Mohon tunggu...
Narul Hasyim Muzadi
Narul Hasyim Muzadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - طلب العلم

Belajar mencoret

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Dipaksa Bahagia, Menyikapi Toxic Positivity dengan Bijak

1 September 2024   17:16 Diperbarui: 1 September 2024   17:31 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi toxic positivity | Image by Theaggie.org

Akhirnya, penting untuk diingat bahwa emosi kita adalah bagian dari pengalaman manusia yang kompleks dan beragam. Tidak ada emosi yang sepenuhnya baik atau buruk semuanya memiliki tempat dan fungsinya. Rasa sedih mengajarkan kita tentang kehilangan dan ketahanan, sementara kemarahan dapat memotivasi kita untuk membuat perubahan. Dengan menerima seluruh spektrum emosi, kita tidak hanya menjadi lebih terhubung dengan diri kita sendiri, tetapi juga dengan orang-orang di sekitar kita.

***

Dalam dunia yang sering kali memuja kebahagiaan dan kesuksesan, mungkin terasa kontraintuitif untuk menerima dan menghargai emosi negatif. Namun, dengan melakukannya, kita menciptakan ruang bagi diri kita dan orang lain untuk tumbuh, belajar, dan benar-benar sembuh. Sebab, hanya dengan menghadapi kenyataan, baik itu indah maupun pahit, kita dapat menemukan kedamaian yang sejati dan otentik.

Daftar Bacaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun