"Ya…, emh…, maksudnya tak akan lebih jauh" Jelasnya.
"Cek..., Aku tak sadar, dengan melakukan itu sebenarnya aku sudah mengundang bahaya” Sambungnya disertai linangan air mata di pipinya yang putih.
"Semula aku berusaha menganggap hubungan dengan dia sebagai hal yang wajar saja, dan itulah kesalahanku"
"Jujur, aku takut kamu tahu. Aku tahu kamu tak bisa menerima apa yang aku lakukan. Itu sebabnya aku tak mungkin membiarkan kamu tahu. Aku sadar kamu tak akan suka bila tahu aku berteman dengan lelaki itu, tapi aku tak tahu mengapa tetap melakukannya, padahal seharusnya aku bisa menghindarinya" jelasnya terbata-bata.
"Aku sama sekali tak bermaksud mengkhianati kamu. Aku tak berniat merendahkan kamu. Pikiran seperti itu sama sekali tidak ada" Sambungnya. Aku hanya diam mendengarkan.
"Aku... aku juga juga jadi berfikir. Bisa-bisa aku menyakiti perasaan orang lain di luar sana"
"Takut menyakiti dia?" Tanyaku berlagak tak paham.
"Istrinya… Isterinya mungkin juga tak bisa terima kalau saja dia tahu, apalagi kalau dia tahu siapa aku dan apa arti diriku buat suaminya sebelum mereka menikah"
"Aku sudah melakukan kesalahan besar" Kembali dia menghakimi diri.
“Aku minta maaf… Aku salah, sayang" rintihnya sembari memelukku erat-erat.
“Sudahlah sayang…. Sudah…" Ucapku lirih sembari membelai rambutnya.