Mohon tunggu...
Nasywa Ibtisamah
Nasywa Ibtisamah Mohon Tunggu... Penulis - manusia berjuta asa

medium.com/@opininasywa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Renjana untuk Kembali

23 November 2018   23:30 Diperbarui: 23 November 2018   23:51 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prita melingkarkan tangan di lengan Lukman. Tiba-tiba semak belukar di depan mereka bergerak. Prita berhenti, menahan tangan Lukman. Ia menoleh kearah suaminya, sembari menggelengkan kepala. Lukman mengusap pipi Prita, lalu melepaskan tangan Prita. Ia bergerak maju dan menghampiri semak-semak tersebut. Belum sampai kesana, seekor babi hutan muncul dan berhadapan dengan Lukman.

"Tetap mematung. Dan jangan melakukan gerakan sedikitpun." Sebuah suara bisik-bisik yang berasal dari kanan mereka.

Lukman mengamini suara tersebut. Meskipun kaki gemetar dan juga keringat terus mengucur, ia tetap pada posisinya -- 70 meter dari babi hutan didepannya -- dan tak menggerakkan badan. Babi hutan itu bergerak maju. Selangkah. Dua langkah. Lukman yang mulai ragu akan saran tersebut, menggeser kakinya sedikit.

"Tahan, atau kau akan mati." Kembali suara samar-samar bersuara.

Lukman hanya bisa menarik dan menghembuskan napas pasrah. Babi hutan itu bergerak maju, melewati Lukman yang sudah diambang batas kesadaran.

Srek... Srek... Srek...

Perlahan suara gesekan kaki babi dengan daun-daun menghilang. Lukman terjatuh lemas. Kakinya sudah tidak mampu menopang berat tubuhnya. Prita yang berdiri tidak jauh, berlari menghampiri. Ia memeluk Lukman dari belakang, memberi sebuah kecupan pada kepala Lukman. Isakan tangis semakin mengeras.

"Beruntunglah, kau tidak kenapa-napa anak muda. Babi tersebut masih remaja. Hasrat menyerangnya bisa dikatakan labil. Kalau kau bergerak tiba-tiba, itu akan ditangkap sebagai ancaman, dan mungkin kau bisa diserang membabi buta."

Lukman menoleh ke sumber suara. Senyumnya merekah.

"Fred!"

"Di balik semak itu, ada bangkai tikus. Aku sudah menduga bahwa babi hutan akan menghampirinya. Sialnya, tongkatku tertancap ke tanah, saat aku menjadikannya tumpuan badan ketika buang air."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun