- Pendahuluan
Pendidikan dan pengembangan karakter bangsa yang terefleksi dari cerita rakyat, selayaknya tetap terdokumentasi dengan baik dan tetap menjadi bagian dari Pendidikan karakter bangsa. Pembentukan karakter bangsa sudah dengan tegas dimasukkan dalam nilai-nilai yang dianut masyarakat bahkan bagian dari falsafah hidup bagi bangsa. Melalaui falsafah Pancasila, nilai-nilai karakter ditonjolkan untuk menjadi pedoman hidup. Oleh sebab itu, ada tanggung jawab yang besar dalam pendidikan karakter dilakukan oleh kepedulian seluruh masyarakat pemilik budaya, salah satunya budaya berupa cerita rakyat.
Berkenaan dengan bentuk kepedulian mempertahankan karakter-karakter baik dan kepedulian mengembangkan program pendidikan karakter, bentuk kepedulian juga dapat melalui penguatan literasi. Salah satu kecerdasan dasar literasi adalah literasi budaya dan literasi kewarganegaraan. Penguatan karakter dalam rangka pendidikan karakter dapat dilalui dengan penguatan literasi budaya dan kewargaan. Literasi budaya /kewarganegaraan dapat diperkuat dengan mendengarkan atau membaca cerita-cerita rakyat. Selain itu, penguatan literasi budaya dapat dilakukan dengan program menuliskan kembali cerita rakyat. dengan demikian, dengan cerita rakyat yang dituliskan ulang, masyarakat mendapatkan kemanfaatan mengenal cerita rakyat, mengenal pendidikan karakter yang dibawa cerita rakyat, mengenal budaya yang terefleksi dari cerita rakyat, mengayakan literasi budaya dan kewarganegaraan yang tersirat dari cerita rakyat.
Dengan mewariskan cerita rakyat ke generasi berikut paling tepat dengan meliterasikan masyarakat dan siswa sekolah/mahasiswa dengan bacaan cerita rakyat. Bacaan cerita rakyat dapat dimunculkan dalam bentuk media audio visual dan teks. Â Bentuk bacaan yang baik juga mengakomodasi langkah dan prinsip penulisan yang tepat. Â Bacaan cerita ulang yang lahir dari cerita rakyat seperti cerita dongeng, cerita mite atau legenda, cerita petualangan, cerita fantasi, cerita fabel sama-sama memuat pendidikan karakter dan sama-sama mengandung literasi budaya yang kuat.
Menulis ulang cerita rakyat berupa teks cerita ulang (recount) tidak hanya tentang topik cerita tetapi berfungsi mengembangkan karakter tokoh, menonjolkan nilai-nilai kearifan masyarakat sebagai seting cerita, juga memasukkan nilai-nilai karakter yang sesuai dengan profil pancasila. Nilai karakter yang dimasukkan dalam penulisan cerita rakyat dapat berupa nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat global seperti karakter abad 21. Sementara nilai pancasila yang dimaksukkan dalam penulisan cerita rakyat mengacu kepada butir-butir Pancasila, yaitu nilai-nilai beriman bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, berbhinekaan global, bergotong royong, kreatif, bernalar kritis, dan mandiri (Kepmendikbudristek No.56/M/2022).
Sebagai sarana penguat literasi, cerita rakyat yang hadir dalam berbagai bentuk, seperti ceita ulang (recount), cerita pendek, dan cerita anak. Sementara bentuk teks cerita rakyat / folklore muncul dalam wujud cerita dongeng, cerita mite atau legenda, cerita petualangan, cerita fantasi, dan cerita fabel, yang masing-masing memiliki struktur teks pengenalan atau orientasi, masalah atau komplikasi, dan pemecahan masalah atau resolusi, juga memuat multiliterasi.
- State of The Art
State of the Art penelitian ini, yaitu penelitian ini merupakan penelitian lanjutan berdasarkan kegiatan pengabdian masyarakat dengan melakukan pengenalan literasi di tingkat sekolah dan di tingkat masyarakat. Di tingkat masyarakat mengenalkan literasi baca/tulis surat resmi dan di kelompok lain mengenalkan literasi budaya/kewarganegaraan. Sementara, di tingkat sekolah melatihkan guru-guru literasi sebagai kecakapan hidup dasar dalam pembelajaran bidang studi dan di kelompok lain  melatihkan literasi numerasi  dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
Pengembangan penulisan cerita rakyat bermuatan nilai karakter tetap relevan untuk diterapkan pada mata kuliah Literasi dan Pengajaran BI. Kontribusi peneliti dalam riset akan dilakukan di Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta.
- Metode Penelitian
Penelitian  ini  menerapkan  model  pengembangan ADDIE atau Analisys, Design, Development of Production, Implementation or Delivery and Evaluation. Cahyadi (2019: 37) menyatakan model pengembangan ADDIE berisikan sebuah kegiatan yang merealisasikan rancangan produk meliputi kegiatan membuat dan memodifikasi produk. Produk yang akan dibuat berupa modul digital yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik maupun pendidik.
Hal ini dilakukan untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini yaitu pertama, mengembangkan cerita pendek bermuatan nilai religius melalui pembelajaran berbasis masalah. Kedua, mendisimilasikan pengembangan penulisan cerita pendek bermuatan nilai religius melalui pembelajaran berbasis masalah.
Pada langkah analysis, peneliti melakukan penyebaran angket analisis kebutuhan untuk menganalisis kebutuhan  materi cerita ulang dari cerita rakyat Indonesia. Tahap ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan mahasiswa dalam mengembangkan materi penulisan cerita ulang dari cerita rakyat yang bermuatan nilai karakter profil Pancasila.