Dosen telah mengakhiri pembelajarannya hari ini dan mempersilakan para murid untuk meninggalkan ruang kelas. Angga melirik Emil sebentar dan berniatan mengajaknya nongkrong di kafe depan kampus.
"Mil, ngopi yuk sekalian ngerjain tugas," ajak Angga. Padahal, ia tak memiliki niatan untuk mengerjakan tugas sama sekali. Tapi ya, biar kelihatan keren aja gitu. Plus, Emil tidak akan ikut jika Angga tak mengucapkan embel embel 'tugas'.
"Yuk, gua pengen nyicil ngerjain makalah juga nih" kata Emil.
Mereka berdua melesat pergi ke kafe terdekat. Selama perjalanan, Angga berpapasan dengan sahabat karibnya yang lain. Emil mengenalnya tapi tak sedekat Angga. Jadi, sekarang mereka bertiga menuju ke kafe bersama.
Sesampainya, mereka memesan kopi dan sedikit cemilan. Pesanannya sedikit tapi menghabiskan waktu berjam - jam, kebiasaan para mahasiswa. Tak lupa, Angga menanyakan password wifi nya. Ia heran, kenapa kafe ini senang sekali gonta - ganti password. Toh, ujung ujungnya ia juga akan menanyakannya kepada pelayan.Â
Aneh, pikir Angga.
Emil mengeluarkan laptop putih miliknya dan mulai mengetik kalimat per kalimat. Jangan salah, Angga juga mengeluarkan laptopnya kok. Bedanya, Angga malah melenceng mengeklik game kesayangannya.
"Kebiasaan ye lu, bilang pengen nugas malah main," Emil tertawa sedikit melihat apa yang Angga lakukan.
"Kalau gua gak bilang sekalian nugas, lu mana mau gua ajak, Mil" sahut Angga sambil sibuk menatap layar laptopnya.
"By the way, Jan. Lu tumben banget ke daerah sini. Secara lu kan orang sibuk sekarang," Angga memulai percakapannya dengan Faozan. Faozan, teman baiknya ketika SMA. Dulu di SMA, Faozan terkenal karena  kelemotannya, tapi sekarang dia sudah menjadi orang sukses di umurnya yang masih muda. Ia diam diam membangun perusahaan kecil - kecilan di bidang komputer sehabis lulus SMA. Bukan otaknya saja yang glow up, wajah Faozan juga ikut glow up. Berbanding tebalik dengan Angga yang malah glow down keduanya.Â
"Hehe iya, Ngga. Lagi ada kerjaan deket sini," kata Faozan yang akrab dipanggil Ojan.Â