Mohon tunggu...
Irfan Tamwifi
Irfan Tamwifi Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

Bagikan Yang Kau Tahu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

7 Alasan Menolak Keshahihan Nasab Baalwi

12 Juni 2024   08:00 Diperbarui: 26 Juni 2024   15:52 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

2.   Hasil Tes DNA 

Salah satu rekomendasi dari tesis Kyai Imaduddin Usman menyarankan agar dilakukan tes DNA sebagai cara terakhir membuktikan keshahihan nasab Baalwi. Tes DNA terbukti mampu menentukan jaringan kekerabatan secara ilmiah, tetapi dengan berbagai dalih tokoh-tokoh Baalwi menolak keras. Bahkan Habib Hanif Alatas menutup pintu bagi tes DNA karena menurutnya menguji keshahihan nasab melalui tes DNA hukumnya haram.

Pengharaman tes DNA tentunya tidak relevan mengingat uji DNA sudah terbukti mampu menjadi instrumen pembuktian jaringan kekerabatan secara ilmiah yang hampir mustahil untuk disangkal. Apalagi tes DNA juga sudah diberlakukan dalam pengujian nasab di kawasan Timur Tengah.

Meski menolak tes DNA, tetapi fakta-fakta baru mengungkap bahwa sebenarnya banyak tokoh Baalwi yang sudah melakukan tes DNA. DNA mereka umumnya terkonfirmasi ber-haplo group G, yang berarti berdarah Azkenazi dan menjadikan klaim kaum Baalwi sebagai keturunan nabi semakin sulit dipercaya. Hal ini dikarenakan haplo group G bukan saja tidak termasuk bani Hasyim, klan nabi saw yang ber-haplo Grup J1, melainkan juga bukan termasuk ras Arab.  

3.   Catatan Sejarah 

Argumen penolakan keshahihan nasab Baalwi terus berkembang dengan ditemukannya informasi baru berdasarkan informasi sejarah. Fakta sejarah menunjukkan bahwa polemik nasab kaum Baalwi di Indonesia bukanlah yang pertama dan satu-satunya. Di Timur Tengah, bahkan di Yaman, negeri asal mereka sendiri, nasab mereka sudah menjadi bahan perdebatan. Mufti Yaman menegaskan bahwa kaum Baalwi bukan termasuk bani Hasyim, karena nasab mereka merupakan hasil pencangkokan sepihak.

Di daratan Hijaz juga tercatat pernah terjadi peristiwa penangkapan tokoh Baalwi karena klaim nasab mereka. Syarif Makkah pernah menghukum orang Baalwi karena menggunakan gelar sayyid dan menikahi Syarifah padahal nasabnya tidak terkonfirmasi sebagai keturunan nabi. Meski kasus serupa tidak banyak terjadi, tetapi hal ini sudah cukup menjadi bukti bahwa nasab mereka tidak dianggap shahih di tanah Arab.

Polemik nasab tampaknya mendorong kaum Baalwi, yang sebelumnya percaya diri meng-itsbat nasabnya sendiri, beberapa waktu terakhir tampak berupaya mendapatkan pengakuan (itsbat) nasab dari berbagai lembaga internasional. Kecuali di Arab Saudi, beberapa tokoh dan para pendukung kaum Baalwi tampak berusaha mendapatkan validasi dari lembaga-lembaga sertifikasi nasab,  tokoh-tokoh dan ulama berpengaruh di berbagai negara Timur Tengah. Hal ini terlihat dari berbagai unggahan para pendukung habaib dan beberapa artikel yang berusaha menjawab tesis kyai Imaduddin, yang menunjukkan keberadaan mereka di berbagai tempat dan unggahan tentang respon tokoh-tokoh agama Timur Tengah.  

Di antara hasilnya, perwakilan kaum Baalwi berhasil bertemu Mahdi Roja’i, ahli nasab dari Iran  dan beberapa ulama di kawasan Timur Tengah yang memberikan pandangan positif terhadap nasab kaum Baalwi. Meski bukan dalam konteks meng-itsbat nasab, mereka menyampaikan penghargaaannya terhadap kaum Baalwi, tetapi belum jelas naqobah atau lembaga sertifikasi nasab mana yang secara resmi memberikan sertifikasi (itsbat) atas nasab kenabian mereka.

4.   Kejanggalan Rentang dan Rangkaian Nasab

Di luar ilmu nasab, masyarakat berusaha memverifikasi secara mandiri keshahihan nasab Baalwi berdasarkan hasil utak-atik data yang sudah ada, yang mana mereka menemukan kejanggalan dalam hal rentang dan rangkaian nasab kaum Balwi. Dengan logika sederhana Guru Gembul memberikan analisis yang masuk akal tentang kejanggalan nasab kaum Baalwi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun