Mohon tunggu...
Nasokhili Giawa
Nasokhili Giawa Mohon Tunggu... -

Dosen STT Jaffray Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Merawat Pernikahan Keluarga Kristen

25 Januari 2019   21:58 Diperbarui: 25 Januari 2019   22:16 1221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari Taman Eden di Perjanjian Lama, dilanjutkan ke Padang Gurun dalam Perjanjian Baru, dan diteruskan pada Zaman Now, Iblis menggunakan pendekatan yang sama yang saya sebut 3K (Keinginan Mata, Keinginan Daging, dan Keangkuhan Hidup).

Karena itu, keluarga Kristen perlu mengenali cara, pendekatan, dan strategi Iblis ini sehingga kehidupan rumah tangga tetap langgeng. Stevri Lumintang menyebutkan bahwa pernikahan Kristen juga adalah sangat berbahaya, karena pernikahan adalah arena peperangan rohani. Sasaran atau target serangan Iblis yang pertama dan terbesar dalam sejarah manusia adalah pernikahan.[6]

Lebih lanjut, Lumintang menyatakan bahwa Alkitab membukakan bahwa serangan pertama yang dilancarkan oleh Iblis kepada manusia bukanlah serangann terhadap anak-anak, bukan serangan terhadap komunitas umat Allah, bukan terhadap gereja, bukan terhadap lembaga pemerintahan, bukan juga terhadap bangsa dan negara, melainkan terhadap pasangan suami-istri atau lembaga pernikahannya. Iblis menyerang pernikahan keluarga pertama di dunia dengan memakai ular yang paling cerdik dan menyerang Hawa (Kej. 3:1).[7]

B.  Faktor Pohon Keluarga

Pohon keluarga sangat berpengaruh dalam proses merawat pernikahan keluarga; menjadi keluarga yang langgeng/bahagia. Perlu didasari bahwa setiap keluarga pasti mewarisi nilai-nilai yang dibangun dalam keluarga itu sendiri baik dari pihak suami maupun istri. Karena itu, setiap pasangan sepatutnya memastikan adanya pengetahuan yang memadai tentang pohon keluarga pasangan.

Hal-hal yang diwarisi dari keluarga, antara lain: bentuk fisik (postur), pola hidup sehari-hari, kesehatan, mental, spiritual, dsb. Bila kecenderungan dalam keluarga penuh dengan amarah, stress, komunikasi sarkastis, dst. relatif keturunannya juga akan mewarisinya. Apakah pohon keluarga yang rusak bisa dipulihkan?


Julianto Simanjuntak menjamin bahwa "pohon keluarga yang rusak bisa dipulihkan. Yang penting Anda bersedia memutuskan untuk tidak mengadopsi "buah busuk" dari generasi sebelumnya; kemudian mencangkokkan diri pada pohon yang baru. Kita harus berani mengamil keputusan untuk menjadi generasi yang memutus rantai dari kebiasaan lama."[8] 

III.   PEGANGAN TEOLOGIS-PRAKTIS PASANGAN SUAMI-ISTRI

Pasangan suami-istri perlu memiliki pegangan teologis-praktis yang kuat. Pegangan teologis-praktis yang kuat tersebut bertujuan untuk menghadapi kendala atau kemacetan dalam proses perjalanan berkeluarga. Ada 5 prinsip dasar teologis-praktis bagi pasangan suami-istri

[9]:

A.      Conviction (keyakinan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun