Mohon tunggu...
Nasokhili Giawa
Nasokhili Giawa Mohon Tunggu... -

Dosen STT Jaffray Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Merawat Pernikahan Keluarga Kristen

25 Januari 2019   21:58 Diperbarui: 25 Januari 2019   22:16 1221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keyakinan adalah landasan pernikahan, dan di atas landasan yang kuat berdirilah pernikahan yang kuat. Pernikahan adalah bersatunya dua insan yang berbeda, bukan hanya jenis kelamin, melainkan berbeda dalam banyak hal. Bagi Julianto, hal ini dikaitkan dengan panggilan.

Ia menjelaskan bahwa setelah kelahiran baru, pernikahan adalah sebuah keputusan penting dalam hidup. Tuhan membentuk keluarga untuk suatu maksud mulia, menyelamatkan manusia berdosa. Tuhan menggunakan keluarga sebagai wadah memberkati manusia. Bukan semata untuk tujuan prokreasi atau melahirkan anak tetapi untuk menjalankan amanat budaya, memeliharan alam semesta.

B.    Covenant (Keterikatan)

Kalau keyakinan adalah landasan pernikahan, maka perjanjian adalah ikatan pernikahan. Allah yang merancang pernikahan dan rancangan-Nya adalah kekal dan sempurna. Julianto memperjelas bahwa Allah setia dalam segala janji-Nya. Allah setia menjaga perjanjian-Nya walau manusia gagal memelihara janji. Rencana-Nya tidak bisa digagalkan oleh manusia.

Kisah tentang Rut dan Boas mengajarkan banyak hal. Allah berjanji memelihara keturunan Abraham, hingga lahirnya Juruselamat. Mesti di antara keturunan Abraham dan Daud banyak yang gagal, tetapi rencana Tuhan itu tetap terlaksana. Ingatlah janji pernikahan

"Di hadapan Allah dan jemaat-Nya aku berjanji dan menyatakan menerima dan mengambilmu sebagai istriku/suamiku yang sah. Sebagai suami/istri yang beriman, aku berjanji akan memelihara hidup kudus denganmu, dan akan tetap mengasihimu pada waktu kelimpahan maupun kekurangan pada waktu sehat maupun sakit, dan tetap merawatmu dengan setia, sampai kematian/maut memisahkan kita".


C.     Commitment (Komitmen)

Pernikahan adalah perjanjian, karena itu, pernikahan menuntut komitmen atau tekad baik suami maupun istri. Bagi Stevri Lumintang, jantungnya pernikahan terletak pada perjanjian pernikahan. Julianto berpendapat bahwa komitmen dalam pernikahan jarang disinggung. Padahal, komitmen itu merupakan tiang cinta yang menopang rumah nikah.

Komitmen adalah perjanjian untuk melakukan sesuatu yang melibatkan seluruh aspek kehidupan, dalam suatu hubungan pernikahan seumur hidup, secara bersama-sama dan saling terikat, satu dengan yang lainnya. Elizabeth Achteimeier menyatakan bahwa pernikahan Kristen seharusnya mempunyai komitmen di dalam 6 hal, yaitu: komitmen total, menerima, eksklusif (jangan ada campur tangan orang lain -- makanya jangan bilang istri/suami kita, dsb), terus-menerus (usia, anak bukan penghalang), bertumbuh, dan berpengharapan.

D.   Contribution (Kontribusi)

Pernikahan tidak hanya sampai pada ikrar atau janji, melainkan mewujudkan ikrar tersebut dalam tindakan nyata. Julianto menjelaskan bahwa para ahli di bidang parenting sudah lama menemukan bahwa pola asuh dan berbagai kebiasaan dalam keluarga, diwariskan kepada anak-anak, dan kemudian cucu. Umumnya, cara berelasi ayah ke ibu dan sebaliknya, akan ditiru oleh anak-anaknya dalam keluarga mereka kelak. Proses ini disebut pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun