"Setuju. Kita bagi dua kelompok. Prita dan Kanaya akan memegang senter HP untuk membantu Herr dan Ken memperbaiki radiator. Aku dan Lukman akan mencari ranting kayu, dan kau Anggi, tolong jaga Kevin dan Fred. Teriaklah jika ada apa-apa."
Kurang dari dua jam, kami berhasil menyelesaikan dua masalah.
Bersamaan dengan itu, sebuah mobil mendekat kearah kami. Jono --pemilik mobil -- keluar.
"Kau datang di waktu yang tepat, Jon. Bolehkah, kau antar Lukman, Prita, Kevin dan Fred kembali ke penginapan?'
"Bagaimana denganku? Kakiku terkilir dan aku masih harus menahan sakitnya?" Anggi protes.
"Oke, kau masuk dalam rombongan. Lukman, tak masalah kan jika kau dibonceng Kenny?"
"Aku perempuan disini sendirian?" Gantian Kanaya tidak setuju.
Lukman menatapku, "Tak masalah jika aku masih disini."
"Pesawatmu?"
"Masih sempat."
Aku menyetujui sarannya. Lukman menggendong Kevin masuk ke dalam mobil. Tak lupa ia mengecup kening Prita, sebelum akhirnya rombongan tersebut hilang tertutup kabut. Malam itu, kami bergantian untuk mengangin-anginkan lem, tidur, dan menjaga rombongan kecil. Hingga akhirnya, tiga jam berlalu. Kami memastikan bahwa lem tersebut bekerja dengan baik. Radiator kembali dipasang, dan tidak lupa mengisi airnya. Kami meninggalkan tempat tersebut dengan ribuan cerita yang menyertai. Sungguh, sebuah pengalaman yang tidak mungkin kami lupakan. Seumur Hidup.
Selesai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H