena aku akan kuliah dari pagi hingga sore hari. Baru hari kedua disini rasanya aku tidak bisa membayangkan selelah apa aku nanti.
Aku berangkat dengan bus kampus. Setelah sampai seperti biasa seluruh mahasiswa berbondong-bondong keluar dari bus dan berpencar ke gedung jurusannya masing-masing. Aku berangkat bersama Cia. Aku sudah memberitahu Meghan dan yang lain jika aku berangkat bersama Cia dan kita akan bertemu di kampus. Aku mencari mereka di dekat taman tapi tidak ada. Lalu aku memutuskan untuk menunggu mereka lima menit.Â
Setelah lima menit
Mereka tak kunjung datang. Aku dan Cia masuk ke dalam kelas dan menunggu dosen datang. Dosen pun datang. Pelajaran pun dimulai. Dosen pertama hari bernama Mr. Hans, ia sangat baik menurutku. Setelah pelajaran Mr. Hans selesai. Aku berpindah kelas ke kelas seberang. Kali ini yang mengajar Mrs. Sarah, awalnya aku mengira dia galak ternyata tidak, dia sangat baik dan penyampaian materinya pun mudah dipahami.
Istirahat pun tiba
Aku dan Cia duduk di taman kampus sembari menunggu Meghan dan yang lain. Aku membuka bekal yang telah aku buat tadi pagi. Cia membeli kopi di kantin. Meghan pun tiba, tapi aku tidak melihat Mazaya dan Chiko. Lalu Meghan berkata, "Mazaya dan Chiko masih di dalam kelas jadi aku tidak menunggu mereka." Aku hanya menganggukkan kepala. Aku memperkenalkan Cia kepada Meghan dan kita mengobrol bersama sampai jam istirahat habis.
Meghan bilang ia akan langsung pulang karena hari ini Meghan hanya ada dua mata kuliah sedangkan aku dan Cia ada empat jadi kita memutuskan untuk masuk ke kelas. Ada yang bilang padaku jika dosen yang akan mengajar di kelasku adalah dosen baru. Aku sedikit penasaran dengan nya. Setelah menunggu dosen itu sembari membaca materi yang akan disampaikan oleh dosen tersebut.Â
Dosen baru pun tiba
Saat pintu kelasku terbuka. Semua mata tertuju padanya. Di depan pintu sedang berdiri dosen baru yang tadi dibicarakan oleh teman-teman kelasku. Dia bernama Mr. Gibran Al-Farizi, ia berkata saat di kampus sebelumnya ia dipanggil Mr. Gibran.
Pemaparan materi pun dimulai. Kami dengan fokus mendengarkan penjelasan Mr. Gibran. Setelah selesai aku mendatangi Mr. Gibran dan bertanya "Mr. Gibran berasal dari mana?" Aku terdiam. Rasanya aku tidak sopan menanyakan itu kepada Mr. Gibran, aku merutuki kesalahan ku sendiri.Â
"Indonesian, apakah kamu dari Indonesia juga?" Aku sangat terkejut akan jawaban Mr. Gibran karena aku kira Mr. Gibran berasal dari Saudi Arabia. "Aku juga dari Indonesia Sir." Lalu ia bertanya padaku, "Nama kamu siapa?" Aku menjawab, "Namaku Azalea Qila Aditama biasa dipanggil Lea."Â
"Namanya cantik" Aku terdiam. Lalu Mr. Gibran berpamitan denganku. Aku pun langsung mendatangi Cia yang sedang mengobrol dengan teman di kelas. Aku melamun membayangkan kejadian tadi. Rasanya sangat cepat seperti kilat.
POV Gibran startÂ
Aku bertemu dengan wanita yang sangat baik disini. Dia sangat cantik, aku terpikat padanya. Ingin sekali aku mengajaknya ta'aruf denganku. Agar dosaku tidak bertambah jika selalu melihat nya di kelasku.Â
Aku berjalan menyusuri koridor kampus menuju kantorku. Saat sampai aku bertemu Hans yang sedang beristirahat. Aku bercerita padanya tentang pertemuanku dengan Lea.Â
Kata Hans, jika kau ingin menjadikan ia satu-satunya kau harus berjuang untuk meluluhkan hati nya, mendatangi orang tua nya, dan menjaganya. Setelah Hans berkata seperti itu. Aku langsung memikirkan bagaimana agar aku bisa melakukan itu semua dengan ridha Allah.
POV Gibran end
.
.
.
.
Malam pun tiba
Aku sudah berada di dorm. Malam ini aku hanya akan menonton film yang belum aku selesaikan. Aku sudah sempat belajar bersama Cia saat sore hari, jadi sekarang aku memilih untuk beristirahat dan memanjakan diri. Sampai sekarang teman-temanku tidak ada yang tau jika aku tunarungu karena aku tetap berkomunikasi seperti orang-orang biasa.Â
Pagi hari
Pagi ini aku hanya membuat sarapan dan tidak membuat bekal karena hari ini aku akan berkeliling bersama Meghan dan yang lain. Hari ini Cia akan datang terlambat, jadi aku akan berangkat lebih dulu dan bertemu Cia saat di kampus. Hanya ada satu kelas hari ini yaitu kelas Mr. Gibran.
 Saat sedang menunggu jam masuk, ada sekelompok laki-laki yang kemarin mendatangiku dan menggangguku. Aku ingin lari tapi aku dikelilingi oleh mereka. Salah satu dari mereka berteriak di telingaku lagi. Kepalaku sangat sakit melebihi sakit sebelumnya. Rasanya aku ingin pingsan tapi aku harus bertahan.Â
Aku hanya mampu berdoa kepada Allah untuk menjagaku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya bisa menangis. Aku melihat ada yang melepas alat bantu ku. Entah bagaimana mereka bisa tau dan bisa melepasnya. Kepalaku semakin sakit dan penglihatanku sudah mulai berkabut. Aku sudah tidak kuat lagi. Berakhir aku pingsan sebelum aku jatuh aku melihat mereka buru-buru pergi dariku dan aku tidak ingat apa-apa lagi.
Di Rumah Sakit
Aku terbangun dan melihat sekeliling. Aku sangat bingung aku dimana dan siapa yang membawaku kesini. Aku melihat ada laki-laki yang berbicara dengan seorang dokter. Aku menunggu sampai laki-laki itu mendatangiku.Â
"Lea sudah sadar? ini Gibran." Aku menatap Mr. Gibran lama lalu aku berucap, "Astaghfirullah, Lea." Mr. Gibran bingung. Aku mencoba bangun dari tidurku dan bersandar pada tempat tidur. Aku bertanya pada Mr. Gibran, "Sir, mengapa aku ada disini? Siapa yang mengantarku kesini? Aku sangat malu merepotkan orang-orang."Â
Lalu Mr. Gibran berkata, "Saya yang membawa kamu kesini. Tadi saat saya ingin masuk kelas, saya melihatmu sudah tidak sadar di kursi taman. Saya panik dan langsung meminta tolong kepada mahasiswa yang ada disana membantu saya membawa kamu ke mobil. Lalu saya membawa kamu ke rumah sakit ini. Satu lagi kamu tidak merepotkan saya. Maaf saya jadi tahu penyakitmu, Lea." Aku terdiam tanpa kata.
Tersadar aku dan mengucapkan terima kasih kepada Mr.Gibran karena telat sukarela menolongku. Selama di rumah sakit, kami cukup lama mengobrol sampai cairan infusnya habis dan aku diperbolehkan pulang dengan syarat selalu membawa dan meminum obat yang telah diberikan. Aku pulang bersama Mr. Gibran, kami bertukar nomor telepon agar dapat berkomunikasi dengan mudah. Sesampainya di gerbang dorm, Mr. Gibran berkata jika ia ingin berta'aruf denganku. Awalnya aku bingung dan Mr. Gibran berkata jika ia hanya ingin menyampaikan niat baiknya agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Libur pun tiba
Aku sudah berencana untuk pulang ke Indonesia tanpa memberitahu keluarga di sana. Aku ingin membuat kejutan sedikit untuk mereka. Mas Gibran juga akan pulang ke Indonesia. Sekarang aku mengganti panggilan Mr. Gibran menjadi mas Gibran karena permintaannya. Tapi panggilan itu tidak berlaku saat aku sudah di kampus.
Jadwal penerbangan kali ini saat malam hari sama seperti saat aku berangkat ke sini. Aku tidak satu pesawat dengan mas Gibran. Karena mas Gibran akan berangkat pada hari minggu sedangkan aku berangkat hari sabtu. Aku libur selama satu bulan dan selama itu aku bersama mas Gibran sudah membuat rencana untuk mempertemukan kedua orang tua kami.
Mas Gibran akan mengantarku ke bandara nanti. Aku sudah membereskan semua barang yang akan dibawa ke Jakarta. Aku hanya tinggal menunggu waktu malam dan berangkatlah ke bandara. Malam hari pun tiba.
Mas Gibran sudah datang menjemputku dan sekarang kami akan berangkat ke bandara. Sesampainya di bandara, aku langsung check-in dan menunggu pesawat di ruang tunggu. Mas Gibran mengantarku sampai ruang tunggu setelah itu dia berpamitan dan aku sendiri disini.
Pemberitahuan pesawatku sudah tiba. Aku bersiap menuju pesawat. Aku sudah mengabari mas Gibran. Aku telah duduk di pesawat. Sebelum berangkat aku berdoa agar diberi keselamatan sampai Indonesia.
Sesampainya di Indonesia
Aku menunggu kedatangan koperku. Setelah aku mengambil semua koperku. Aku berjalan menuju pintu keluar untuk mencari taksi. Aku sudah mendapatkan taksi. Aku sangat tidak sabar sampai rumah, aku sangat merindukan suasana rumahku.
Mas Gibran mengabariku jika ia akan segera berangkat ke Indonesia. Aku juga mengabarinya jika aku sudah landing dan sedang diperjalanan menuju rumah. Tak terasa aku sudah sampai di rumah. Rumah yang sangat aku rindukan itu akhirnya dapat aku lihat lagi sekarang.Â
Aku mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Aku menunggu pintu terbuka, Ayah ku membuka pintu dan bertanya "Cari siapa nak?" Aku terkekeh. Lalu berkata "Saya cari bapak Aditama." Lalu ayah berkata, "Saya Aditama" Tiba-tiba ayah langsung memelukku dan aku terkekeh dan berkata, " Assalamualaikum ayah, sudah lama tidak berjumpa, aku rindu ayah."Â
Setelah itu aku langsung masuk dan disambut pelukan oleh ibuku. Ibu menyuruhku untuk makan siang. Kami makan siang bersama, mengobrol bersama dan bercanda tawa bersama.Â
Setelah makan aku disuruh istirahat oleh ibu. Aku masuk kekamar yang sangat aku rindukan. Tata letaknya tidak berubah. Kamar ku tetap bersih seperti sebelum aku tinggalkan. Aku langsung membereskan barang-barang yang aku bawa dari sana. Setelah selesai, aku mengistirahatkan diri dan tertidur sampai waktu maghrib tiba.
Saat maghrib aku bergegas mandi dan sholat lalu dilanjutkan membaca Al-Qur'an. Selesai dengan rutinitasku, aku membuka hp dan melihat banyak pesan masuk dari mas Gibran. Ia memintaku untuk bertanya kepada orang tuaku apakah mereka sibuk atau tidak saat hari sabtu nanti karena kami akan mempertemukan kedua orang tua kami di tempat yang telah kami tentukan jauh-jauh hari sebelum kepulangan kami.Â
Sabtu pun tiba
Aku sudah menyampaikan niat mas Gibran pada ayah dan ibu semalam. Pagi ini aku telah rapi dan siap untuk berangkat menuju tempat yang telah kami pilih. Aku dan keluarga berangkat pukul 10 pagi karena ayah takut macet dijalan. Saat diperjalanan aku mengabari mas Gibran jika aku telah berangkat. Mas Gibran pun telah siap dan akan berangkat menuju ke tempat pertemuan. Â
Setelah kurang lebih 3 jam kami diperjalanan. Akhirnya kami sampai di Senayan City. Kami mulai menyusuri mall dan mencari tempat yang telah aku dan mas Gibran pilih. Sampailah di tempat tersebut, kedua orang tua kami bertemu dan mas Gibran mulai menyampaikan niat baiknya kepada para orang tua untuk berta'aruf dengan Lea. Setelah para orang tua dan juga Lea setuju akhirnya kami berta'aruf dan akan menikah setelah Lea lulus kuliah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H