Mohon tunggu...
M. Nasir Pariusamahu
M. Nasir Pariusamahu Mohon Tunggu... Penulis - -

Saya Manusia Pembelajar. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfat untuk orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kesetaraan dalam Berpikir, Mengelola Ketidaksepahaman Bangsa

31 Juli 2018   15:04 Diperbarui: 1 Agustus 2018   04:49 953
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: nalarpolitik.com

Saksikanlah, Indonesia saat ini. Masyarakat Indonesia telah hilang cita-citanya. Di sana-sini saling mempersoalkan kesejahteraan dan ketertinggalan. 

Di kota-kota besar, ruang kapitalisme mengakar kuat, di desa-desa kekuatan saling meniadakan muncul. Sehingga, anak-anak yang di era 2.0-an kehilangan teladan. 

Teladan tokoh dalam buku-buku biografi dikalahkan artis-artis sinetron dan politisi yang seenaknya berargumen tanpa menjaga kehati-hatian lisannya. Akhirnya, Indonesia sebagai negeri aman, nyaman dan damai terkotori.

Belum lagi, masyarakat sering diadu dalam kubu-kubuan demi kepentingan kelompok tertentu. Hal semacam ini, muncul biasanya dalam pesta demokrasi yang berupa pemilihan kepala Negara, kepala daerah maupun anggota parlemen. Bahkan merambah hingga ke pemilihan ketua RT.

Memang tak mudah menyatukan Indonesia. Seperti pekerjaan para penyulam, kain yang tambal robekan sana-sini. Kadang tangan penyulam yang terkena jarum sulaman; berdarah. Tetapi itulah pekerjaan penyulam. Menghargai proses, mengindahkan hasil dan memuaskan pelanggan

Jika kita menyaksikan realitas yang terjadi dari Sabang hingga Merauke, maka akan jauh dari apa yang diharapkan dalam usia berkah ini. Demikian kobaran kata Bung Karno perlu diamini oleh kita sebagai dasar renungan bersama. 

Apa kata beliau: "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri." Bila kita telaah lebih jauh hubungan kalimat sang proklamator dengan fakta yang terjadi saat ini, maka survei rasionalitas publik akan membenarkan.

Perjalanan bangsa yang dimulai secara yuridis tanggal 17 Agustus 1945 dan ditandai dengan bergabungnya 8 provinsi sebagai penyatuan jiwa raga dalam satu tumpah darah Indonesia. 

Perjalanan bangsa ini, bukan hanya sebatas sampai depan pintu gerbang, melainkan sampai pada tujuan didirikan yakni mewujudkan hak-hak rakyat, menjaga ketertiban serta berjuang keras atas nama kemanusiaan untuk menghapuskan penjajahan di muka bumi. Agar takdir Tuhan bisa memposisikan bangsa besar ini menjadi tamadun sekaligus "ibu" bagi bangsa-bangsa di dunia. 

Di tengah hiruk-pikuk kemerdekaan kini, lantunan harapan akan kebangkitan baru oleh seluruh anak bangsa terus berotasi. Seakan tak memerdulikan kikisan-kikisan yang mengikis nasionalisme. Nasionalisme mulai terkubur oleh kekufuran. "Apa yang bisa diucapkan oleh bibirku yang terjajah ?" kata Rendra.

Ya. Perlahan tapi pasti. Nasionalisme seperti anak menangis kehilangan bapa. Tanah sepi kehilangan lelakinya. Apakah kota ribuan pulau ini akan terbakar? Jawabanku tentu tidak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun